Korban Rusuh Kanjuruhan Terbesar Kedua setelah Tragedi Peru 1958

  • Bagikan
RUSUH. Suasana kerusuhan di Stadion Kenjuruhan Malang yang menelan ratusan korban jiwa. (FOTO: JawaPos.com)

MALANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Peristiwa rusuh di arena sepak bola bukan merupakan hal baru. Namun insiden dengan jumlah korban terbanyak, boleh dikata di Stadion Kenjuruhan, Malang merupakan salah satu peristiwa memilukan di dunia sepak bola, khususnya di Indonesia.

Bagaimana tidak, hingga petang tadi, berdasarkan data terbaru, rusuh usai laga Derby Jatim Arema FC versus Persebaya Surabaya itu telah merenggut nyawa 182 suporter dan aparat keamanan.

Data update suporter yang meninggal dunia itu berdasarkan laporan terbaru dari pihak terkait. Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana menyatakan, sebagai Presiden Arema FC, dia meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya warga Malang Raya yang terdampak atas kejadian ini.

“Saya sangat prihatin dan mengutuk keras kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang mengakibatkan ratusan korban jiwa,” ujarnya.

Dia berjanji, manajemen Arema FC akan memberikan bantuan dan pelayanan maksimal kepada korban luka yang masih dirawat di rumah sakit dan yang sudah meninggal dunia.

“Saat ini manajemen Arema FC terus berkoordinasi dengan seluruh pusat layanan kesehatan di Malang untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dalam penanganan korban luka-luka maupun yang meninggal,” ungkapnya.

“Kami juga mendukung penuh pengusutan dan investigasi yang dilakukan pihak kepolisan. Kami mengimbau semua pihak untuk menahan diri sampai ada hasil pengusutan tuntas,” kata Juragan 99 itu.

Update jumlah korban meninggal dari kerusuhan ini sendiri disampaikan Arema Indonesia melalui cuitan di akun twitter resmi @AremaFC. “Data terkumpul korban jiwa mencapai 182 orang,” tulis Arema Indonesia, Minggu (2/10/2022).

“Kami masih terus membantu proses rekapitulasi dan verifikasi terutama korban tanpa identitas yang jumlahnya terus bertambah,” tulis Arema FC lagi.

Atas kejadian ini, jika membandingkan korban meninggal dengan tragedi rusuh sepak bola di belahan dunia lain, kasus di Kanjuruhan merupakan kejadian dengan jumlah korban terbanyak setelah tragedi Peru 1958.

Jumlah korban tewas saat ini dilaporkan mencapai 182 orang. Rinciannya 180 orang dari pihak suporter, dan dua polisi.

Jumlah korban jiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan melampaui tragedi di Accra Sports Stadium, Ghana, yang sebelumnya menempati peringkat kedua. Korban jiwa dalam tragedi yang terjadi pada 9 Mei 2001 itu mencapai 126 orang. Namun, tragedi paling memilukan dalam sejarah sepak bola yang merenggut lebih banyak korban jiwa terjadi di Peru pada 1958.

Saat itu, sekitar 40 ribu penonton memadati Stadion Nasional, Lima, untuk menyaksikan laga Peru vs Argentina. Namun, suporter mengamuk beberapa menit mejelang laga usai. Pemicunya ialah saat wasit menganulir gol penyeimbang skor Peru saat tim tuan rumah tertinggal 0-1 dari Argentina. Fans Peru yang tidak terima mencoba masuk ke lapangan sehingga kericuhan tak bisa dihindarkan. Korban tewas akibat insiden itu mencapai 320 orang.

Untuk diketahui, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, terjadi setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada lanjutan Liga 1-2022/23, Sabtu (1/10) berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan tim tamu.

Hasil itu membuat sejumlah oknum Aremania -suporter Arema- kecewa hingga turun ke lapangan mencari pemain dan ofisial. Pihak keamanan yang coba meminimalisasi kerusuhan dengan melepaskan gas air mata.

Sayang, tembakan gas air mata itu harus dibayar mahal. Banyak suporter sesak napas, dan tak sedikit yang bertumbangan. Polisi mencatat 34 orang tewas di dalam stadion, sedangkan sisanya meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit. (jpc/jpg/mcr15/jpnn)

  • Bagikan