Mengalami Tuhan dan Bersyukur

  • Bagikan
Romo Sipri Senda, Pr. (FOTO: IST)

MENGETAHUI tentang Tuhan itu biasa. Tetapi mengalami Tuhan itu luar biasa. Mengenal Dia berada pada tataran intelektual. Mengetahui bahwa Dia ada. Memahami tentang sifat-sifatNya dan tindakannya terhadap manusia. Semuanya berupa pengetahuan iman.Tetapi mengalami Dia itu berbeda. Pengalaman akan Tuhan melampaui pengetahuan tentang Dia.

Mengalami berarti berjumpa dengan Dia secara personal. Merasakan kehadiranNya yang menyelamatkan. Ada mujizat. Perjumpaan denganNya mengubah hidup jadi bermakna. Mujizat itu nyata. Mujizat itu luar biasa. Mengetahui Allah itu biasa, tetapi mengalami Allah itu luar biasa.

Pengalaman Akan Allah: Kesaksian Kitab Suci

Kitab suci memuat kisah pengalaman akan Allah oleh banyak tokoh. Dari Perjanjian Lama, misalnya Abraham, Yakub, Musa, Samuel, Elia, Elisa, Daud, dan para nabi seperti Yesaya atau Yeremia dan lain-lain. Sedangkan dari Perjanjian Baru misalnya para rasul, Bunda Maria, Elisabet, Maria Magdalena, Zakeus, Paulus, dll. Selain tokoh-tokoh yang berasal kalangan bangsa Israel (Yahudi), ada juga tokoh dari bangsa lain yang dianggap kafir oleh bangsa Israel. Misalnya Naaman, panglima perang bangsa Syria yang terkena kusta. Dia disuruh rajanya ke Israel untuk disembuhkan oleh nabi di Israel. Naaman yang semula gusar oleh pernyataan nabi Elisa akhirnya mengikuti nasihat para abdinya. Dia membenamkan diri tujuh kali di sungai Yordan dan mengalami kesembuhan.

Tuhan menyembuhkan orang kafir itu melalui nabi Elisa. Naaman mengalami Allah yang menyembuhkan. Pengalaman mujizat ini membawa dia kepada pengakuan bahwa tidak ada Allah di seluruh dunia, kecuali di Israel. lebih dari itu, dia memutuskan untuk berbakti hanya kepada Tuhan Allah Israel. Ketika manusia mengalami Allah, terjadilah mujizat dalam hidupnya dan dia mengalami transformasi hidup. Ada kebaruan wawasan iman. Ada orientasi hidup yang baru, yang hanya tertuju kepada Allah sebagai sumber rahmat. Hidupnya kini terisi dengan hal-hal baik yang berkenan pada Tuhan. Syukurnya terungkap tidak hanya melalui kata-kata tetapi juga melalui tindakan spiritual atau cara hidup baru selaras kehendak Tuhan.

Pengalaman akan Allah membuat manusia makin bergairah dalam kerohanian yang menjadi basis dalam dinamika pelayanan kemanusiaan. Dari perjanjian baru bisa dilihat dari pengalaman Paulus. Dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, dia mengungkapkan pengalamannya akan Yesus Kristus yang menjadikan dia mampu menderita karena pewartaan Injil. Dia rela mengalami kematian dengan Kristus dan hasilnya mengalami hidup dalam Kristus. Paulus meyakinkan Timotius supaya tidak takut memikul salib pewartaan Injil karena justeru melalui pengalaman salib, dia dapat sampai pada kemuliaan kebangkitan.

Dalam Injil Lukas 17:11-19, terungkap kisah pengalaman si kusta dari Samaria yang disembuhkan Yesus dan kembali bersyukur kepada Yesus. Si kusta orang Samaria ini setelah mengalami kesembuhan dalam perjalanan, kembali kepada Yesus untuk bersyukur. Sedangkan sembilan orang lainnya tidak kembali karena mereka telah menuju kepada imam sebagaimana diperintahkan Yesus. Mereka adalah orang Yahudi yang taat pada hukum Taurat. Hukum Taurat memang menjelaskan bahwa orang yang sembuh dari kusta harus menghadap imam yang akan memeriksa dan menentukan bahwa dia telah sembuh, lalu mempersembahkan kurban sesuai hukum Taurat untuk penyembuhan itu.

Si kusta orang Samaria ini tidak kembali ke imam Samaria. Dia mengalami Allah dan menemukan bahwa dalam diri Yesus ada sesuatu yang melampaui imam dan hukum Taurat. Yesus sesungguhnya Allah yang hadir dalam rupa manusia. Maka dia kembali dan sujud menyembah di depan Yesus untuk bersyukur. Kata sujud menyembah dan bersyukur menunjukkan pengakuan iman akan Yesus sebagai Allah. Pengalaman mujizat kesembuhan ini memberikan perspektif baru kepadanya untuk menyadari bahwa Allah yang dipercayainya dalam ritual ibadat sesuai hukum Taurat selama ini, kini telah hadir dalam diri Yesus menyembuhkannya hanya dengan bersabda. Pengalaman kesembuhan ini membawa dia kepada transformasi iman.

Mengalami Tuhan Itu Anugerah

Pengalaman akan Allah dalam momen mujizat adalah sebuah momen anugerah. Tuhan dijumpai dan hadir dalam kehidupan konkrit. Tuhan sungguh hadir dan membawa transformasi hidup. Tuhan dialami. Itulah anugerah yang diterima dengan sukacita.Tanggapan manusia atas pengalaman akan Allah adalah bersyukur. Naaman, Paulus, maupun si kusta Samaria menunjukkan teladan dalam hal bersyukur atas kebaikan Tuhan. Selain bersyukur, ketiganya menegaskan satu spiritualitas iman akan Allah yang terbentuk dan terolah berkesinambungan dalam hidup.

Pengalaman akan Allah membuat mereka semakin percaya dan mengandalkan Tuhan dalam pergumulan hidup selanjutnya. Tuhan tak hanya dikenal secara akal budi, tetapi Tuhan dialami dalam hidup konkrit. Hal ini menjadi modal iman untuk terus menghayati ajaran kasih yang membawa sukacita Injil dan dipenuhi rahmat Allah.Anugerah yang diterima tak hanya terhenti sebagai euforia pengalaman luar biasa akan Allah. Anugerah itu adalah tanggung jawab. Maka mengalami Allah semestinya kian mengobarkan semangat kasih untuk hidup injili. Dengan cara itu manusia beriman yang mengalami Allah memberi kesaksian iman yang menggerakkan sesama untuk mengalami yang sama. Semakin banyak orang percaya mengalami Allah, semakin besar dan luaslah gerakan kasih Allah yang menyelamatkan. (**)

Rm. Siprianus S. Senda, Pr

Alumnus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

  • Bagikan