JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sebanyak 20 legenda pembalap nasional yang berjaya di dalam negeri dan kancah internasional pada era 1980-an akan menjelajahi Pulau Flores pada 24 - 29 Oktober 2022. Sebanyak 20 sepeda motor dari berbagai merek milik para pereli senior tersebut, Kamis (13/10) malam diberangkatkan dari Jakarta menuju Maumere, Flores.
Para legenda yang mengikuti turing bertajuk “Jelajah Flores 1001 Tikungan” tersebut, yakni, Chepot Hani Wiano, Rio Sarwono, Fauzi Aldjufrie, Dolly Indra Nasution, Dani Sarwono, Dodo TS, Arie Hermanto, Irwan Rachim, dan lain-lain.
“Menjelajahi Flores selama sepekan adalah bagian dari komitmen dan program Legend Riders Club untuk ikut membantu pemerintah mengembangkan pariwisata di Tanah Air. Sebelumnya kami sudah menggelar kegiatan serupa ke wilayah Sumatera, Bali, dan lain-lain,” ujar Fauzi Aldjufrie, salah satu dedengkot Legend Riders yang juga seorang pereli senior dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/10).
Sementara itu, koordinator pelaksana turing Joel Deka Mastana, mengakui menjelajahi Pulau Flores adalah sebuah pilihan yang menantang tapi sekaligus sangat menarik. Menantang karena untuk mencapai Flores terutama terkait pengiriman motor-motor besar itu bukan hal mudah. Butuh waktu dan usaha serta koordinasi dengan banyak pihak, seperti PT Kereta Api Indonesia dan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP).
“Namun, kami yakin, semua itu akan terobati karena Flores sangat indah dan para legenda bisa menikmati sekaligus keeksotisan alam pinggir pantai, pegunungan, banyak sekali kelokan, serta bisa menyaksikan budaya dan menikmati kearifan lokal,” tutur penggila otomotif yang juga Direktur Mobilitas Sepeda Motor Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat ini.
Joel menuturkan sudah empat kali menjajali Bumi Flores dengan motor tunggangannya. Di mata dia, Flores memiliki kearifan lokal yang luar biasa beragam dan unik. Ini perlu terus dipromosikan dan dikembangkan agar bisa membawa dampak bagi perekonomian masyarakat lokal.
“Kami bersama para–Legend Riders ingin mendukung pariwisata NTT, khususnya Flores, dengan menjelajahi pulau ini dari Larantuka di ujung timur hingga Golo Mori, Labuan Bajo, di ujung barat. Kami benar-benar ingin mengekplorasi kearifan lokal Pulau Flores,” tutur pria yang sudah menjelajahi benua Amerika, Eropa hingga Afrika ini.
Turing yang Menyatukan
Turing para mantan pereli ke Pulau Flores memang tidak sekadar mengukur waktu dan jarak tempuh atau pun daya jelajah tunggangan mereka. Ini diakui oleh Alex Dungkal, ketua Tour de Flores Heritage yang mengemas rangkaian kegiatan para eks pembalap selama enam hari di Flores.
Ada kegiatan sosial, sumbangan buku, dan penanaman Mangrove di kawasan Sikka. Tentu saja, para legenda juga diajak untuk berhenti sejenak di pusat-pusat peradaban tua di Flores, seperti situs Homo Floresiensis di Liang Bua (Manggarai), Warloka/Golo Mori (Manggarai Barat), kampung megalitik Bena (Ngada), kampung-kampung adat (Nagekeo), hingga Kota Renya Larantuka, sebagai peninggalan satu-satunya kerajaan Katolik di Indonesia.
“Mereka adalah nama besar di dunianya, dan melalui merekalah kita ingin mempromosikan pariwisata Flores dalam satu tarikan nafas, satu kesatuan, mulai dari Larantuka hingga Labuan Bajo,” kata wartawan senior dan penulis ini.
Menurut Alex, kegiatan seperti turing “Jelajah Flores” atau lomba balap sepeda Tour de Flores yang sempat merajut sukses selama dua tahun penyelenggaraannya (2016-2017), mestinya semakin kerap dilakukan dan didesain dengan baik agar Flores dilihat sebagai kawasan wisata yang satu dan utuh, dan bisa dinikmati oleh para pelancong sekaligus dalam sekali jalan.
“Ada teman-teman dari mancanegara yang berhasrat membawa motor dan ingin menikmati jalanan Flores yang punya 1001 tikungan,” sambung Joel D. Mastana lagi. (*/aln)