Gagasan Kecil dari Orang Kecil untuk Merakit Energi Besar
BAJAWA, TIMEXKUPANG. FAJAR.CO.ID-Kegiatan Festival Ekologi Flores yang dihelat di Kampung Kurubhoko, Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada, Jumat (14/10) lalu, ternyata tak dihadiri Bupati Ngada, Paru Andreas atau Wakil Bupati, Raymundus Bena.
Sebagaimana pantauan TIMEX, kegiatan pembukaan festival tersebut dimulai sekitar pukul 16.30 Wita. Bupati Ngada hanya mewakilkan Sfat Ahli Bidang Keuangan, Ekonomi, dan Pembangunan, Martinus M. R. Maghi, SS., M.Si.
Ketua Panitia Pelaksana, Emanuel Djomba mengatakan, sejak awal rencana kegiatan, pihaknya memang berharap kehadiran orang nomor satu Kabupaten Ngada untuk bisa berdiskusi dan menghasilkan kebijakan tentang lingkungan.
Menurutnya, kehadiran bupati diperlukan sebagai penentu kebijakan yang bisa menjaga keberlangsungan kehidupan manusia dan alam. Sebaliknya, pihaknya tidak berharap akan bantuan finansial untuk menunjang kegiatan itu.
“Festival ekologi memang sebuah perayaan tapi lebih pada perayaan keprihatinan dan keresahaan atas kerusakan lingkungan,” tandasnya.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Keuangan, Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Ngada, Martinus M. R. Maghi, menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran Bupati atau Wakil Bupati Ngada karena sedang berhalangan.
“Bupati dan Wakil Bupati menyampaikan permohonan maaf karena tidak dapat hadir langsung di tempat ini. Pak Bupati mengikuti acara pesta perak, sedangkan Pak Wakil Bupati mengikuti agenda sidang bersama DPRD Ngada di Bajawa," jelas Martinus.
Karena itu, lanjut Martinus, ia mendapat amanah untuk hadir mewakili kepala daerah pada kegiatan tersebut.
Untuk diketahui, kegatan Festival Ekologi Flores (FEF) dilaksanakan oleh Yayasan Puge Figo, dan berlangsung selama tiga hari, 13 - 15 Oktober 2022. Kegiatan itu berlangsung di lapangan Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada.
Festival tersebut menampilkan sejumlah rangkaian kegiatan berbasis lingkungan bertema masa depan hutan dan air, cerita rakyat bahkan menampilkan tarian rakyat.
Kegiatannya Mulai dari debat tingkat SMA di Kabupaten Ngada dan Nagekeo, pameran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Dalam kegiatan debat ini, para siswa diberi pemahaman tentang lingkungan sehingga mereka menjadi generasi yang selalu menjaga alam,” ujar Emanuel.
Emanuel menyatakan bahwa FEF merupakan sebagai perayaan keprihatinan, perayaan keresahan atas kerusakan alam dan lingkungan. Kegiatan tersebut merupakan gagasan kecil dari orang kecil untuk merakit energi besar.
“Memilih tema peduli alam kita, Festival Ekologi Flores memanggil kita semua untuk belajar ulang tentang hidup selaras dengan alam seperti nenek moyang kita,” jelas Emanuel. “Sejak awal masyarakat sudah begitu antusias mendukung kegiatan ini, salah satu yang ditunjukan adalah pembuatan stan pameran beratap alang-alang,” tambah Emanuel.
Ia berharap dengan kegiatan ini kembali menyadarkan masyarakat bahwa bumi saat ini tidak dalam kondisi baik-baik, sehingga masyarakat diharapkan bisa beradaptasi dan menjaga alam.
Petrus Lowa, warga Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, mengatakan kegiatan FEF memberi dampak positif bagi masyarakat setempat khusus petani. “Sebagai petani kami bersyukur hasil pertanian kami bisa dipamerkan dan jual pada kegiatan ini,” ujar Petrus, di Bajawa, Jumat (14/10).
Menurutnya, kegiatan tersebut memberi warna berbeda yang mana pelaksanaan kegiatan berlangsung di desa. Selain itu, Veronika Mbaung, pelaku UMKM perintis yang fokus membuat karya tangan dari anyaman bambu menyampaikan apresiasi atas terselenggarakan kegiatan tersebut.
Menurut dia, dengan adanya kegiatan ini, ia dan beberapa pelaku usaha lainnya bisa menunjukkan hasil karya tangan kepada masyarakat yang datang berkunjung. “Senang sekali karena kita bisa pamerkan hasil karya kita di tempat ini,” ucap Veronika.
Ia berharap Pemkab Ngada bisa menjadikan FEF ini sebagai agenda tahunan yang dilaksanakan di Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze. (*)
Penulis: Saver Bhula
Editor: Marthen Bana