KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis setidaknya ada 131 anak meninggal akibat gagal ginjal yang penyebabnya masih misterius. Sebarannya berada di 14 provinsi, termasuk di Nusa Tenggara Timr (NTT).
IDAI NTT juga melaporkan satu kasus gagal ginjal misterius terkonfirmasi di Kabupaten Rote Ndao. Kasusnya menimpa seorang anak berusia dua tahun, dan meninggal dunia akibat mengalami gagal ginjal tanpa penyebab yang jelas atau misterius.
Sementara itu, satu kasus baru di Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, yang diduga serupa masih dalam pengawasan dan rencananya dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Bali.
Ketua IDAI NTT, dr. Woro Indri Padmosiwi, mengatakan, kasus ini telah terjadi pada akhir September 2022 lalu. Kasus ini tidak terdeteksi penyebabnya secara pasti dari kondisi gagal ginjal yang dialami anak tersebut, terlebih dengan adanya keterbatasan fasilitas pemeriksaan fungsi ginjal.
Menurut dr. Woro, diagnosis terjadinya gagal ginjal anak ini sendiri karena korban tidak kencing selama 12 jam sebelumnya. Balita ini meninggal 6 jam setelah diperiksakan oleh keluarganya ke rumah sakit setempat. "Artinya penyebabnya benar-benar kita tidak tahu," kata dr. Woro saat diwawancarai di Rumah Sakit Tentara Wira Sakti, Kota Kupang, Rabu (19/10).
Dokter Woro menjelaskan, beberapa kasus gagal ginjal terhadap anak cenderung terjadi dengan penyebab yang bisa diketahui. Misalnya kasus yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. W. Z. Johannes sendiri adalah gagal ginjal yang dialami seorang anak akibat adanya infeksi kuman.
Sementara kasus di Rote Ndao, berdasarkan keterangan keluarga disebut awalnya si anak mengalami batuk pilek. Orang tuanya menyebut tidak ada pemberian obat-obatan yang dapat menyebabkan kondisi itu terjadi.
Saat si anak dibawa ke petugas rumah sakit pun dengan kondisi sesak nafas, badan panas tinggi, dan tidak kencing.
IDAI NTT mengimbau para orang tua dengan anak berumur di bawah 18 tahun, bila kondisinya demam, infeksi saluran nafas akut, pilek, mual atau muntah hingga mencret, tidak kencing dalam waktu lama, urin berwarna merah atau ada bengkak di badan, maka perlu segera ditangani sebelum terlambat. "Bila kondisi seperti itu bawa segera ke rumah sakit," kata dokter spesialis anak di Klinik Medika Wirasakti ini.
Dokter Woro menyebut, cuci darah untuk anak-anak memang membutuhkan alat khusus karena yang tersedia di rumah sakit seperti RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes hanya untuk orang dewasa sehingga saat ini sementara dikoordinasikan dengan RSUD W. Z. Johannes agar bisa diadakan.
Dokter Woro berpesan, jika menemukan ada gejala pada anak seperti dirincikannya itu maka perlu segera diperiksakan ke rumah sakit sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. "Seringkali juga dengan infeksi sampai akut atau gagal ginjal akut itu pasiennya bisa sampai meninggal karena penanganan yang terlambat," tambahnya.
Hindari Obat Cair atau Sirup
IDAI NTT, lanjut dr. Woro, juga mengimbau masyarakat atau orang tua yang punya anak, jika sakit agar menghindari 9 jenis obat cair atau sirup anak. Dokter Woro menyebut, 9 jenis obat cair atau sirup, yakni Paracetamol Sirup, Cetirizine Sirup, Coparetin Sirup, Ambroxol Sirup, Alerfed Sirup, Ranivel, Raksiol, Domperidon, Ulfagrip. "Daftar obat ini mengandung etlien glikol," beber dr. Woro.
Doktor Woro juga mengimbau kepada dokter anak agar tidak memberikan resep obat sirup bagi pasien anak. Anjuran itu sesuai penyampaian dari IDAI Pusat agar sementara ini tidak memberikan obat Paracetamol dalam bentuk sirup bagi anak.
"Karena diduga, takutnya tercemar oleh sesuatu zat etilen glikol itu, yang mungkin menimbulkan gagal ginjal akut," terangnya.
Dokter Woro juga menganjurkan, jika anak dalam keadaan panas, bisa diberikan Paracetamol tablet atau kapsul untuk anak kecil. Ia mengaku pihaknya mesti hati-hati dengan obat sirup.
Menurutnya, etilen glikol itu diduga menyebabkan gagal ginjal akut pada anak-anak. Untuk itu, dr. Woro menegaskan agar tidak mengonsumsi sirup yang mengandung etilen glikol. Penggunaan obat lain, kata dia, mesti sesuai dengan dosis untuk anak-anak.
Dokter Woro menyebut, di tengah musim pancaroba ini, orang tua juga perlu berhati-hati. Dia menyebut pasien dengan demam, hingga inveksi pernapasan akut, perlu waspada.
"Misalnya batuk pilek. Kemudian gejala produksi saluran cerna seperti diare, mual dan muntah itu juga hati-hati. Kalau ada anak-anak dengan itu orang tua harus pantau, apakah dia tambah loyo, panas tinggi atau kurang cairan maka iru harus segera ke rumah sakit," jelasnya.
Dokter Woro mengingatkan agar memperhatikan air kencing anak tersebut. Jika anak tidak buang air kecil lebih dari 12 jam maka itu merupakan tanda yang tidak baik sehingga perlu mendapat perawatan di rumah sakit.
Penyakit ini umumnya menyerang anak dengan usia 0-18 tahun. Dari jumlah kasus yang ada di Indonesia, laporan paling banyak kategori balita. (r2)
Editor: Marthen Bana