Kapolri Lantik 9 Kapolda Baru dan 7 Perwira Tinggi Polri
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo resmi melantik sembilan kepala kepolisian daerah (Kapolda) baru dan tujuh perwira tinggi (Pati) di lingkungan Mabes Polri. Pelantikan dilangsungkan di Ruang Rapat Utama (Rupatama) Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (18/10).
Salah satu yang dilantik sebagai Kapolda yakni Irjen Pol Johanis Asadoma menggantikan Irjen Setyo Budiyanto yang dipercayakan menjadi Kapolda Sulawesi Utara (Sulut).
Irjen Johni mengambilalih tongkat komando dijajaran Polda NTT setelah sukses menjalankan tugas sebagai Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter) Polri. Kepercayaan tersebut tertuang dalam surat telegram Nomor: ST/ 2224 /X/KEP./2022 Tanggal 14 Oktober 2022.
Nama Irjen Pol Johni Asadoma tidak asing bagi masyarakat NTT. Selain sebagai putra asal NTT, Irjen Johni Asadoma juga pernah bertugas sebagai Wakil Kapolda NTT.
Putra NTT kelahiran Denpasar, Bali, 8 Januari 1966 adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 17 Juli 2020 mengemban amanat sebagai Kadiv Hubinter Polri menggantikan Irjen Napoleon Bonaparte kala itu.
Johni Asadoma, lulusan Akpol 1989, berpengalaman dalam bidang Brigade Mobil. Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Wakapolda NTT. Ia pernah memimpin Kontingen Garuda Bhayangkara FPU Indonesia pertama yang bergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB di Darfur, Sudan. Kontingen tersebut berangkat pada 11 Oktober 2008.
Sebelum masuk sebagai taruna Akpol, Johni adalah petinju nasional Indonesia (amatir) dengan berbagai prestasi tingkat nasional dan internasional. Bahkan pernah mewakili Indonesia di Olimpiade Los Angles tahun 1984 silam.
Ia pernah menjabat sebagai komandan Peleton Brimob Polda Sulut, Komandan Kompi Mako Brimob, Kepala Sub Bidang Gegana Polri, Danyon Brimob Bogor Polda Jabar (2002—2003), Komandan Brimob Binjai Polda Sumut (2003—2005), Kapolresta Binjai Polda Sumut (2005—2007).
Jabatan lainnya yakni pernah menduduki jabatan Analis Kebijakan Madya bidang Akpol Lemdiklat Polri, Kabagkembangtas Romisinter Divhubinter Polri (2013), Karomisinter Divhubinter Polri (2016) dan Wakapolda Sulawesi Utara (2017) lanjut Wakapolda NTT (2018) dan Kadiv Hubinter Polri (2020).
Kapolda NTT ini juga memiliki sederet prestasi tingkat nasional hingga internasional. Ia pernah merah medali perunggu kelas layang kejuaraan Sarung Tinju Emas ke-7 di Denpasar (1982) mewakili NTT, Medali emas kelas layang Sea Games XII di Singapura (1983), Medali emas Piala Presiden VII di Jakarta (1984). Mewakili Indonesia dalam Olimpiade XXII di Los Angeles (1984) namun kalah di babak penyisihan.
Kapolda 56 tahun ini juga didampingi Vera Christina Sirait sebagai istri. Pasutri ini dikaruniai dua orang anak yakni Veronica Gabriela Margareth Asadoma dan Deaniel Benjamin Asadoma.
Sebagai putra NTT, Johni Asadoma diberikan tanggungjawab dipundaknya untuk menyelesaikan kasus yang mengendap di Polda NTT. Seperti yang disampaikan Ketua Aliansi Anti Korupsi (Araksi) NTT, Alfred Baun ketika dimintai tanggapannya terkait penunjukan Kapolda baru, Sabtu (15/10).
Sebelumnya, mantan anggota DPRD NTT itu menyampaikan profeciat atas kepada Irjen Jhoni Asadoma yang ditunjuk menjadi orang nomor satu dijajaran Polda NTT. Kapolda baru merupakan putra daerah yang ditunjuk memimpin. Tentu sebagai masyarakat pihaknya sangat mendukung tugas.
Dikatakan, setiap Kapolda ketika memimpin memiliki psikologis dan emosional berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan orang asli daerah dan orang dari luar NTT saat memimpin memiliki karakter kepemimpinan yang berbeda-beda.
"Diharapkan dengan ditunjuknya putra daerah, dapat menampilkan gaya kepemimpinan yang berbeda dan semangat penyelesaian kasus di NTT," katanya.
Disebutkan, pihaknya memiliki catatan penting kepada Kapolda NTT yang baru yakni soal penanganan hukum karena belum signifikan seperti penanganan kasus korupsi, dan tindak pidana umum lainnya.
"Di tangan anak daerah harus dituntaskan karena kasus korupsi yang ditangani Polda NTT itu sudah berulang tahun dan tak berujung. Kasus bawang mereh Malaka terpaksa diambil alih KPK dan kasus korupsi RSP sudah 5 tahun belum ada kejelasan. Jangan tebang pilih," sebutnya.
Kembali ke kampung sendiri harus memberikan perbedaan gaya kepemimpinan yang berbeda agar dapat mengembalikan kepercayaan publik karena banyak persoalan hukum juga melibatkan oknum polisi.
"Kapolda juga harus mengevaluasi semua polres jajaran dan kasat reskrim karena mereka yang sering bermain kasus sehingga tidak tuntas," pintanya.
Akademisi Fakultas Hukum Undana, Dedy Manafe ketika dimintai pendapatnya tentang penanganan kasus korupsinya dan Kapolda NTT yang baru, menyebut, sudah memiliki pengalaman Kapolda NTT anak daerah, seperti Jenderal Goris Merre dan Jenderal Jacky Ully.
"Kita mendapat kesempatan lagi ada Kapolda anak daerah, yaitu Jenderal Johni Asadoma. Jelas ini suatu kehormatan bagi NTT ketika kepercayaan itu diberikan Kapolri," sebutnya.
Sekedar mengingat, dahulu Jenderal Goris Mere menghilangkan pesta natal dan tutup tahun di jalan-jalan. Suatu kegiatan ibadah yang tujuannya positif, namun dilakukan dengan cara yang keliru pada aspek tertentu. Jenderal Jacky Ully menyebar Pos Polisi di setiap kelurahan di Kota Kupang, sehingga minimal ada jaminan keamanan 24 jam di Kota Kasih ini, walau belum optimal operasionalnya.
Sekarang, dengan hadirnya Jenderal Johni Asadoma, tentunya publik NTT berharap banyak terhadap sosok berdarah Alor itu. "Ketika beliau masih Wakapolda, saya pernah satu meja menjadi narasumber buat semua perwira utama termasuk semua Kasat Reskrim se-NTT. Ada satu pernyataan menarik yang beliau perintahkan kepada para Kasat Reskrim, yaitu untuk kasus judi sabung ayam, misalnya, itu dalam satu minggu harus P-21. Mengapa, tersangka ada, barang bukti ada, alat bukti lengkap," bebernya.
Ilustrasi sederhana itu kata Dedy, menunjukan bahwa ada komitmen untuk kerja secara profesional sesuai asas sistem peradilan pidana, yaitu sederhana, cepat, dan biaya murah. Dengan kata lain, beliau bukan orang baru di lingkungan Polda NTT. Beliau tentunya tidak butuh waktu belajar atau adaptasi lagi.
"Semoga kehadiran beliau sebagai Kapolda NTT berdampak positif bagi kinerja kepolisian di NTT. Oleh karena secara nasional, wajah kepolisian sudah tak elok lagi. Kita tunggu legasi (warisan) apa yang akan ditinggalkan oleh anak daerah yang satu ini," pintanya.
Untuk diketahui, kesembilan Kapolda yang dilantik diantaranya, Irjen Midi Siswoko, dilantik menjadi Kapolda Maluku Utara (Malut), Irjen Suwondo Nainggolan, dilantik menjadi Kapolda DIY, Irjen Toni Harmanto, dilantik menjadi Kapolda Jawa Timur (Jatim), Irjen Albertus Rachmad Wibowo, dilantik menjadi Kapolda Sumatra Selatan (Sumsel).
Sedangkan Irjen Rusdi Hartono, dilantik menjadi Kapolda Jambi, Brigjen Andi Rian R. Djajadi, dilantik menjadi Kapolda Kalimantan Selatan (Kalsel), Irjen Setyo Budiyanto, dilantik menjadi Kapolda Sulut dan Irjen Johanis Asadoma, dilantik menjadi Kapolda Nusa Tenggara Timur (NTT) serta Irjen Suharyono, dilantik menjadi Kapolda Sumatra Barat (Sumbar).
Sementara ketujuh Pejabat Utama Polri masing-masing, Irjen Eko Indra Heri dilantik menjadi Pati Bareskrim Polri, Irjen Risyapudin Nursin, dilantik menjadi Koordinator Staf Ahli (Koorsahli) Kapolri, Irjen Asep Suhendar, dilantik menjadi Pati Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Irjen Nico Afinta, dilantik menjadi Staf Ahli bidang Sosial Budaya (Sahlisosbud) Kapolri, Irjen Rikwanto, dilantik menjadi Analis Kebijakan Utama Bidang Jemen Ops Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri, Irjen Mulyatno, dilantik menjadi Pati Polda Sulawesi Utara (Sulut) dan Brigjen Krishna Murti, dilantik menjadi Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadivhubinter) Polri. (r3)
Editor: Marthen Bana