APTIK Gelar Hari Studi, Pertahankan Nilai Sosial Gereja di Tengah Perubahan Zaman

  • Bagikan
Para pengurus Aptik saat menggelar jumpa pers di Rektorat Unwira, Kamis (20/10). (FOTO: RESTI SELI/TIMEX)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) dan Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus (Yapenkar) Kupang menjadi tuan rumah gelaran Hari Studi oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia (Aptik).

Hari Studi bertema “Transformasi Perguruan Tinggi Katolik (PTK) berdasarkan Ajaran Sosial Gereja” itu bertujuan menyatukan PTK yang tergabung dalam asosiasi, yakni 22 perguruan tinggi untuk diajarkan bagaimana ajaran gereja dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, antargolongan, dan sebagainya. Tujuan lainnya untuk meningkatkan kerja sama dalam berbagai bidang.

“Misalnya bidang pembelajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, komitmen ekologi, dan lingkungan perpustakaan,” ujar Ketua Yapenkar, Pater Yulius Yasinto saat jumpa pers, di Rektorat Unwira Kupang, Kamis (20/10).

Pater Yulius mengatakan, para anggota Aptik diajarkan untuk saling mengisi dan membantu, saling bersatu tanpa membeda-bedakan.

Pater Yulius menjelaskan, menjalankan program-program yang dilaksanakan oleh Aptik merupakan hasil kesepakatan kongres yang diambil dari pokok pikirannya Hari Studi Aptik itu sendiri. “Kira-kira Hari Studi itu program apa yang bisa kita ambil untuk tahun 2023. Jadi ada dua pertemuan besar, yakni Hari Studi dengan kongres itu sendiri ya,” jelasnya.

Sementara itu, Panitia Pelaksana Hari Studi Aptik, Pater Egi Taimenas, SVD mengatakan, sebagai tuan rumah, dirinya langsung membentuk panitia pelaksana dengan bantuan pengurus Aptik. “Artinya kami tidak bekerja sendiri tapi dengan pengurus Aptik. Saling berkoordinasi dalam persiapan sampai pelaksanaannya,” jelasnya.

Sedangkan, Ketua Badan Pengurus Aptik, Prof. Dr. B. S. Kusbiantoro, menyatakan, dalam menghadapi rangkaian perubahan zaman yang kian terjadi, Aptik menginginkan adanya rasa saling membantu agar para anggota saling menguatkan.

Ke depan, akan ada begitu banyak persoalan global yang terjadi. Misalnya, krisis iklim, krisis pangan, adanya peran 4.0. Menurutnya, bukan saja harus berubah melainkan bertransformasi. Untuk itu, memiliki nilai gereja adalah nilai tambah bagi PTK.

“Dengan perkembangan yang begitu cepat, kita harus antisipasi. Kita diuntungkan karena mempunyai ajaran sosial gereja, harus bisa mencari apa makna kita, apa yang diinginkan pendiri kita. Bagaimana kita bisa berkontribusi bagi masyrakat, karena perubahan yang cepat sangat berdampak bagi masyarakat yang paling lemah,” ujar Prof. Kusbiantoro.

Ke depan, Prof. Kusbiantoro berharap agar bisa terus bekerja sama. Seperti ketika pandemi Covid-19, PTK Aptik melakukan kuliah daring bersama dengan berbagai perguruan tinggi. Karena itu menurutnya, Aptik membutuhkan kerja sama dan terus berkolaborasi.

Dirinya menjelaskan, PTK hadir bukan untuk meng-katolik-an mahasiswa, melainkan untuk menanamkan nilai kepribadian dan kedisiplinan sesuai ajaran gereja katolik bagi mahasiswa. (Cr1)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan

Exit mobile version