KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Bahan bakar minyak jenis minyak tanah mengalami kelangkaan di Kota Kupang jelang hari raya Natal dan Tahun Baru (Nataru). Banyak warga mengeluh karena tidak kebagian jatah saat mengantri di pangkalan.
Yanti Mada, Warga Kelurahan Nefonaek, Kecamatan Kota Lama, mengaku sudah sepekan lebih susah mendapatkan minyak tanah. Bahkan telah mencari hingga beberapa pangkalan di kelurahan lain, namun hasilnya tetap nihil.
Menurut Yanti, sejak pagi sudah mengantri di pangkalan depan sebuah ruko di Oebobo, dan baru mendapatkannya pada malam hari di Pasar Oebobo. Itupun dengan harga Rp10.000 per botol yang diisi dalam botol air mineral berukuran besar.
"Beta (saya) sempat dapat cerita dari kawan, dia dapat minyak tanah dari agen entah dimana dia sonde mau sebut bilang ambil di gudang dapat sampai 10 jeriken. Ini artinya dong (mereka) sembunyi," ucapnya, Rabu (23/11).
Menurut Yanti Mada, hari ini dia mencoba mencari lagi di beberapa pangkalan yang ada di Kota Kupang, namun lagi-lagi pulang tangan kosong.
Dia berharap kuota minyak tanah di Kota Kupang kembali normal, karena sebagian besar warga sangat membutuhkan apalagi jelang perayaan natal dan tahun baru.
"Semoga kembali normal seperti biasa, andaikan harga mau dinaikkan tolong pihak yg menyalurkan minyak ini menginformasikan dengan jelas, jangan ada timbun minyak karena kami masyarakat semua butuh. Kami masyarakat ekonomi menengah belum semua bisa pakai gas," tutup Yanti Mada.
Vian Nahak, warga Kelurahan Manutapen juga mengeluhkan hal yang sama. Ia mengaku mencari minyak tanah hingga kelurahan Namosain dan Alak karena panggakalan yang biasa beli kosong.
"Sudah hampir seminggu ini kami sangat kesulitan minyak tanah. Saya dapat beli di Maulafa, itu pun karena teman jadi dia jual satu botol besar," katanya.
Dikatakan belum memasuki bulan Desember saja sudah kesusahan BBM apa lagi masuk hari raya nantinya. Ia berharap pemerintah dan pihak terkait dapat mengatasi hal ini segera karena bisa berdampak kepada kenaikan semabko.
"Ini belum apa-apa sudah naik harga, Desember lagi barang-barang yang lain juga pasti akan naik kalau kelangkaan ini terus terjadi," sebutnya.
Pemilik pangkalan minyak tanah di Kelurahan Oesapa, Andry Abbas mengatakan, kelangkaan ini bisa terjadi karena kebijakan pemerintah, maupun dari pihak Pertamina. Karena beberapa bulan lalu setiap pangkalan mendapatkan lima drum, namun sekarang dikurangi menjadi empat drum.
"Jadi kita pemilik pangkalan hanya ikut-ikut aturan saja. Hari ini kita bagi empat drum habis semua tapi banyak warga yang tidak dapat jatah," tutupnya.
Menyikapi adanya kelangkaan minyak tanah, Corporate Communication & CSR Officer Pertamina Jawa Timur Bali Nusra (Jatimbalinus), Mutiara Evy, mengaku, pihaknya memang mengurangi kuota minyak tanah. Hal ini mengikuti arahan dan kebijakan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas). "Kami sebagai operator hanya menjalankan tugas, sesuai kuota yang telah ditetapkan," katanya.
Mutiara Evy menambahkan, dari pihak BPH Migas sudah melakukan peninjauan terkait hal tersebut, dari pihak Pertamina juga masih menunggu arahan lebih lanjut terkait kuota tersebut dari pihak BPH Migas. (r3/r2)
Editor: Marthen Bana