Sering Langka Jelang Nataru, Warga: Alasan Pertamina Tidak Masuk Akal

  • Bagikan
KERUMUNAN. Warga kota kupang ketika berkerumunan merebut minyak tanah di Pangkalan Toko Ghaya, Kelurahan Fatululi, Kamis (24/11). (FOTO: INTHO HERISON TIHU/TIMEX)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Warga kota kupang mempertanyakan alasan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak tanah sering terjadi jelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Menurut warga, alasan Pertamina terkait adanya penurunan kuota minyak tanah di kota kupang tidak masuk akal karena kondisi ini selalu dialami masyarakat jelang Nataru.

"Bagaimana alasan itu diterima sedangkan kelangkaan ini selalu terjadi jelang akhir tahun. Ini tidak benar pemerintah ini," ucap Anwar Sonusi Dahlan, Warga Perumnas, Kota Kupang dengan nada kesal, Kamis (24/11).

Dikatakan dari bulan Januari-Oktober setiap tahun itu tidak ada persoalan namun ada unsur kesengajaan yang dipermainkan dengan dalil mengurangi kuota pada hal di daerah lainnya tidak merasakan dampak ini.

"Ini permainan seperti apa yang tengah dipertontonkan Pertamina, sampai sengaja diperhambat pendistribusian minyak tanah yang menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat ini," pintanya.

Ia mengaku disekitar kelurahan Nefonaek memiliki tiga pangkalan minyak tanah namun ketika terjadi kelangkaan seperti ini, tiga pangkalan itu tidak pernah mendapat minyak tanah. Alhasil, warga sekitarnya harus berpencar ke kelurahan lainnya untuk mencari minyak demi menghidup keluargnya. Salah satu pangkalan yang didatangi adalah Pangkalan Toko Ghaya di depan pasar Oebobo karena melayani semua masyarakat. Namun karena banyak pembeli maka sebagian warga harus pulang tanpa membawa minyak.

"Semua pada datang ke sini, minyak terbatas terpaksa yang lain harus mencari ke pangkalan lainnya," ungkapnya.

Ia berharap kepada DPRD baik kota maupun provinsi agar tidak tinggal diam dengan hal ini karena sangat menyusahkan masyarakat. "DPRD jgan diam-diam saja tapi perjuangkan persoalan yang sering terjadi ini," katanya.

"Pihak kepolisian juga harus usut karena diindikasikan adanya permainan di Pertamina lalu alasan terjadi kekurangan," tambahnya.

Warga Oebobo, Marselina Pikaho juga mengaku dirinya harus mengantri sejak pukul 08:00 wita tetapi baru terlayani sekitar pukul 14:00 wita. Meski menunggu lama, dirinya hanya mendapatkan 2 jirgen minyak tanah.

Dikatakan kelangkaan tersebut sudah terjadi sejak lama. Di pangkalan lain hanya dapat satu drum minyak saja sehingga kesulitan memenuhi semua kebutuhan minyak. "Kalau disini dapat banyak jadi cepat bisa dapat tapi memang dibatasi. Satu orang hanya dapat 10 liter (2 jirgen). Itupun butuh perjuangan," pintanya.

Sementara Marten Lede, Pemilik Pangkalan Toko Ghaya mengatakan jumlah pasokan minyak tanah ke pangkalan miliknya mengalami penurunan dari biasanya.

Dikatakan kelangkaan tersebut sudah terjadi sejak pertengahan bulan November namun secara pasti tidak diketahui apa penyebabnya. Ia mengaku, setiap bulan mendapat jatah sebanyak 20 drum.

"Setiap Minggu kita dapat 4 drum jadi satu bulan 20 drum tapi jumlah pembeli banyak jadi tidak layani semuanya. Kekurangan tersebut pembeliannya dibatasi sehingga setiap keluarga hanya bisa membeli 2 jirgen saja," tandasnya.

Sebelumnya, Sales Branch Manager Rayon I NTT, Muhammad Herdiansyah menjelaskan, kuota minyak tanah memang sedang dilakukan pengurangan sesuai arahan dan kebijakan BPH Migas.

"Memang benar terjadi pengurangan kuota atas arahan dan kebijakan BPH Migas. Kami sebagai operator hanya menjalankan tugas sesuai kuota yang ditetapkan," katanya.

Menurut Muhammad Herdiansyah, pihak BPH Migas telah melakukan peninjauan terkait pengurangan kuota tersebut, dan Pertamina masih menunggu arahan lebih lanjut. "Penurunan sebesar 2,02 persen yaitu, sebesar 104.990 KL. Untuk sisa kuota November-Desember lebih rendah 16,19 persen yaitu, sebesar 15.865 KL dibanding realisasi 2021 periode yg sama," ungkapnya. (r3)

  • Bagikan