KEFAMENANU, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) terus meningkat. Dinas Kesehatan Kabupaten setempat pun bergerak cepat mengatasi masalah DBD dengan melakukan fogging di setiap tempat yang menjadi pusat tumbuh kembang nyamuk aedes aegypti.
Berdasarkan informasi yang dihimpun media ini, sampai saat ini terdapat sebanyak 35 kasus DBD di TTU. Dari jumlah kasus itu, mayoritas diderita anak-anak. Perubahan cuaca yang tidak bersahabat menjadi penyebab utama terjadinya DBD.
"Apalagi kondisi imun tubuh anak yang kurang baik tentu dengan cepat diserang penyakit DBD," ungkap Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan TTU, Robertus Tjeunfin kepada TIMEX, Sabtu (3/12).
Robertus mengaku adanya peningkatan kasus DBD di TTU. Meski demikian, sejauh ini tidak ada kasus kematian yang diakibatkan oleh wabah tersebut. Semua penderita DBD tersebar di beberapa Puskesmas, dapat semuanya dapat ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan (Nakes) setempat.
"Data jumlah kasus ini tersebar di beberapa puskesmas di wilayah Kabupaten TTU, secara khusus pada bulan November lalu ada tambahan dua kasus di Puskesmas Tasinifu," ungkapnya.
Robertus menyatakan, pihaknya telah melakukan fogging pada lingkungan sekitar pasien DBD serta beberapa wilayah lainnya yang memiliki tingkat kasus tertinggi.
"Semua pasien BDB itu sudah ditangani dengan cepat sehingga sebagian besar sudah sembuh. Kita juga upayakan penyuluhan keliling bersama petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar mereka dapat menerapkan pola hidup sehat," jelasnya.
Selain itu juga, lanjut Robertus, upaya pencegahan dilakukan Dinas Kesehatan untuk memutus rantai penyebaran DBD yakni dengan membagikan antiseptik kepada masyarakat.
Robertus berharap, masyarakat TTU dapat menjaga dan meningkatkan pola hidup bersih dan sehat sehingga tidak mudah terserang penyakit DBD maupun penyakit menular lainnya.
Robertus juga mengimbau agar masyarakat TTU menerapkan 3M, yakni menguras, menutup, dan mengubur barang-barang bekas terutama hasil olahan rumah tangga.
"Kita sudah berupaya semaksimal mungkin dan sekarang tergantung masyarakat saja, apakah ingin merubah pola hidup atau tidak karena di kasus DBD ini terjadi karena perilaku hidup," pungkasnya. (Kr5)
Editor: Marthen Bana