Proyek Jalan Rp 70 Miliar di Matim Dipastikan Rampung Sesuai Jadwal

  • Bagikan
Aktifitas pekerjaan HRS di ruas jalan Dangka Mangkang-Watungong. Jalan ini dikerjakan kontraktor pelaksana PT Menara Armada Pratama. (FOTO: FANSI RUNGGAT/TIMEX)

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Memasuki bulan terakhir tahun 2022, pembangunan sejumlah proyek infrastruktur peningkatan kualitas jalan di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), dipastikan rampung sebagaimana yang telah dijadwalkan. Hingga kini, progres pekerjaan sudah mencapai 80 persen, bahkan ada yang sudah 100 persen.

Total anggaran yang digelontarkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Matim melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebesar Rp 70 miliar lebih. Dana ini bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang dialokasikan untuk mengintervensi 18 paket proyek jalan secara lelang atau tender.

"Pengerjaan 18 paket proyek jalan tahun anggaran 2022 ini, dipastikan selesai sesuai jadwal atau masa kontrak. Malah ada yang sudah selesai dan telah dilakukan serah terima sementara pekerjaan (PHO)," ujar Kepala Dinas PUPR Matim, Yos Marto melalui Kepala Bidang Bina Marga, Ima Raydais, kepada TIMEX di ruang kerjanya, Kamis (8/12).

Menurut Ima, pengerjaan proyek pada sejumlah ruas jalan yang tersebar di sejumlah wilayah kecamatan itu, kontraknya hingga 31 Desember 2022. Namun progres rata-rata semua 80 persen. Dia menjelaskan, total biaya untuk 18 paket proyek yang ada, sesuai nilai kontrak sebesar Rp 70.214.639.000. Terdiri atas DAK sebesar Rp 60.576.408.000

Lanjut Ima, sumber DAK tersebut membiayai sejumlah 7 paket proyek, dimana 5 paket hotmix atau HRS, dan 2 paket lapen. Namun dari jumlah itu ada satu paket yang telah lakukan PHO, yakni paket peningkatan jalan Wae Bobo-Liang Bala-Bondei-Nangarawa dengan nilai kontrak sebesar Rp 3.815.295.502, dengan kontraktor pelaksana CV Gracia.

Sementara yang bersumber dari DAU sebesar Rp 9.638.231.000 untuk 12 paket, dimana sebanyak 6 paket yang sudah dilakukan PHO. Paket yang bersumber DAU itu terdiri atas 1 paket HRS, ada 2 paket telforf, dan ada 9 paket lapen. Seharusnya semua sudah rampung dikerjakan, namun ada kendala yang terjadi di lapangan.

"Kendala yang terjadi itu seperti curah hujan, dan terjadinya perubahan volume sehingga adanya CCO. Perubahan volume ini bukan karena ada kesalahan pada perencanaan, tapi saat pelaksaan tiba-tiba ada kejadian di luar dugaan yang terjadi di lokasi pekerjaan," katanya.

Hal yang menjadi harapan bersama, hasil pekerjaan berkualitas. Nanti setelah dilakukan PHO, kemudian selama satu tahun kedepan, masuk dalam masa pemeliharaan. Sehingga jika terjadi kerusakan selama masa pemeliharaan itu, maka tentu hal itu menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana untuk perbaik. "Setelah masa pemeliharaan selesai, maka akan dilakukan FHO," pungkasnya. (*)

Penulis: Fansi Runggat
Editor: Marthen Bana

  • Bagikan

Exit mobile version