Implementasi Kurikulum Merdeka Lewat Pentas Kesenian Daerah

  • Bagikan
CINTA BUDAYA. Para siswa SDN Bonipoi 2 Kota Kupang menampilkan tarian daerah pada pentas kesenian daerah yang dihelat di sekolah itu, Sabtu (10/12). Kegiatan ini merupakan wujud implementasi Kurikulum Merdeka. (FOTO: RESTI SELI/TIMEX)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bonipoi 2 Kota Kupang, menggelar Pentas Kesenian Daerah dan Nusantara bertema “Budayaku, Kebanggaanku, Indonesiaku” dan sub tema “Membangun Persatuan dan Keragaman Budaya”, Sabtu (10/12).

Kepala SDN Bonipoi 2, Sem Semi Kale mengatakan, pentas seni tersebut merupakan bentuk implementasi dari Kurikulum Merdeka, dimana guru dapat mentransfer ilmu dan nilai-nilai budaya kepada siswa melalui tarian daerah.

Sem menjelaskan, pemilihan tema didasari atas keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia. Dimana lewat tarian yang dibawakan siswa, dapat mengajarkan walaupun berbeda tetapi tetap satu. Sehingga, siswa dapat belajar untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. “Meskipun berbeda suku budaya, tetap satu Negara Kesatuan Republik Indonesia,” sebutnya.

Sem menambahkan, siswa SD cenderung senang berkegiatan dan lebih mudah belajar melalui praktik langsung. Dengan begitu, Kurikulum Merdeka dapat mendorong para guru untuk memberikan pembelajaran yang variatif bagi sisiwa. “Saya harap kedepannya ada juga pentas atau kegiatan lainnya yang mendorong siswa untuk belajar,” harap Sem.

Sementara itu, Ketua Panitia sekaligus Guru Kelas 1, Restiana Embong Bulan menyampaikan, pentas tersebut diterapkan pada siswa kelas 1 dan 4 yang akan membawa tarian nusantara. Sedangkan, untuk kelas 3 membawakan tarian lokal yang menjadi penilaian untuk nilai praktik pelajaran PLSBD. Selain itu, juga dimeriahkan oleh siswa kelas 6.

“Walaupun tinggal di NTT, siswa bisa liat budaya lain. Jadi bukan tenun saja, tapi ternyata ada pakaian dari daerah lain. Lebih gampang mentransformasi ilmu atau nilai budaya melalui praktik,” sebutnya.

Restiana menjelaskan, sebelum praktik, para siswa diberi teori berkaitan dengan budaya. Sehingga, siswa paham bagaimana cerita atau sejarah dari sebuah kebudayaan. Dengan begitu, pemberian teori dan praktek dapat tersalurkan bagi siswa. "Saya harap, kegiatan ini dapat berkelanjutan, karena budaya harus tetap dilestarikan," harapnya. (Cr1)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan