BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Belum genap satu bulan usai dikerjakan, pekerjaan jalan hotmix pada ruas jalan negara Trans Flores Ruteng-Borong-Wae Lengga, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), sudah mulai rusak. Proyek ini selesai dikerjakan pada Desember 2022 oleh kontraktor pelaksana PT. Floresco Aneka Indah.
Terpantau, Selasa (3/1), sejumlah titik di ruas jalan ini, tepatnya di kawasan hutan Rana Mese, kondisi aspalnya sudah pecah dan terkelupas. Dugaan, kerusakan karena kualitas pekerjaan kurang diperhatikan. Masyarakat dan pengguna jalan menyayangkan hasil pekerjaan tersebut. Mereka berharap kepada kontraktor pelaksana untuk segera memperbaiki kembali kerusakan yang ada.
"Proyek pengaspalan jalan ini barus saja selesai Desember 2022. Tapi sekarang sudah rusak. Kasihan juga kalau hasilnya seperti sekarang, belum genap satu bulan tapi sudah rusak. Kita berharap, kerusakan ini segera diperbaiki," pinta Rian Lalong dan Yulius Paring, warga Matim yang ditemui TIMEX di ruas jalan Ruteng-Borong-Wae Lengga, Selasa (2/1).
Sebagai warga negara, kata Rian, mereka berterima kasih dengan pemerintah yang sudah mengalokasikan anggaran untuk membangun jalan tersebut. Namun mirisnya uang pemerintah yang digelontarkan itu, menghasilkan pekerjaanya yang terbilang tidak memuaskan.
Menurutnya, karena usia pekerjaan masih terbilang dini, maka patut diduga kalau kerusakan itu karena kualitas pekerjaan juga mutu material. "Kita lihat ada berapa titik hasil pekerjaan tahun 2022, sudah mulai rusak. Kalau saja usianya masih dini, lalu hasil sudah rusak, kita menduga karena kualitasnya rendah. Kalau memang proyek jalan ini masih dalam masa pemeliharaan, harus segera dibongkar dan dikerjakan ulang," pinta Rian.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.4 Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN), Satker Wilayah III Provinsi NTT, Mahma Dian Mahendra kepada TIMEX menjelaskan, anggaran yang dialokasi oleh pemerintah pusat melalui APBN tahun 2022 untuk intervensi ruas jalan negara dari Ruteng, Kabupaten Manggarai hingga Wae Lengga, Kabupaten Matim, nilainya mencapai Rp 16,8 miliar.
Dimana jelas Mahma, anggaran itu untuk kegiatan preservasi seperti patching sebesar Rp 12 miliar denggan kontraktor pelaksana CV Cahaya Golomarang. Selain itu kegiatan rehabilitasi seperti pengaspalan atau overlay satu lapis sebesar Rp 4,5 miliar, dengan kontraktor pelaksana PT Floresco Aneka Indah. Skema pekerjaan long segmen yang berakhir pada 31 Desember 2022.
"Kalau untuk rehabilitasi atau overlay, masa pemeliharaan 365 hari kalender. Jadi kalau ada yang rusak, itu akan diperbaiki oleh kontraktor pelaksana. Tapi kalau untuk patching, tidak ada masa pemeliharaan," jelas Mahma.
Mahma menambah, khusus untuk tahun 2023, Pemerintah Pusat mengalokasikan pagu anggaran yang dialokasi sebesar Rp 19 miliar untuk preservasi ruas jalan Km 210 - batas kabupaten sampai Bajawa - Malanuza - Gako, di wilayah Kabupaten Ngada.
Sementara menurut Mahma, untuk ruas Ruteng-Km 210 sudah dalam pengawasan PPK 3.3. (*)
Penulis: Fansi Runggat
Editor: Marthen Bana