Desember 2022, Kebutuhan Uang Tunai di NTT Capai Rp 1,86 Triliun

  • Bagikan
Ilustrasi uang. (Istimewa)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sepanjang periode Desember 2022, realisasi kebutuhan uang tunai di NTT mencapai Rp 1,86 Triliun. Data kebutuhan uang tunai tersebut merupakan outflow uang kartal dari Bank Indonesia yang ditarik oleh perbankan di Nusa Tenggara Timur untuk memenuhi permintaan nasabah dan mencukupi tingkat keterisian ATM selama masa libur Natal dan Tahun Baru.

Berdasarkan wilayahnya, penarikan uang yang dilakukan di Kota Kupang mencapai Rp814 miliar atau mencapai 43,71 persen dari keseluruhan jumlah outflow di NTT.

Selanjutnya penarikan di kas titipan BI yang berada di Pulau Flores mencapai Rp342 Miliar (pangsa 18,4 persen), di Pulau Sumba sebesar Rp292 miliar (pangsa 15,7 persen), di area Alor Lembata sebesar Rp 134 miliar (pangsa 7,2 persen), dan di perbatasan Atambua sebesar Rp 127 miliar.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Donny Heatubun, mengatakan, untuk memastikan bahwa kebutuhan uang tunai di masyarakat dapat terpenuhi dengan kuantitas yang mencukupi dan kualitas yang baik, maka beberapa hal telah dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT (BI NTT) berkoordinasi dengan perbankan di NTT berupa penyediaan uang tunai yang memadai sebesar Rp 3,85 triliun sepanjang masa akhir tahun 2022.

"Memperbanyak titik penukaran uang tunai, baik melalui kas keliling maupun kas perbankan sebanyak 101 lokasi, bertambah 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya.

Kepala BI NTT mengatakan, melakukan penukaran uang pecahan kecil dengan menggunakan mobil kas keliling Bank Indonesia. Memastikan kehandalan ATM baik secara kemampuan layanan maupun jaringan.

"BI terus mendorong masyarakat untuk menggunakan transaksi pembayaran secara non tunai, antara lain QRIS, uang elektronik, BI-FAST, dan digital banking, yang dapat meminimalisir kontak fisik dalam bertransaksi," ujarnya.

Meskipun demikian, kata Donny, jika dibandingkan dengan realisasi pada Desember 2021 yang mencapai outflow sebesar Rp 2,34 triliun, terlihat adanya penurunan outflow pada Desember Tahun 2022 sebesar 21,1 persen.

Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, tingkat konsumsi rumah tangga yang melemah. Kondisi ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di NTT hasil Survei Konsumen yang dilakukan BI NTT pada Desember 2022 hanya sebesar 129,5, lebih rendah daripada IKK Desember 2021 yang dapat mencapai 140,0.

Melemahnya IKK tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi ekonomi mendatang yang lebih pesimis untuk 2023 sehingga masyarakat cenderung menahan konsumsinya dan memperbesar dana untuk berjaga-jaga.

"Kedua, inflasi yang tinggi. Inflasi pada akhir tahun 2022 mencapai 6,65 persen (yoy), sementara pada akhir tahun 2021 hanya sebesar 1,67 persen (yoy). Kondisi ini menyebabkan pelemahan daya beli masyarakat sehingga mempengaruhi pula jumlah uang tunai yang dibutuhkan," ungkapnya.

Selain itu karena anggaran fiskal yang menurun pada tahun 2022. Total anggaran belanja pemerintah di NTT (APBN dan APBD) pada tahun 2022 disediakan sebesar Rp 49,15 Triliun, lebih rendah dibandingkan dengan total anggaran tahun sebelumnya yang sebesar Rp 51,38 triliun, atau mengalami penurunan sebesar 4,34 persen (yoy).

"Selanjutnya kami tetap menghimbau masyarakat untuk dapat melakukan untuk berperilaku belanja bijak sesuai kebutuhan, berhemat, dan merawat Rupiah guna mendorong kesadaran masyarakat untuk semakin Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah," pungkasnya. (r2)

  • Bagikan