Kemiskinan dan Stunting, Jadi Fokus Klasis Kota Kupang Timur
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Klasis Kota Kupang Timur menggelar sidang majelis klasis di Gereja Efata Liliba. Sidang dibuka oleh Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt Merry Kolimon, Senin (23/1).
Sidang Majelis Klasis dipimpin Ketua Klasis Kota Kupang Timur, Pdt Samuel Pandie, dan dihadiri oleh Penjabat Wali Kota Kupang George M Hadjoh.
Rombongan disambut dengan tarian adat dan pengalungan selendang. Sidang Majelis Klasis Kota Kupang Timur Ke-lima ini diikuti oleh semua gereja di Klasis Kota Kupang Timur.
Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt Merry Kolimon mengatakan, teks Alkitab yang digumuli untuk dibawa ke sidang sinode nanti, menggarisbawahi dua hal, yaitu persekutuan dan komitmen gereja untuk terus melayani, mewartawakan damai sejahtera kepada dunia.
Pdt Mery menjelaskan, Tahun 2023 menjadi periode terakhir periode ini, periode 2020 sampai 2023, sekaligus menjadi tahun transisi periode ini ke periode selanjutnya.
"Di Tahun ini, banyak hal yang akan dilakukan, sudah terbentuk panitia pemilihan majelis sinode, panitia majelis klasis di sejumlah klasis, penatua dan diaken, jadi kita bukan hanya mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan tetapi juga merencanakan apa yang akan dikerjakan ke depan, dan siapa yang akan memimpin kita di lingkup Jemaat lingkup klasis dan lingkup sinode," kata Pdt Mery.
Ingatlah persekutuan dalam Kristus, semua pendeta dipanggil untuk pelayanan, ingatlah ini, jangan menjadikan kekuasaan atau jabatan menjadi segala-galanya. Persekutuan berjemaat, klasis dan sinode pun demikian.
"Kami di majelis Sinode GMIT bahkan sudah ada yang mengirimkan hasil survei, kami dengan tegas menegaskan, bahwa mekanisme bekerja tidak mengenal demikian, ada panitia pemilihan di lingkup jemaat, klasis dan sinode, tetapi cara kerja panitia tidak ada survei. Kami dengan tegas menegaskan bahwa survei itu tidak berlaku," katanya.
Dia mengatakan, ingatlah Koinonia, persekutuan, harus menjaga koinonia GMIT. Dia mengingatkan agar semua harus tetap pada prinsip, eklesia, menjadi terang dan pergi ke tengah-tengah dunia, untuk memberitakan apa yang Tuhan mau. Jangan sampai proses pemilihan majelis, klasis dan sinode menjadi polemik, jangan banyak tim sukses tetapi perbanyak tim doa.
"Kita berkomitmen untuk menjaga kualitas pelayanan gereja, bersekutu, bersaksi dan beribadah melayani dan pelayanan. Dalam persidangan ini, kami berharap roh Tuhan meciptakan, berkuasa, atas gerejaNya, masyarakat, bangsa dan atas alam semesta," ungkapnya.
Dia juga mengingatkan, dalam upaya maksimalisasi capaian haluan kebijakan umum pelayanan 2020 sampai 2023. Ada satu penyakit di GMIT, merencanakan apa yang tidak dikerjakan dan mengerjakan apa yang tidak direncanakan.
"Jangan di sidang perencanaan lain, pengerjaannya lain. Harus dipastikan bahwa semua jemaat di GMIT mempunyai BP4J dan BP3J," tandas Ketua Sinode GMIT.
Ketua Klasis Kota Kupang Timur, Pdt Samuel Pandie mengatakan, Tahun 2023 merupakan tahun yang berat bagi gereja karena menghadapi tiga isu besar. Ancaman krisis dan tentang nasib manusia menuju 2050.
"Kita akan ada masa di mana surplus Big Data. Bayangkan dengan segala kemajuan dan kecanggihan yyang kita dapat, banyak informasi yang datang setiap hari, setiap saat bagi kita, terjadilah surplus bagi kita, padahal daya tampung manusia terhadap informasi tidak cukup memadai," unhkapnya.
Menurut Pdt Samuel, manusia seolah berhadapan dengan apa yang disebut dengan persoalan merekayasa, seperti ada dalam sistem algoritma yang mengancam generasi-generasi baru dan seperti model-model robot baru.
"Setiap hari orang kehabisan waktu dengan handphone, dan segala macam informasi, kita bisa mati karena hobi. Di sisi lain, Tahun 2045 pemerintah menetapkan Indonesia emas, karena kita bertekad untuk mewujudkan Indonesia yang mampu bersaing dengan banyak negara maju," ungkapnya.
Dikatakan Pdt Samuel, GMIT dalam visi besar rencana induk pelayanan, juga mengingatkan untuk terwujudnya pemerintahan Allah yang adil, yang membawa damai sejahtera, dan memulihkan segala ciptaan.
"Salah satu kritik bagi gereja, setelah pandemi covid-19, mereka menyebut bahwa gereja menua. alat ukur kehidupan manusia adalah usia, dan ketika berbicara tentang gereja yang menua merupakan kritik tentang gereja yang dianggap tidak lagi produktif," jelasnya.
Dia menjelaskan, melalui visi GMIT, yang kuat yang juga harus diwujudkan dalam amanat HKUP, yaitu terwujudnya pemerintahan yang adil yang membawa damai sejahtera dan memulihkan segenap ciptaan, memerlukan perencanaan yang matang dan bisa terlihat panca pelayanan.
Klasis Kota Kupang Timur, kata Pdt Samuel, hakikat persidangan menjadi ajang evaluasi sekaligus inspirasi gereja untuk menjawab persoalan-persoalan di sekitar. Persoalan paling mengemuka dalam persidangan kali ini adalah kemiskinan dan stunting.
Data stanting di Kota Kupang, khusus untuk Klasis Kota Kupang Timur, kelurahan Liliba ada 185 anak, di Oesapa 373 anak, Kolhua ada 134 anak, maulafa 129 anak, Penfui 88 anak, Naimata 77 anak dan Oebufu 48 anak. (r2/r3)