RUTENG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Bupati Manggarai, Hery Nabit, melakukan panen perdana sorgum yang dibudidayakan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Satar Mese, Rabu (18/1). Pihak sekolah pun diberi apresiasi karena sukses membudidayakan tanaman yang bisa membantu mengurangi stunting.
Budidaya tanaman sorgum ini terletak di lahan milik aset Pemda Manggarai, tepatnya samping SMPN 1 Satar Mese, Dusun Nunur, Desa Iteng, Kecamatan Satar Mese. Kegiatan itu dihadiri pimpinan OPD, Camat Satar Mese, Damianus Arjo, Direktur Yayasan Ayo Indonesia, Tarsi Hurmali, para kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, para guru, dan pelajar.
"Saya menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam program ini, pemerintah kecamatan, dan desa, tokoh masyarakat, Yayasan Ayo Indonesia yang sudah menginisiasi program ini, dan khsusnya pihak SMPN 1 Satar Mese," ujar Bupati Nabit dalam kesempatan itu.
Menurut Bupati Hery, program budidaya sorgum merupakan contoh yang baik bagi masyarakat Manggarai. Tanaman sorgum itu dapat menjadi salah satu alternatif dalam memperkuat ketahanan pangan di tengah cuaca yang tidak menentu akibat perubahan iklim. Kandungan dalam sorgum bisa membantu mengurangi stunting.
Bupati Hery Nabit melanjutkan, tanaman tersebut sangat bergizi tinggi serta memiliki kadar gula yang rendah. Selain itu secara ekonomis juga bisa membantu para petani, serta bisa mengatasi krisis pangan. Sorgum yang dipanen itu selain untuk konsumsi juga untuk bibit ke depan. Untuk pemasaran diharapkan pihak desa bisa membeli dan menampung semua hasil sorgum.
"Nantinya untuk dikonsumsi masyarakat desa sebagai makan tambahan. Ini panganan lokal yang harus dikembangan terus. Kadar gula sangat rendah dan tentunya juga bergizi tinggi, serta sangat bernilai ekonomis. Kalau saya harus datang ke sini, itu karena sudah ada budidaya sorgum disini," katanya.
Bupati Hery Nabit menyatakan, sorgum itu bukan barang baru, tapi sudah terlalu lama masyarakat Manggarai kerja sendiri-sendiri. Tentu dengan kerja sama yang baik, maka yang pasti hasilnya akan maksimal. Kata dia, sudah ada Peraturan Bupati (Perbub) soal panganan lokal untuk cegah stunting. Tinggal sekarang bagaimana para kepala desa berpikir memanfaatkan lahan yang belum digarap untuk ditanami sorgum.
"Dengan cuaca yang tidak jelas seperti sekarang ini, sebagai bagian dari perubahan iklim, itu kita tidak bisa berharap terlalu banyak pada produksi padi. Hal itu karena produksi padi menjadi tidak menentu. Kita berharap bahwa padi yang tidak menentu ini, bisa ditutup oleh komoditas lain, termasuk sorgum," tutur Bupati Hery Nabit.
Camat Satar Mese, Damianus Arjo, dalam kesempatan yang sama menyebutkan, pihaknya punya program pengembangan sorgum di tujuh desa yang menjadi penguasaannya. Ketujuh desa itu, yakni Desa Iteng, Paka, Tal, Garang, Satar Loung, Legu, dan Desa Langgo.
Desa-desa ini, kata Damianus, sudah menyatakan komitmennya untuk menjadi pilot project pengembangan jenis tanaman sorgum. Total luas tanam dari 7 desa ini diperkirakan sekitar 5,6 hektare.
"Untuk Desa Iteng sendiri lahan yang digunakan sekitar dua hektare, dan lahan ini merupakan aset Pemda yang terletak di samping SMPN 1 Satar Mese. Selama ini yang di SMPN 1 Satar Mese, budidaya tanaman sorgum ini masuk dalam mata pelajaran muatan lokal," jelasnya.
Sementara Direktur Yayasan Ayo Indonesia, Tarsi Hurmali, mengatakan bahwa pihaknya juga berencana mengajarkan cara memasak sorgum. Selain itu dirinya menyampaikan komitmennya untuk mempromosikan tanaman pangan lokal tersebut. Tujuan utama pengembangan sorgum di Manggarai sebenarnya untuk peningkatan gizi.
"Kita tidak berpikir untuk jual hasil sorgum ini, karena memang tujuan awalnya untuk peningkatan gizi. Kalau banyak dan barangnya baik, tentu saja pasti ada pasar yang menyerapnya,” ujarnya (*)
Penulis: Fansi Runggat
Editor: Marthen Bana