KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (PJKR), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang mendapat kesempatan untuk meningkatkan soft skills presentasi.
Presentasi selama ini dianggap biasa bagi seseorang pemateri namun hal itu belum tentu sudah memenuhi sistematika yang ada dan berdampak bagi audiens atau peserta. Untuk itu, seorang calon guru dituntut menguasai atau memiliki kemampuan presentasi sesuai sistematika.
Selain berprofesi sebagai guru atau tenaga pendidik, dengan kemampuan yang dimiliki, seorang lulusan PJKR bisa mengambil peran sebagai MC, presenter dan tugas lainnya ketika berada di lingkungan masyarakat.
Pelatihan tersebut dilakukan dalam bentuk workshop dengan menghadirkan dua orang pemateri yakni Kandidat Doktor Olahraga, Jusuf Blegur, dengan materi Presenting Whit Impact dan Isak Riwu Rohi yang membawakan materinya tentang Effective Presentation Slides.
Soft skills workshop for students tersebut dibuka langsung oleh Dekan FKIP UKAW, dihadiri Kepro PJKR itu berlangsung di Ruang O Gedung Rektorat UKAW Kupang, Sabtu (29/1).
Dekan FKIP UKAW Andreas J.F Lumba mengaku bangga dan berterima kasih kepada para pemateri yang sudah meluangkan waktu untuk berbagi dan meningkatkan kemampuan mahasiswa.
Skil tersebut dikatakan, tidak hanya untuk mahasiswa namun dosen juga perlu menguasai dan memiliki keterampilan dalam hal presentasi karena presentasi tidak sebatas bagaimana bicara didepan orang banyak tetapi harus ada dampak.
"Sebagai dekan dan dosen Prodi PJKR, mengapresiasi upaya kandidat doktor, Jusuf Blegur karena dalam kesibukan studi doktoralnya, bisa meluangkan waktu untuk memberikan pelatihan berkaitan dengan presenting whit impact," katanya.
Menurut Dr Jhoni, kegiatan tersebut dilakukan dengan sederhana tetapi berdampak besar kepada masa depan mahasiswa karena sebagai generasi penerus mesti menguasai teknologi dan apa yang disampaikan itu benar-benar berdampak.
"Kita ingin, melalui kegiatan-kegiatan peningkatan skill seperti ini, mahasiswa bisa menjadi guru handal karena mereka adalah calon guru," ujarnya.
Disebutkan, sebagai calon presenter dan guru, ada sisitimatika pemikiran yang memberikan dampak positif, mulai dari penyiapan materi, menguasaan materi, menguasai forum dan target yang ingin di capai.
"Sebagai dekan, saya menyambut baik kegiatan ini dan berharap kegiatan ilmiah ini diikuti dengan baik oleh peserta agar dalam membuat power point mengacu pada pedoman," katanya.
Lebih lanjut, kata doktor olahraga pertama di NTT ini, peserta setelah menerima materi dilanjutkan dengan sesi praktek penyusunan power point secara sistematik.
"Saya terus mendorong agar kegiatan-kegiatan peningkatan kemampuan atau skills seperti ini terus dilakukan sehingga mahasiswa ketika tamat, memiliki kemampuan lebih dalam rangka mendesain power point dengan tuntunan pembelajaran yang produktif, efektif dan menyenangkan," sebutnya.
Pemater Jusuf Blegur menyebut, sistem pembelajaran di perguruan tinggi saat ini menuntut untuk berkomunikasi dalam hal ini komunikasi saintifik atau ilmiah. Hasil kerja mahasiswa harus disampaikan dalam bentuk oral presentasi lalu di diskusikan.
Sedangkan dalam hasil pengamatan, proses presentasi mahasiswa tidak optimal sehingga tidak ada tanggapan dari mahasiswa lain atau audiens.
"Hal ini yang melatarbelakangi terselenggaranya kegiatan peningkatan skill presentasi yang berdampak bagi calon guru ini," sebut mantan Kepro PJKR ini.
Dikatakan, keterampilan komunikasi dibutuhkan oleh semua bidang ilmu. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu mendapat pelatihan sejak awal. Ia mengakui, pelatihan tersebut belum menunjukkan hasil maksimal tapi ini sebagai langkah awal dan diharapkan Prodi menjadikan pelatih soft skills sebagai program tetap kepada mahasiswa baru.
"Kecakapan komunikasi, kepemimpinan, penguasaan ITE dan menejemen konflik harus dikuasai karena tran saat ini semuanya berbasis soft skills. Kita tidak bisa kuasai satu bidang ilmu sebagai guru saja sehingga tidak monoton tetapi bisa berekspansi. Kita tidak bisa datang dengan konsep konfensional lagi," sebutnya.
Ditambahkan, kecakapan ITE mahasiswa perlu di-upgrade karena proses belajar sekarang dan ilmunya digunakan untuk menentukan masa depan. Jika keterampilan masa depan tidak dapat direduksi mulai dari sekarang akan sulit.
"Ini kita baru mulai dari power point dan ini yang paling sederhana tapi mahasiswa masih kesulitan, sedangkan orang lain sudah sampai pada tingkat penggunaan aplikasi," pintanya.
Menurutnya aspek-aspek soft skills yang selama ini diabaikan harus terintegrasi dalam kurikulum maupun di luar kurikulum dalam bentuk pelatihan.
"Saat ini IPK itu bukan menjadi hal utama. Soft skills yang perlu ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan orang kaya di dunia menempatkan IPK itu nomor 14. Sedangkan yang diutamakan itu soft skills Pemerintah juga menerapkan aturan, bagi yang pakar di bidangnya bisa mengajar walau hanya S1. Ini menunjukan bahwa ijazah dan gelar bukan lagi menjadi sebuah keharusan," pintanya. (r3)