BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Seluruh pegawai Bank NTT di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), menyisihkan penghasilanya untuk berbagi dengan anak-anak stunting di daerah itu. Secara sadar mereka berkomitmen untuk mendukung program pemerintah dalam upaya pembangunan kualitas manusia di Matim.
Sumbangan pribadi karyawan Bank NTT di Matim itu mencapai Rp 12.200.000. Donasi itu telah diserahkan ke Pemkab Matim melalui Dinas Kesehatan di kantor Bupati Matim, Selasa (14/2).
Penyerahan dilakukan Wakil Pemimpin Cabang (Pinca) Bank NTT Borong, Johny Tadu Hungu, dan diterima Kepala Dinas Kesehatan, dr. Tintin Surip. Hadir menyaksikan penyerahan bantuan itu, Asisten III Setda Matim, Yohana F. K. Mbaut, sejumlah ASN dan pegawai Bank NTT.
"Bantuan ini merupakan bentuk kepedulian para pegawai Bank NTT untuk mendukung program pemerintah dalam mengatasi masalah stunting di Kabupaten Matim. Jadi sumbangan pribadi seluruh pegawai Bank, secara suka rela, sadar, suka cita, dan ikhlas," ujar Wakil Pinca Bank NTT Borong, Johny Tadu Hungu, dalam acara itu.
Menurutnya, gerakan kemanusian yang dilakukan manajemen Bank NTT Cabang Borong ini, merupakan lajutkan aksi Peduli Stunting dari tahun 2022 lalu dengan jargon yang sama "Sahabat Baduta Stunting Bank NTT".
Menurut Johny, bantuan itu tidak seberapa besar nilainya, namun setidaknya bisa bantu menekan atau menurunkan angka kasus stunting di Kabupaten Matim.
Sementara Asisten III Setda Matim, Yohana F. K. Mbaut, dalam kesempatan itu menyampaikan terima kasih kepada pimpinan dan pegawai Bank NTT karena selalu bersama pemerintah membangun Kabupaten Matim.
Apresiasi kepada Bank NTT yang telah menaruh kepedulian akan kasus stunting di Kabupaten Matim. Bantuan itu merupakan sesuatu yang luar biasa, apalagi gerakan pribadi terhadap kepedulian masalah stunting.
"Sekecil apa pun itu, tentu sangat bermanfaat untuk penanganan stunting di Matim. Ini suatu rejeki. Apalagi ini kali kedua Bank NTT melakukan gerakan peduli stunting di Matim. Harapan tetap berjuang bersama untuk menurunkan angka stunting di Matim. Ini bisa juga menggugah pihak swasta, ASN, dan semua pihak untuk ikut menaruh kepedulian sama seperti yang dilakukan oleh Bank NTT," kata Yohana.
Kepala Dinas Kesehatan Matim, dr. Tintin Surip, mengatakan, bantuan itu merupakan wujud perhatian yang kedua kali dari Bank NTT dalam upaya mendukung penanganan stunting di Matim. Bantuan dari bank milik masyarakat NTT ini, selanjutnya akan diserahkan kepada kader di desa, dalam hal ini PKK tingkat desa, yang nantinya dipantau oleh bidang gizi dari Puskesmas.
"Terima kasih kepada Bank NTT atas kepedulianya. Tahun ini kami di Dinas Kesehatan, sudah mengikuti sistem yang dibuat Bank NTT untuk berbagi kasih sayang kepada orang lain, khusus untuk penanganan stunting melalui Gerakan Orang Tua Peduli Stunting (GOTPS). "Saya berharap, apa yang dilakukan Bank NTT ini juga bisa ditiru oleh ASN di Matim," harap dr. Tintin.
Dngan mengumpulkan sedikit pendapatan yang dimiliki, kata dr. Tintin, kalau banyak orang yang ikut pasti akan menjadi besar jumlahnya dan sangat membantu. "Asal saja diberikan secara ikhlas," tandasnya.
Menurut dr. Tintin, Bank NTT sudah mulai memberi contoh terbaik untuk semua pihak. Sebesar apapun nilainya, tentu sangat bermanfaat. Apalagi jika banyak yang ikut bergerak pasti sangat bermanfaat.
Dokter Tintin menambahkan, alasan bantuan itu diserahkan langsung ke kader desa dilandasi pertimbangan jauh lebih efektif ketimbang langsung ke sasaran. "Karena terkadang, jika langsung ke sasaran, maka bukan hanya untuk anak stunting, tapi juga orang lain dalam keluarga. Sehingga tidak efektif. Nanti uang yang ada, kader yang membeli bahan mentah untuk masak. Disini ada petugas gizi, tugasnya menyusun menu untuk kebutuhan Penambahan Makanan Tambahan (PMT) bagi anak stunting," jelasnya.
"Jadi fungsinya selain menambah kekurangan protein pada anak, juga mendidik orang tua untuk mengikuti pola masakan yang dicontohkan oleh kader di desa. Artinya disini ada edukasi bagi orang tua, karena bantuan itu tidak ada terus menerus," pungkasnya. (*)
Penulis: Fansi Runggat
Editor: Marthen Bana