KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Tular Nalar menggelar Sekolah Kebangsaan bagi mahasiswa pemilih pemula di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Undana Kupang, Jumat (17/2).
Sekolah Kebangsaan tersebut fokus pada pendidikan literasi digital bagi pemilih pemula menjelang tahun politik 2024. Sebab, salah satu persoalan menjelang Pemilu adalah adanya polarisasi politik yang dalam dunia digital kian kentara, sehingga perlu disikapi dengan menjadi netizen yang tanggap dan tangguh.
Untuk itu, Tular Nalar hadir menyiapkan dan memaparkan sedini mungkin konsep politik demokrasi berkaitan dengan literasi digital bagi pemilih pemula. Terdapat tujuh fasilitator yang memandu jalannya kegiatan, yakni Maria Rossy, Nonnie Arjana, Juan Nafie, Yulita Nara, Henny Lada, Fitria Meilawati, dan Muhammad Aslam.
Koordinator Kegiatan Sekolah Kebangsaan, Maria Rossy menyampaikan, kegiatan tersebut digelar di seluruh Indonesia. Khusus di Provinsi NTT, hanya dilaksanakan di kampus FISIP Undana. "Kuota 48 orang tapi karena harus mengakomodir semua prodi di FISIP, jadi harus dibagi. Kegiatan ini dilaksanakan secara santai dan menyenangkan," ujarnya.
Dengan kelas tersebut, lanjut Rossy, pemilih pemula diharapkan dapat memilih pemimpin dengan cerdas dan mampu menjadi agen perubahan dalam program-program literasi digital. Pasalnya, anak muda merupakan konsumen dari teknologi digitalisasi. Dengan demikian, sambungnya, anak muda dapat menularkan nalar tentang bermedia di era saat ini.
Wakil Dekan I (Bidang Akademik) FISIP Undana, Jacob Wadu mengatakan, anak muda harus memiliki kepekaan terhadap kesatuan dan persatuan bangsa. "Rasa peduli itu dapat terealisasi salah satunya dengan memanfaatkan media digital secara bijaksana," ucap Jacob.
Ia berpesan, politik uang telah sering terjadi, karena itu, sebagai pemilih pemula ditegaskan untuk menghindarinya dan jangan sampai menggadaikan suaranya. "Kalau gadaikan suara kita, maka mereka tidak perhatikan kepentingan kita lagi. Jadi mahasiswa tolong mengikuti dengan baik sehingga bisa menjadi pemilih pemula yang rasional," cetusnya.
Sekretaris Dinas Kominfo Kota Kupang, Andre Otta menjelaskan, disrupsi teknologi mengakibatkan akses informasi terbuka luas, sehingga disrupsi digital berdampak pada disrupsi informasi.
Disamping itu, proses politik dibentuk dari konsep berpikir dan dibentuk dari idealisme untuk menyaring informasi. "Jadi di era disrupsi ini, kita harus bisa menyaring sebelum berbagi, tidak memiliki narasi dan konstruksi pikiran, maka akan memilih orang yang salah," jelas Andre.
Sebagai agen perubahan, Andre mengajak para pemilih pemula untuk memaksimalkan pencegahan terkait disrupsi informasi.
"Lihat visi dan misi, rekam jejak yang baik, diusung oleh partai yang berkebangsaan kuat. Untuk kepala daerah, perhatikan figur dan programnya untuk daerah," pesannya.
Pantauan TIMEX, peserta dibentuk dalam tujuh kelompok dengan fasilitatornya masing-masing, kemudian dengan metode menyenangkan, membahas seputar partisipasi publik, aktivitas publik, cek fakta secara kritis dan cara memilih pemimpin yang cerdas. (Cr1)
Editor: Marthen Bana