BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Lima orang petugas dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sistem Penyedia Air Minum (SPAM) Kabupaten Manggarai Timur (Matim), mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) yang diselenggarakan Kementerian PUPR melalui Balai Teknologi Air Minum. Bimtek ini berlangsung secara online selama lima hari, yakni 20 - 24 Februari 2023.
Bimtek Peningkatan SDM ini diikuti tiga kelompok, masing-masing pelayanan pelanggan dengan peserta tiga orang, pelaporan keuangan satu orang, dan perencanaan air minum sistem hidrologi dengan aplikasi epanet. Peserta pun mengaku bersyukur bisa mengikuti kegiatan yang ada. Lebih khusus, terkait perencanaan pembangunan air minum yang tepat dan benar.
"Tugasnya UPTD SPAM itu ada empat, yakni operasi pemeliharaan, perawatan, SDM, dan kelembagaan. Jadi salah satu tupoksi terkait SDM ini, pada Ferbruari 2023, Kementrian PUPR memberi kesempatan lima orang pelaksana UPTD SPAM Matim, mengikuti Bimtek pengelolaan air minum," ujar Kepala UPTD SPAM Matim, Fransiskus Yun Aga, kepada TIMEX di ruang kerjanya, Jumat (24/2).
Fransiskus menjelaskan, Bimtek itu dalam rangka bagaimana meningkatan SDM sebagai operator air minum di Kabupaten Matim. Bimtek seperti ini, lanjut sosok yang akrab disapa Kevin, biasanya dilakukan secara mandiri oleh masing-masing PDAM atau UPTD SPAM, dengan mengirim peserta hadir di Jakarta. Keseluruhan biaya ditanggung lembaga, baik transportasi, akomodasi, dan kontribusi.
Namun untungnya, kata Kevin, kegiatan kali ini seluruh pembiayaan ditanggung APBN, dalam hal ini dibiayai Balai Teknologi Air Minum, Kementrian PUPR. Disini UPTD SPAM Matim, tentu membutuhkan SDM yang mampu mengelola sistem pelayanan air minum kedepan. Lembaga UPTD SPAM sendiri tidak bisa ingin pelayanan lebih baik, tapi tanpa memiliki SDM belum mumpuni.
"Sehingga kesempatan Bimtek seperti ini adalah sebuah kesempatan istimewah bagi UPTD SPAM. Saya tidak bisa membayangkan kalau satu orang ikut Bimtek ke Jakarta dan perjalanan dinasnya itu sebesar Rp 15 juta. Jadi kalau 5 orang yang ikut, butuh Rp 75 juta yang dikeluarkan oleh lembaga UPTD SPAM. Tapi dengan kegiatan secara online ini, kami bisa hemat. Selama ini ada undnagan kesana, dan kita tidak ikut, karena kita kandas di biaya," jelas Kevin.
Menurutnya, bagi kelima peserta yang telah mengikuti Bimtek itu akan mendapat sertifikat dari Kementerian PUPR. Kevin pun berharap, semoga kedepan masih ada lagi peserta dari lembaga yang dipimpinya itu, untuk bisa ikut kegiatan yang sama.
Kevin juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Balai Teknologi Air Minum, Kementerian PUPR yang telah memberi kesempatan bagi UPTD SPAM Matim menjadi bagian dari program kegiatan peningkatan kapasitas SDM.
"Saya sudah usul lagi untuk bisa ikut kegiatan Bimtek selanjutnya. Mudah-mudahan ada yang dipanggil untuk bisa ikut. Masih banyak hal, karena di Balai Teknologi Air Minum itu ada pelatihan untuk operasional Instalasi Pengelolan Air (IPA), distribusi pemeliharaan, distribusi, dan juga ada penurunan tingkat kehilangan air. Disini memang kita butuh SDM yang andal," kata Kevin.
Kevin menambahkan, dari lima petugas pelaksana yang ikut Bimtek itu, terkait pelayanan pelanggan diikuti oleh tiga orang, masing-masing dua dari Borong dan satu dari IKK Watu Ngong. Untuk Bimtek pelaporan keuangan satu orang, yakni dari kantor pusat UPTD SPAM, dan terkait perencanaan air minum sistem hidrologi ada satu orang dari kantor pusat UPTD SPAM..
"Kegiatannya berlangsung selama lima hari, dengan durasi waktu sejak pukul 08.00 Wita hingga berakhir pukul 17.00 Wita. Setelah selesai kegiatan Bimtek, saya mengajak mereka untuk diskusi kembali seputar kegiatan yang mereka sudah ikut atau disini shering pengetahuan yang mereka peroleh," katanya.
Sementara peserta Bimtek untuk kelompok perencanaan air minum sistem hidrologi, Handri Semar, kepada TIMEX mengaku sangat beruntung dapat mengikuti kegiatan Bimtek tersebut. Banyak hal baru yang diperoleh dari kegiatan itu, dan boleh dibilang sangat membantu. Terutama bagaimana cara mendesain/merencanakan jaringan perpipaan, mulai dari sumber air baku sampai ke tingkat pelayanan.
"Disana dibantu dengan program epanet. Program ini membantu memudahkan kita mendesain jaringan perpipaan. Dalam program ini juga bisa mengevaluasi jaringan yang sudah dibangun, apakah layak atau tidak. Ketika tidak layak, maka solusinya seperti apa. Apalagi disitu ada simulasi-simulasi hidraulis dalam jaringan pipa. Jadi luar biasa sekali, dan saya bersyukur bisa diberi kesempatan ikut dalam Bimtek ini," tutur Handri.
Hendri berharap kedepan dirinya dapat mengaplikasikan pengetahuan yang ia dapat di lapangan. Secara garis besar, sudah bisa menyerap semua materi dalam Bimtek itu, namun tetap terus belajar untuk peningkatan skil. Kebetulan setiap akhir kegiatan secara online itu, mereka diberi recording. Sehingga bisa menonton ulang semua aktifitas yang sudah dilaksanakan, untuk dijadikan bahan belajar selanjutnya.
Handri menambahkan, selama ini rencana air minum dilakukan secara manual. Tapi untuk mengambil gambar peta satelit dengan memanfaatkan Google Earth. Sehingga bisa melihat lokasi yang direncanakan dan input dalam program CAP. Selanjutnya untuk jarak, tentu dengan turun langsung ke lokasi dan mengukur riil menggunkaan meter, juga menggunakan GPS. Termasuk perhitungan dilakukan secara manual.
"Jadi disini kami ketahui dulu berapa jumlah masyarakat di wilayah itu. Lalu kita temukan standar kebutuhan airnya. Lalu debit yang tersedia itu berapa. Selanjutnya kita buat perencanaanya. Kalau dalam program yang kami ikut pada Bimtek, disitu sudah bisa tentukan simulasi hidraulisnya, bahwa air yang mengalir itu bisa diketahui. Sehingga tahu benar, pada titik itu ada penurunan tekanan, lalu kita bisa evaluasi dengan aplikasi yang baru ini," urai Handri.
Masih kata Handri, dalam program epanet, bisa menentukan diamter pipa yang digunkan. Selain itu jenis pipa apa yang disesuai dengan lokasi wilayah. Disana bisa diketahui semuanya. Termasuk tekanan-tekan pada setiap pipa, dan debit yang mengalir melalui pipa bisa diketahui. Sehingga dalam program epanet ini, perencanaanya lebih bagus atau baik.
"Terutama untuk melayanai sekian rumah tangga atau penduduk, harus menggunkan pipa dengan spek seperti apa. Ukuranya berapa, kekasaranya berapa. Terus air yang diambil itu berapa liter per detik kapasitanya. Sehingga bisa ketahui, kalau mengaliri ke-100 Sambungan Rumah (SR) dengan jumlah 600 orang, maka dibutuhkan satu liter per detik. Kalau jumlah ini cukup dengan pipa satu dim, maka cukup dengan pipa TPC, dan disitu bisa terlayani," ujarnya.
Tentunya, bisa dihitung biaya yang dibutuhkan. Artinya perencanaan selama ini belum pada perhitungan Hidraulisnya. Perhitungan tersebut dalam rangka perencanaan khusus untuk air minum, yang memastikan soal volume, dimensi pipa, tingkat kekasaran pipa. Mengatur kekasaran pipa itu, terkait dengan kecepatan dan tekanan.
"Sehingga kedepan, berharap perencanan pembangunan air minum, dengan perhitungan Hidraulis. Bahwa artinya, analisis perencanaanya berbasis hidraulis," harap Handri.
Rencana pembangunan air itu, harus dimulai dari hilir. Dimana, pastikan berapa orang yang membutuhkan air, maka berapa kebutuhanya. Berarti jenis material apa yang dibutuhkan, dimensi pipa, dan tingkat kekasaran pipa. Kemudian mencari sumber mana yang mencakupi itu. Maka disini pembiayaan, benar-benar riil sesuai kebutuhan. Dipertimbangkan lagi dengan tingkat atau proyeksi pertumbuhan penduduk. (*)
Penulis: Fansi Runggat