KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Upaya penanggulangan masalah stunting di NTT terus digelar dengan melibatkan berbagai pihak. Seperti halnya dilakukan Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang se NTT.
Dalam rangka memperingati HUT Ke-43 Kemala Bhayangkari Yayasan Kemala Bhayangkari menggelar webinar bertajuk Cegah Stunting, Generasi Muda Peduli Stunting di Mapolresta Kupang Kota, Kamis (16/3).
Kegiatan tersebut melibatkan remaja dari sejumlah sekolah, pengurus dan anggota Bhayangkari Cabang Polresta Kupang Kota secara offline, dan pengurus Bhayangkari Cabang se-NTT secara daring.
Webinar tersebut menghadirkan dua narasumber yang berkompeten yakni dr. Erma Rantela'bi, sp.OG dan Psikolog, Theodora Takalapeta.
dr. Erma Rantela'bi, sp.OG dalam materinya menjelaskan Stunting menyebabkan seorang anak gagal tumbuh dengan perkembangan otak yang lambat, dan upaya pencegahan stunting harus dimulai dari penanganan 1.000 hari pertama kehidupan.
Salah satunya mempersiapkan para anak remaja yang siap untuk melangkah ke jenjang pernikahan dengan ketentuan usia matang untuk perempuan mencapai 21 tahun, sedangkan laki-laki sudah berusia 25 tahun.
Tujuannya pada usia matang tersebut, khususnya perempuan sudah siap menghadapi konsekuensi setelah menikah terutama untuk mengandung dan melahirkan anak.
Selain itu, laki-laki dan perempuan sudah siap secara mental menghadapi tekanan dalam pernikahan, dan siap secara ekonomi dan finansial keuangan.
Sedangkan jika remaja putri melakukan pernikahan dini maka resikonya tubuh akan mengalami Anemia atau kekurangan zat besi. Tanda anemia pada remaja putri ditandai tubuhnya mudah lesu, lelah, letih, lemah, dan lunglai dan gejalanya yang terlihat berupa mengalami kehilangan banyak darah saat menstruasi, kurang zat besi akibat melakukan diet yang keliru.
Dampak bagi remaja putri yang mengalami anemia saat hamil maka akan mengalami pendarahan saat melahirkan yang beresiko kematian ibu dan bayi.
Bahkan dampak lainnya, anak yang dilahirkan berpotensi terkena stunting karena sejak dalam kandungan telah mengalami kekurangan nutrisi.
Psikolog, Theodora Takalapeta menilai keluarga sangat berperan penting dalam memberikan motivasi yang mendukung perkembangan anak terutama remaja yang berusaha mencari identitas diri.
Pasalnya anak remaja rentan mengalami kekosongan hidup, sehingga peran orangtua sangat besar untuk mengarahkan anak melakukan berbagai hal positif, seperti memfokuskan anak pada pendidikan, pengembangan kemampuan dan keterampilan, serta memberikan motivasi dan dukungan bagi anak untuk berjuang meraih mimpi dan cita-cita yang menjadi pemanis di masa muda.
Theodora mengutarakan permasalahan usia anak remaja laki-laki dan perempuan kerapkali terlibat banyak konflik karena masih mencari identitas diri, dan membutuhkan pengakuan, sehingga jika tidak diimbangi dengan pola pengasuhan yang salah maka dampak negatifnya terjadi kenakalan remaja, menjadi korban bullying dan kekerasan fisik, pergaulan bebas hingga hamil di luar nikah.
Permasalahan penting saat usia remaja akan mengalami perubahan secara fisik beberapa bagian tubuh laki-laki dan perempuan yang memicu adanya ketertarikan pada lawan jenis.
"Para remaja yang masih mencari identitas diri, maka peran penting orangtua yang memberikan pemahaman dan edukasi agar remaja dapat menggunakan organ intim secara bijaksana agar tidak jatuh dalam pernikahan dini yang membawa banyak dampak negatif, terutama kecenderungan seks bebas, gangguan mental karena tidak siap dalam berumah tangga, dan resiko bagi remaja putri terkena anemia yang dapat menyebabkan keguguran hingga kematian saat melahirkan anak," ungkap Theodora.
Pihaknya berpesan kepada para remaja dan generasi muda agar menjalani hidup secara bijaksana karena hidup hanya sekali namun dinikmati berkali-kali, sedangkan menikah sekali tapi segalanya dibatasi. (r3)