KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Rumah Sakit Siloam Kupang bersama Dokter Spesialis Bedah Indonesia menggelar Pemutaran Film 3D dan Edukasi Kesehatan Otak Untuk Masyarakat Umum dan Medis, di Studio 1 Cinepolis Lippo Plaza, Kamis (23/3).
Film tersebut berjudul "Kehebatan Otak Manusia Menentukan Peradaban Bangsa dan Potensi Bencana Yang Mengintainya".
Pemutaran film itu memperlihatkan proses dan perjuangan Tim Dokter Bedah Siloam yang bertandang dari satu pulau ke pulau terpencil di Indonesia, seperti di pedalaman Papua, Nias, Manado, dan sebagainya.
Film tentang otak tersebut menjelaskan bahwa otak perlu dimotivasi, diasah dan dilatih agar saraf sinapsis dapat terus meningkat. Sinapsis sendiri adalah tempat yang menghubungkan ujung sel saraf dengan sel saraf lainnya.
Otak dapat diasah dengan melakukan aktivitas seperti berolahraga, membaca dan berpikir. Sebab, otak merupakan alat vital dalam kehidupan manusia, yakni sumber peradaban.
Dijelaskan, otak dapat rusak apabila terpapar asap rokok dan HiV serta penyebab lainnya.
Menariknya, dalam film tersebut juga memperlihatkan proses pengoperasian otak manusia yang diserang berbagai penyakit, seperti tumor, kanker dan struk.
Proses operasi dilaksanakan dengan sangat hati-hati, lantaran didalam otak terdapat 100 miliar saraf yang mudah pecah.
Setelah pemutaran film, diadakan tanya jawab atau diskusi bersama tiga dokter bedah, yakni Prof. Dr. Dr. dr. Eka J. Wahjoepramono Sp. BS, K, P.hD, dr. Donny Argue, Sp.BS, dan dr. Elric Brahm Malelak, Sp.BS.
Direktur RS Siloam Kupang, dr. Andreas Wijaya mengatakan, Siloam sangat mendukung acara tersebut, karena merupakan momen besar bagi dunia medis.
dr. Andreas menyebut, Siloam tidak saja melayani secara medis, tetapi juga berupaya memberi pengetahuan kepada masyarakat seputar kesehatan.
"Selain memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat, kami juga berkewajiban memberikan edukasi. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat," ujarnya.
Prof. Eka mengatakan, pemutaran film berkaitan dengan otak manusia tersebut merupakan satu-satunya di dunia.
Menurut Prof. Eka, teknik operasi otak di Indonesia pada 30 tahun lalu mustahil untuk dilakukan, apalagi banyak masyarakat Indonesia yang berobat keluar negeri.
"Apakah dokter Indonesia tidak bisa menyelesaikan persoalan otak? Mari bergandengan tangan baik negeri maupun swasta majukan Indonesia," tegas Prof. Eka.
Ia menegaskan, saat ini dokter bedah Indonesia sudah selangkah lebih maju dengan dukungan dari fasilitas-fasilitas pendukung medis.
Dia menambahkan, selain melaksanakan operasi otak, pihaknya juga memberikan kuliah di berbagai universitas hingga luar negeri.
Prof. Eka menyampaikan, Siloam bertekad agar ke depan tidak saja menangani kesehatan jantung, melainkan juga dapat melaksanakan operasi otak. Sehingga, masyarakat NTT dapat melaksanakan operasi otak di NTT, sebab Siloam telah menyediakan tenaga dan fasilitas medis yang memadai.
Salah satu peserta yang hadir, yakni Ketua Dewan Pembina Yayasan Citra Bina Insan Mandiri (CBIM) sekaligus Anggota DPD RI, Abraham Paul Liyanto, mengatakan pemutaran film tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat dan medis. Pasalnya, kesehatan otak merupakan kepentingan bersama.
Hal itu pun sebagai wujud mendorong dan memajukan dunia medis di NTT. Dirinya berterima kasih, sebab meskipun daerah terpencil, tetapi NTT memiliki potensi yang apabila diakomodir maka juga dapat memajukan NTT sendiri.
"Kita memang miskin infrastruktur, tapi tidak miskin SDM. Kita butuh motivasi seperti para dokter tersebut, untuk bisa mendorong semangat yang kita miliki," tuturnya.
Paul bersyukur, meskipun indeks medis NTT masih rendah, tetapi tetap ada progres dan proses untuk terus bergerak maju. (cr1/ito)