Perumda Tirta Komodo Gagas Penanaman 1000 Pohon di Wae Ajang, Romo Ino: Air Miliki Multidimensi

  • Bagikan
Sekda Manggarai, Fansi Jahang menanam pohon di sumber mata air Wae Ajang, Kelurahan Bangka Leda, Kecamatan Langke Rembong, Kamis (23/3). (FOTO: FANSI JAHANG/TIMEX)

RUTENG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Komodo Ruteng, Kabupaten Manggarai, melakukan melakukan aksi penghijauan di sumber mata air Wae Ajang, Kelurahan Bangka Leda, Kecamatan Langke Rembong, Kamis (23/3). Sebanyak 1.000 pohon jenis ara ditanam di sumber air tersebut.

Aksi dalam memperingati hari air sedunia ini dihadiri Sekertaris Daerah (Sekda) Manggarai, Fansi Jahang, Direktur PDAM Tirta Komodo Ruteng, Marselus Sudirman, sejumlah pimpinan OPD, Pasi Intel Kodim 1612 Manggarai, Letda Inf. Fernando Mendonca, Kabagsumda Polres Manggarai, Hyppo Bole, dan DPC HIPPMI Manggarai, Yopy Bole.

Hadir juga rohaniwan Katolik, Romo Ino Sutam, serta melibatkan mahasiswa Unika St. Paulus Reteng, perwakilan mahasiswa STIE Karya Ruteng, para pelajar SMK St. Aloisius Ruteng dan para pelajar SMAK setia Bakti Ruteng, juga pegawai Perumda Tirta Komodo Ruteng. Sebelum ditanam, anakan pohon itu diberi berkat secara agama katolik. 

"Hari ini kita tanam 1.000 pohon ara di sumber mata air Wae Ajang, yang merupakan aset milik Perumda Tirta Komodo. Wae Ajang ini memiliki kapasitas 8 liter per detik untuk melayani 2500 para pelanggan di wilayah kelurahan Wali Kecamatan, kota Ruteng," ujar Direktur PDAM Tirta Komodo Ruteng, Marselus Sudirman.

Sudirman menjelaskan, dari kapasitas 8 liter yang ada, kini yang terpakai hanya 6,5 per detik. Dimana dalam satu rumah tangga, ada 4 orang dan itu artinya telah melayani 10 ribu jiwa. Jika saja sumber mata air yang ada tidak dirawat dan dipelihara, itu berarti sejumlah 10 ribu jiwa tidak dapat mengakses pasokan air minum.

"Kegiatan yang berlangsung saat ini, merupakan kegiatan ke-6 yang digelar oleh jajaran Perumda Tirta Komodo, sejak tahun 2021 dirinya dilantik menjadi pimpinan di Perumda. Sebelumnya kita tanam di mata air Wae Pong, sumber mata air Wae Reket, sumber mata di Pagal, sumber mata air di Langke Majok, sumber mata air Wae Ri’i, dan saat ini tanam di sumber mata air Wae Ajang,” jelasnya.

Sudirman menambahkan, pihaknya memiliki program unggulan. Salah satunya, menanam minimal 1.000 pohon setiap tahun.

Dia mengibaratkan pohon dan air itu sepasang kekasih. Sehingga dengan menanam banyak pohon, maka akan berdampak pada munculnya sumber mata air baru. 

Sementara Sekda Manggarai, Fansi Jahang, mengapresiasi terlaksananya kegiatan penanaman pohon di sumber mata air Wae Ajang yang dilakukan Perumda Tirta Komodo dengan melibatkan sejumlah komponen. Dengan menanam pohon berarti berkontribusi nyata dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan dan juga sumber air.

"Aksi yang dilakukan oleh jajaran PDAM Tirta Komodo, mau menyadarkan masyarakat pemakai air di Kabupaten Manggarai. Pasalnya debit air saat ini semakin berkurang, maka masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya menjaga kelestarian alam," ujar Sekda Fansi.

Dia menjelaskan, saat ini begitu penting pelbagai pihak agar melakukan aksi penanaman pohon di sejumlah mata air yang ada di wilayah Kabupaten Manggarai.

Menurut Sekda Fansi, semua tidak bisa menikmatinya sekarang, tetapi 10 atau 20 tahun kedepan pasti akan dinikmati oleh anak cucu. Dia juga menghibau, agar perlu juga menjaga kebersihan di sekitara sumber mata air.

"Kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Manggarai, saya mengimbau agar jangan membuang sampah di area sumber mata air, karena akan berdampak pada kualitas air minum. Saya juga meminta kerja sama setiap stakeholder untuk mengimbau masyarakat agar menjaga sumber mata air yang ada. Kadangkala kita cari gampang, dimana sampah lepas saja di sekitar mata air,” kata Sekda Fansi.

Sementara rohaniwan katolik, Romo Ino Sutam mengatakan, merawat air merupakan tanggung jawab generasi. Dalam budaya Manggarai ada istilah "wakak betong asa manga wake nipu tae, muntung gurung pu’u manga wungkut nipu curup. Tepo betong senggong manga wolo nipu tombo". Ungkapan ini sangat bermakna untuk kehidupan manusia.

“Ungkapan ini berarti tanggung jawab kita, bahwa air itu dari generasi ke generasi. Air itu abadi dan kekal, dan kitalah yang menjadi generasi penjaganya. Dalam kitab suci umat katolik, Yesus sendiri menyamakan dirinya sebagai sumber air hidup. Karena itu air memiliki multidimensi di antaranya dimensi sosial, kultural, politik, dan spiritual," kata Romo Ino. (*)

Penulis: Fansi Runggat

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan