KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Peringatan akan peristiwa kesengsaraan hingga kematian Yesus Kristus diperingati umat Kristiani di seantero jagat raya, termasuk di Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam kebaktian Jumat Agung, Jumat (7/4).
Di Jemaat Bukit Kasih Baumata Barat (JBK-BB), Klasis Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, kebaktian Jumat Agung berlangsung penuh khidmat pada Jumat (7/4) pagi. Lebih kurang 400an umat hadir memenuhi ruang kebaktian utama hingga selasar dan tenda khusus yang disiapkan panitia hari raya gerejawi (PHRG) jemaat setempat.
Pelayan Tuhan, Pdt. Fajar Agung Lisnahan, S.Th yang memimpin kebaktian pagi tadi mengatakan bahwa, peristiwa kematian Yesus Kristus yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristen bertujuan untuk tetap mengingat cinta kasih Yesus kepada umat manusia.
"Tuhan Yesus rela mengorbankan nyawaNya untuk menebus manusia karena dosa. Allah membenci dosa sebab Allah adalah kudus," kata Pdt. Fajar dalam khotbahnya yang diambil dari Injil Matius 27:32-61.
Pdt. Fajar menyatakan bahwa ketika peristiwa penyaliban Yesus, diantara pukul 12.00 hingga 15.00, hari tiba-tiba gelap, lalu tabir bait suci terbelah menjadi dua, gunung-gunung batu terbelah, orang-orang kudus bangkit dari kubur yang terbuka, juga peristiwa gempa bumi.
"Allah menjadikan bumi gelap karena kita kehilangan Allah yang maha kuasa karena dosa-dosa kita," ucap Pdt. Fajar.
Hal yang perlu dimaknai umat manusia, demikian Pdt. Fajar, adalah pengakuan kepala pasukan yang berkata, "Sungguh, Ia ini adalah anak Allah". Perkataan kepala pasukan ini merupakan wujud kesadaran bahwa Yesus sesungguhnya adalah orang benar.
"Ini menyadarkan kita bahwa kebenaran haruslah di atas segalanya. Benar katakan benar, salah katakan salah, jangan memutarbalikkan kebenaran," tandas Pdt. Fajar.
"Sebagai umat yang percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat dalam hidup kita, hendaklah kita hidup berdamai satu dengan yang lain. Perbedaan adalah manusiawi. Perbedaan itu bukanlah sesuatu hal yang dipakai untuk meniadakan kebenaran, tapi sebagai dasar untuk kita maknai kebenaran itu," tandas Pdt. Fajar mengakhiri khotbahnya. (aln)