Tekan Stunting, Tanoto Foundation Intervensi Penanganan di Dua Kabupaten

  • Bagikan
AUDIENSI. Wakil Gubernur NTT, Josef Nai Soi ketika menerima kunjungan dari Tanoto Foundation di ruang kerjanya, Kamis (4/5). (FOTO: INTHO HERISON TIHU/TIMEX).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kabupaten/Kota terus berupaya untuk menekankan kasus stunting. Di Indonesia, NTT merupakan salah satu provinsi penyumbang masalah stunting terbanyak.

Berbagai pihak juga terlibat membantu upaya pemerintah dengan menargetkan NTT bebas stunting atau zero stunting. Salah satunya adalah Tanoto Foundation.

Melalui program Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia (PASTI), Tanoto Foundation berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia, Tbk siap mengintervensi.

Program pasti difokus dalam upaya pemberantasan stunting di dua kabupaten di NTT yakni Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Kupang.

Intervensi penanganan masalah kesehatan anak ini juga pernah dilakukan pada tahun 2022, dengan membangun jaringan air bersih dan tenaga kesehatan bagi warga di Soe Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Sebelumnya menerapkan program yang ada, para perwakilan konsorsium melakukan audiens dengan Wakil Gubernur NTT. Pertemuan itu untuk menyamakan program kerja dalam kaitannya dengan stunting, Kamis (4/5).

Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation, Eddy Henry mengatakan, untuk mencapai target penurunan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024, diperlukan upaya yang intensif dari semua pihak, tak hanya pemerintah semata. Sehingga, beragam upaya percepatan penurunan stunting yang kami lakukan di NTT merupakan kolaborasi berbagai pihak dari lembaga swasta, organisasi filantropi, akademisi hingga media.

Dikatakan sepanjang 2021 hingga 2022, Tanoto Foundation telah melaksanakan sejumlah program penanganan stunting di NTT. Hal ini tentunya juga dapat terlaksana berkat dukungan Pemerintah Provinsi NTT maupun kabupaten/kota di mana program-program tersebut dijalankan.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi NTT atas kolaborasi selama ini. Kita harapkan kerja sama dalam program-program intervensi stunting dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif kepada masyarakat dan tercipta generasi masa depan NTT bebas stunting,” pungkasnya.

Sedangkan tahun 2023 pihaknya fokus dalam upaya pemberantasan stunting di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Kupang. "Untuk tahun ini bersama Pemerintah Provinsi NTT dan kami ingin memiliki penguatan baru dan bekerja sama dengan BKKBN," katanya.

Henry mengatakan, untuk menyukseskan program ini Tanoto Foundation bekerja sama dengan sejumlah konsorsium dalam layanan gizi bagi pasangan usia subur dan pola hidup sehat.

"Kami sangat bangga dan merasa terhormat karena menjadi bagian dari konsorsium ini," ujar Henry.

Ada program air bersih yang bekerjasama dengan Pangdam Udayana IX di Kabupaten TTS. Program tersebut diterapkan di empat Provinsi selama empat tahun dan awalnya di NTT dimulai di dua kabupaten yakni di Kabupaten Kupang dan Sumba Barat.

"Kami sudah bertemu bapak Bupati Kupang, sudah berkunjung ke salah satu Paud dampingan Unisef," katanya.

Wakil Gubernur NTT, Josef Nai Soi dalam pertemuan tersebut menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada konsorsium atas atensi dan penerapan programnya di NTT.

Disebutkan, awal menjabat presentase stunting di NTT mencapai 35 persen namun berkat kerja keras dari semua pihak, kasus stunting turun menjadi 15,7 persen.

"Kami ketika masuk itu mengalami kesulitan. Kesulitan kami itu pada merubah pola pikir birokrasi karena dengan sistem kerja yang biasa ke sistem kerja out of the box itu sangat susah," katanya.

Mantan anggota DPR RI itu menyampaikan sejumlah faktor utama penyebab stunting di NTT karena lingkungan, sanitasi, akses terhadap air bersih dan budaya.

"Perubahan tidak bisa dilakukan dengan cepat, namun kami berharap tingkat prevalensi stunting di NTT akan dapat mencapai target nasional 14 persen bahkan zero. Kami berterima kasih atas bantuan Tanoto Foundation dan konsorsium. Kerjasama pentahelix ini diharapkan dapat menurunkan angka stunting dan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT," ujarnya.

Ia berharap, kehadiran konsorsium bisa membantu penurunan angka stunting di NTT dari tahun ke tahun. "Stunting kita tahun ke tahun mengalami penurunan. Tahun ini kita 15,7 persen. Jadi mudah-mudahan target zero kasus bisa tercapai," katanya.

Untuk diketahui, program PASTI akan dijalankan di lima provinsi prioritas, termasuk NTT, hingga tahun 2026 dengan berfokus pada tiga hal. Pertama, peningkatan akses serta kualitas pelayanan kesehatan dan gizi berbasis masyarakat untuk keluarga dengan ibu hamil, ibu menyusui, serta anak usia di bawah dua tahun.

Kedua, peningkatan praktik gizi yang direkomendasikan untuk kelompok remaja/calon pengantin yang paling rentan. Ketiga, peningkatan kapasitas kelembagaan dan tata kelola kolaboratif antar pemangku kepentingan dalam mewujudkan Rencana Aksi Nasional-Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN-PASTI) di tingkat subnasional (provinsi hingga desa).

Dalam implementasinya, program PASTI akan memberikan peningkatan kapasitas pada sekitar 5.303 kader, pendampingan pada 5.310 calon pengantin, dan diharapkan memberikan dampak pada 232 ribu anak usia di bawah dua tahun (baduta). (r3)

  • Bagikan