KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Dalam rangka menerapkan Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Giovanni Kupang menggelar Pentas Seni (Pensi) bertajuk Kearifan Lokal, Sabtu (6/5).
Pensi yang bertema "Melestarikan Budaya Leluhur" itu diikuti oleh seluruh siswa kelas X dengan menampilkan berbagai budaya, paduan suara, tari-tarian, drama, dan pameran yang dilangsungkan di setiap kelas.
Terpantau, setiap kelas akan memerankan setiap budaya atau etnis yang telah dibagikan sebelumnya. Ada budaya Rote, Sumba Timur, Lembata, Ngada, Ende, Manggarai dan beberapa etnis lainnya.
Untuk pameran sendiri, tiap kelas menyajikan pangan lokal, serta mendesain ruang kelas dengan tenunan, kerajinan tangan, miniatur rumah adat dan berbagai informasi seputar budaya tersebut.
Kepala SMAK Giovanni Kupang, Romo Stefanus Mau mengatakan, pentas itu diikuti oleh siswa kelas X yang menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar.
"Jadi selama tiga tahun mereka harus selesaikan 7 project dan pentas seni ini project yang ketiga," tutur Romo Stef.
Romo menyebut, kemajuan teknologi dan informasi, berpeluang besar mengakibatkan terjadinya krisis identitas diri akibat lunturnya budaya dan kearifan lokal masyarakat.
"P5 Kurikulum Merdeka ini hadir untuk mengatasi krisis tersebut, dengan memperkenalkan budaya leluhur kepada siswa," gagasnya.
Romo berharap, lewat pentas itu, siswa dapat mengenal dan mencintai budaya daerahnya, sebagai suatu kekayaan NTT dan sebagai perekat persatuan dalam kehidupan bermasyarakat.
"Tujuannya dapat membentuk karakter siswa untuk mencintai budaya, menghargai dan melestarikan kearifan lokal yang ada," bebernya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi mengatakan, panggung-panggung seperti itu harus diapresiasi, sebab dengan begitu dapat meningkatkan kreativitas dan potensi siswa selain dalam bidang akademik.
"Kita tidak bisa mengukur potensi siswa selain akademik, kalau tidak ada panggung seperti ini. Mudah-mudahan sekolah yang lain bisa melakukan hal serupa," ucap Linus.
Pensi kali ini juga memberika warna yang berbeda. Menariknya, di SMAK Giovanni Kupang, terdapat empat siswa yang berasal dari Papua.
Salah satunya, Maria Florentin Mote asal Nabire, Papua. Ia menyebut, dirinya menikmati project tersebut lantaran bisa mengetahui budaya-budaya di NTT.
"Saya baru datang ke NTT tahun lalu, dengan project ini saya bisa tahu bahwa NTT ada banyak kebudayaan dan etnis yang menarik," ujarnya.
Ia mengakui, dari semua budaya yang ada, budaya Rote menjadi yang paling disukainya. "Saya suka karena dia punya nyanyian bagus sekali dan mudah dihafal. Pakaian adatnya juga menarik," ungkap Maria. (cr1)
Editor: Intho Herison Tihu