RUTENG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Pada hari terakhir kegiatan ujian praktik, Sabtu (13/5), pihak SMP Negeri 4 Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, mendorong dan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan bagi peserta didiknya. Caranya, pihak sekolah menguji para siswa kelas 9 dengan ujian praktik memasak nasi dan juga lauk daging dengan cara dibakar menggunakan bambu.
Ujian praktik itu merupakan bagian dari penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran prakarya. Sebelum diberi nilai, para siswa yang dibagi dalam sejumlah kelompok, mempresentasikan kegiatan praktik yang akan dilakukan di depan penguji. Selanjutnya masakan itu dijadikan hidangan bersama oleh Kepala Sekolah, Wens Resman, para guru, pegawai sekolah, wartawan, dan seluruh peserta didik.
"Mata pelajaran prakarya sendiri merupakan salah satu kinerja produktif yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan, kecakapan, kerapian, dan ketepatan. Prinsip mata pelajaran prakarya adalah kreativitas," ujar guru mata pelajaran prakarya SMP Negeri 4 Langke Rembong, Fransiska Ndiana dan Patrisius Y. Darmo.
Dalam ujian praktik prakarya, lanjut Fransiska, peserta didik kelas 9 mencoba kreativitasnya mengolah bahan pangan lokal khas daerah Manggarai, yakni nasi yang dibakar menggunakan bambu atau dalam bahasa Manggarai disebut "Kolo". Selain itu masakan jeroan dari hewan sapi dan babi yang dikenal "Tibu" yang dibakar dengan menggunakan bambu.
Selain Kolo dan Tibu, peserta didik juga memasak sayur tradisional dari daun yang lebih dikenal oleh warga Manggarai, yakni saung (daun) kowok dan bendes, dengan cara ditumis. Masakan lokal ini menjadi hidangan yang hygienis dan memiliki rasa yang menggugah selera. Tidak kalah enak dengan makanan khas daerah lainya. Jadi peserta didik yang sebentar lagi akan naik ke jenjang SMA/SMK, dibagi dalam sejumlah kelompok.
Fransiska dan Patrisius menjelaskan, ujian praktik itu bertujuan mendorong peserta didik untuk bisa memasak, juga dapat mengenal dan mengetahui makanan khas daerah Manggarai sebagai kearifan lokal.
Seperti diketahui, zaman sekarang, anak-anak ataupun orang dewasa sudah tidak mengenal bahkan merasakan hidangan khas daerah Manggarai.
Tujuan lainnya, sambung Fransiska, peserta didik mampu mengkreasikan dan mengombinasikan makanan pangan lokal dengan makanan kekinian. "Peserta didik juga dapat menyajikan makanan tradisional daerah Manggarai dengan cara yang baik dan benar. Selain itu mendorong dan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan pada peserta didik, sehingga menjadi bekal untuk masa depan," urainya.
Fransiska menyebutkan, kriteria dalam penilaian ujian praktik itu menggunakan skala kekompakan, kebersihan, kreativitas, cita rasa, dan penyajian atau presentasi.
Sehari sebelumnya, Jumat (12/5) juga dilaksanakan ujian praktik mata pelajaran IPS. Disini peserta didik diuji ketrampilannya dalam menghasilkan produk lokal berupa kerupuk berbahan singkong atau ubi kayu.
Tentu dari proses pembuatan produk hingga promosi ditampilkan di hadapan para guru penguji dalam rangkaian ujian akhir sekolah itu tahun 2023. Tema yang diusung, mengembangkan ekonomi kreatif sesuai dengan potensi wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Riilnya, para siswa dilatih buat krupuk dari ubi kayu atau singkong dengan aneka cita rasa. Disini yang dinilai tidak saja produk kerupuknya, tetapi proses atau langkah-langkah pembuatan. Kemudian produk yang diadakan ini dipromosikan ke publik," ujar guru Damianus yang saat itu didampingi rekan guru lainnya, Apolonia L. Rotok, Posma Sihombing, dan Emiliana Tibu.
Damianus menjelaskan, proses pembuatan produk, promosi, dan penjualan dibuat dalam bentuk video. Semua itu dibuat oleh peserta sendiri, sehingga bisa memahami semua proses secara lengkap. Disini para siswa dilatih membangun rasa ingin tahu dan kemampuan untuk mengembangkan ekonomi kreatif dalam konsep kuliner tradisional yang bernilai pasar.
"Nilai yang diajarkan itu kreativitas, bahasa promosi, dan penguasaan peralatan teknologi meliputi kualitas video. Seperti gambar jelas, audio jelas, permasalahan yang ditampilkan sesuai dengan tema dan penyajian menarik," ujarnya
Kepala SMP Negeri 4 Langke Rembong, Wens Resman, mengatakan pada ujian praktek mata pelajaran Bahasa Inggris, para peserta didik mempresentasikan secara lisan tentang prosedur pembuatan makanan dan minuman dalam bentuk video.
Hal yang dinilai adalah keterampilan berbicara, seperti pengucapan, intonasi, dan lafal yang tepat sesuai dengan struktur kebahasaan. "Para siswa mempresentasikan secara lisan dalam bahasa Inggris. Jadi apa yang dibawakan telah ditentukan dan disiapkan selama ini bersama para guru mata pelajaran, yakni masing-masing guru Antonius P. Riberu, Emirensiana S. Lehot, Lucia K. Retnaningrum, dan KlaudiaTriani," ujar Resman yang didamping ketua panitia kegiatan, Febriansyah.
Kemudian untuk mata pelajaran PPKN, materi ujian yang ditampilkan, yakni drama tentang sikap bela negara kekinian pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Para siswa dinilai guru Efridus Nantas dan Agustinus Warsan. Sementara mata pelajaran SBK kompetensi dasar yang diuji adalah keterampilan membuat karya seni grafis dari berbagai bahan dan teknik dengan materi berkarya seni grafis teknik cetak saring.
Lanjut Resman, untuk guru mata pelajaran sekaligus penguji, masing-masing Hildegardis M. Ndaeng, Febriansyah, dan Marsianus A. Pagung. Sedangkan untuk ujian praktek mata pelajaran Matematika mengusung tema tranformasi geometri dalam jearifan lokal. Tujuanya, untuk mengasah kemampuan terkait materi Geometri Transformasi.
"Dalam proyek ini peserta didik harus membuat poster dengan desain motif kain songke daerah Manggarai yang dihubungkan dengan konsep Geometri Transformasi. Peserta didik dilatih untuk bisa menerapkan ilmu geometri transformasi yaitu tentang refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi melalui bimbingan khusus dari Guru Matematika, yaitu Rodriques K.Tildy, dan Fransiskus Suhardi," kata Resman.
Dikatakan, proyek ini menekankan pada tema dasar kearifan lokal, dimana dalam proses pengerjaaan proyek, peserta didik akan dilatih untuk membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inquiri melalui eksplorasi budaya, dan kearifan lokal masyarakat sekitar serta perkembangannya.
Dalam prosesnya, bakat dan kemampuan peserta didik akan di asah karena peserta didik akan melakukan wawancara untuk menelusuri makna motif sebagai penguatan akar budaya. (*)
Penulis: Fansi Runggat