RUTENG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sebagai sekolah penggerak yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Katolik Santo Klaus Kuwu, Kabupaten Manggarai, menggelar Festival Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Pentas Seni tahun ajaran 2022/2023, Sabtu (27/5).
Kegiatan bertema "Kearifan Lokal dan Demokrasi" ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (PPO) Manggarai, Frans Gero, di aula SMP Katolik Santo Klaus Kuwu, Kecamatan Ruteng. Hadir Kepala Sekolah, Marius Karang, Pengurus Yayasan, Romo Sarilus San, Pr., sejumlah pengawas SMP, para guru, orang tua murid, pegawai sekolah, dan pelajar sekolah itu.
Rombongan Kadis Frans diterima secara secara adat Manggarai "Tuak Curu dan Manuk Kapu" yang diwakili seorang siswa. Berbagai kegiatan ditampilkan, mulai drama, pertunjukan tarian, memainkan alat musik perkusi, dan pertunjukan seni lainya. Ada pameran bahan lokal hasil karya kerajinan tangan para siswa.
Dalam kesempatan itu, Kadis Frans bersama para pegawas SMP berkeliling melihat karya para siswa pada stan pameran hingga membelinya.
"Kegiatan pameran hari ini merupakan hasil dari P5 yang dilaksanakan oleh anak-anak disini. Jadi project ini bagian dari kurikulum merdeka belajar yang kami sudah terapkan dalam pelajaran tahun 2022/2023," jelas Kepala SMP Katolik Santo Klaus Kuwu, Marius Karang kepada wartawan di sela-sela pameran itu, Sabtu (27/5).
Jadi untuk profil pelajar Pancasila, lanjut Karang, dalam proyek ini pihaknya memilih tiga tema. Pada semester pertama lalu atau siklus pertama, sekolah memilih tema gaya hidup berkelanjutan, dan itu sudah dibuat festival.
Sementara dalam semeter kedua ini, dalam festivalnya memilih tema, kearifan lokal dan suara demokrasi. Dalam dua tema yang dipilih, bahwa suara demokrasi itu berhubungan dengan suksesi atau pemilihan osis.
Sedangkan kearifan lokal menurut Karang, berhubungan dengan Kurikulum Merdeka itu sendiri, yakni revitalisasi bahasa daerah melalui kegiatan pembelajaran bahasa daerah Manggarai. Kemudian dilanjutkan dengan project penguatan profil pelajar pancasila yang berhubungan dengan kearifan lokal. Jadi tujuan memilih tema yang ada, agar anak-anak mengenal budayanya sendiri.
"Sehingga disini anak-anak bukan hanya mengenal atau belajar teori tentang budaya, tapi bisa memperaktekan secara langsung. Kemudian anak-anak tidak lari atau lepas dari akar budaya. Kalau mereka belajar kemana saja, walaupun keluar negeri atau istilahnya walau berpikir global, tapi tetap bertindak lokal sesuai dengan konteks budaya kita," jelasnya.
Menurut Karang, SMP Santo Klaus Kuwu merupakan boarding school atau sekolah yang dilengkapi fasilitas asrama, maka kedepan komitmenya tetap mempertahankan.
Walaupun kedepan pihaknya memilih tema lain dari 7 tema yang ada, tapi untuk kearifan lokal tetap dilaksanakan sebagai salah satu dari tema dalam satu tahun pelajaran. Sekolah ingin budaya lokal itu yang berhubungan dengan revitalisasi bahasa, tetap dipertahankan bagi anak-anak di sekolah yang dipimpinya itu.
"Jadi pameran yang ada sekarang ini, semuanya hasil karya dari anak-anak sendiri. Karya-karya ini semuanya berhubungan dengan budaya Manggarai, seperti makanan khas Manggarai, obat-obat tradisional, alat musik tradisional, juga peralatan dapur. Untuk kurikulum sudah mulai terapkan pada tahun pelajaran 2022/2023, dengan kami pilih mandiri berubah," tutur Karang.
Sementara Kadis Frans, menyampaikan apresiasi sekolah tersebut karena sudah berkarya dan berbuat baik. Kata Dia, secara keseluruhan di Kabupaten Manggarai, perubahan sudah bagus, dan transformasinya sudah sangat nyata. Jadi itu semua patut diapresiasi.
Menurut Frans, semua terjadi bukan karena kekuatan dirinya sebagai seorang Kadis, namun dalam konteks di Kabupaten Manggarai sangat menjunjung tinggi semangat kolaborasi.
"Pesan saya, mohon maaf karena sekolah ini ada identitas Katolik, harus ada branding khas, yaitu asrama dan disiplin. Saya percaya, sekolah-sekolah yang punya branding disiplin, pasti anak-anaknya akan baik ke depan. Terhadap kegiatan pentas dan pameran, karena ini karya perdana dan dengan keterbatasan mereka, namun sudah tampil dengan luar biasa," kata Frans.
Frans juga menyampaikan terima kasih atas dukungan dari semua pihak untuk kemajuan pendidikan di Manggarai, lebih khusus SMP Santo Klaus Kuwu yang sudah menggelar P5.
Terkait dengan muatan lokal, pihaknya telah menyampaikan kepada Bupati dan Wakil Bupati Manggarai, agar kedepan muatan lokal itu di dalamnya ada satu budaya daerah. Nantinya akan dipecahkan pada sub unsur, seperti ada nyanyianya, tarian, dan tuturanya.
"Tentu itu juga salah satu tema dari P5, yakni kearifan lokal. Jadi pada tahun pelajaran berikut, kita upayakan dalam muatan lokal itu, ada unsur bahasa Inggris dan bahasa daerahnya," bilang Kadis Frans.
Frans menambahkan, untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis proyek, maka sekolah dan guru bisa mengikuti tema-tema yang sudah dianjurkan atau diusulkan dalam kurikulum merdeka.
Setidaknya terdapat tujuh tema yang sudah ditetapkan dalam kurikulum tersebut, yakni bangunlah jiwa dan raganya, berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, kewirausahaan, dan suara demokrasi. (*)
Penulis: Fansi Runggat