KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Ancaman penyakit Tuberkulosis (TBC) terhadap anak-anak masih saja terjadi di NTT. Penyakit menular dan mematikan dengan tingkat pasien tinggi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium ini tercatat sebanyak empat anak selama tahun 2023.
Pemerintah melalui Dinas Kesehatan baik Provinsi maupun Kota Kabupaten terus berupaya melakukan berbagai upaya guna mengeliminasi penyakit mematikan itu.
Seperti halnya dilakukan Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Kupang bekerja sama dengan UNICEF melaksanakan kegiatan workshop peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan penyakit-penyakit pada anak di Kota Kupang yang berlangsung di Hotel Aston Kupang, Selasa (30/5).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg Rentowati menjelaskan, di Kota Kupang, angka penemuan dan pengobatan TBC anak pada 4 tahun terakhir masih rendah.
Ia merinci, pada tahun 2020 sebanyak 10 orang, tahun 2021 sebanyak 9 orang dan tahun 2022 sebanyak 10 orang sementara tahun 2023 dari Januari sampai April tercatat sebanyak 4 orang.
"Standar indikator nasional untuk capaian pasien TBC pada anak di antara seluruh pasien TBC yang ditemukan dan diobati adalah 12 persen," katanya.
Menurutnya, berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan pencapaian penemuan dan pengobatan pasien TBC anak di Kota Kupang. Maka Dinas Kesehatan bekerja sama dengan UNICEF Perwakilan NTT melakukan kegiatan workshop peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan penyakit-penyakit pada anak di kota Kupang.
Ia menyebut, tujuan dari kegiatan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit mengenai manajemen penanganan kasus TBC sensitif obat atau resisten obat pada pasien anak dan dewasa serta penemuan ILTB dan pemberian TPT.
"Serta meningkatkan integrasi program dalam pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit atau MTBS yang komprehensif dan berkualitas," katanya.
Dia mengatakan, tuberkolosis masih menjadi masalah kesehatan global hingga sekarang sebagai penyakit menular. TBC menjadi pembunuh yang paling mematikan di dunia. Insiden situberkulosis dalam 100.000 penduduk pada tahun 2022 mencapai 354/100.000 penduduk berdasarkan Global TB report Tahun 2022 dari target 321/100.000 penduduk.
Indonesia menempati Posisi kedua setelah India dengan kasus TBC sebanyak 969.000 serta jumlah kematian sebanyak 144.000 per tahun.
Sementara itu, dr Vama Chrisna Taolin, MPH, UNICEF NTT/NTB, mengatakan, TBC merupakan salah satu penyakit yang perlu dilawan. Berdasarkan data, 3 detik ada satu orang yang meninggal karena TBC. Indonesia menjadi negara ke dua dengan kasus TBC terbanyak, sementara Provinsi NTT masuk dalam 7 Provinsi yang terbesar dengan kasus TBC.
"Bagaimana dengan anak-anak, kalau orang dewasa saja kasusnya banyak, ini menjadi tugas kita bersama untuk melindungi anak-anak kita. Di NTT sendiri kasusnya 23 persen, jadi ini harus diperangi bersama terutama tenaga kesehatan," katanya.
dr Vama mengatakan, Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014, setiap tenaga kesehatan di mana pun berada, kalau berhadapan dengan anak-anak, wajib melakukan memakai pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau MTBS.
"Untuk kaitannya dengan TB, sejak Tahun 2022 Kementerian Kesehatan membuat alur pelayanan TB. Sehingga harus dilaksanakan, harus dilihat baik-baik, agar terus dilakukan skrining, agar anak-anak bisa segera diobati," katanya.
Dia mengatakan, ke depannya, akan ada menjangkau sampai di guru-guru atau tenaga pendidik PAUD, yang dekat dengan anak-anak agar paham juga dengan pelayanan, agar dapat dideteksi dan diobati segera.
"Diharapkan dengan semua upaya yang telah dilakukan anak-anak di Kota Kupang bisa sehat, diharapkan bukan hanya Dinas Kesehatan saja tetapi bisa menggandeng dinas pendidikan, dokter spesialis dan lainnya," jelasnya.
Kegiatan ini diikuti oleh semua puskesmas di Kota Kupang dan enam rumah sakit di Kota Kupang. (r2)
Editor: Intho Herison Tihu