Cahaya kuning keemasan muncul di ufuk Timur. Sinarnya ramah menyapa kembali penghuni bumi. Warnanya mendominasi langit wilayah Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim). Cuaca yang begitu cerah dengan hiasan awan putih tampak bak lukisan indah. Suasana itu menuntun saya menuju Lembah Colol, di Kecamatan Lamba Leda Timur, yang dikenal sebagai gudang kopi kelas dunia.
Oleh: Fansi Runggat, Borong
Pagi itu, Selasa (20/6), jarum jam bertengger di angka 07.00 Wita. Saya pun berangkat menuju Lembah Colol. Saya memilih melalui jalur Trans Flores Borong-Ruteng. Mengandalkan sepeda motor Honda Beat, saya menembus jalur jalan yang aksesnya tidak terlalu menantang.
Tepat di Simpang Bealaing, sepeda motor saya arahkan menuju jalan Provinsi NTT, ruas Bealaing-Mukun. Keluar dari permukiman, masuk kawasan hutan. Udara sejuk sedikit dingin menyambut saya.
Ketika di Simpang Dangka Mangkang, saya keluar dari jalur provinsi pindah jalur kabupaten Matim. Saya agak terkejut karena jalannya sudah teraspal rapi. Tak terasa, saya sudah di Simpang Tiga. Sedikit berbelok kanan, di sepanjang kiri jalan, berjejer ribuan pohon kopi yang menjadikan kawasan itu berubah menjadi hutan kopi.
Di satu titik, saya mencoba melambatkan laju sepeda motor, sejenak saya melihat di sisi kiri jalan itu tampak jelas tulisan Kawasan Agrowisata Lembah Colol.
Tulisanya didesain apik dengan logo Bank NTT. Saya memilih berhenti. Istirahat sejenak melepas lelah. Persis di atas ketinggian, gerbang masuk Kawasan Lembah Colol. Tepatnya di kampung Tangkul, Desa Rende Nao, Kecamatan Lamba Leda Timur. Dari titik ini, sejauh mata memandang, saya menyaksikan hamparan hutan kopi terbentang dari bukit sampai ke pekarangan rumah penduduk.
Hijaunya daun hutan kopi membuat pemandangan elok dan menyegarkan mata. Pohon kopi tumbuh sumbur di atas ketinggian antara 1300-1800 mdpl.
Dari informasi yang saya peroleh, kopi ini dikembangkan sejak zaman penjajahan Belanda. Sekitar awal tahun 1900. Tidak berlebihan, boleh dibilang Kawasan Lebah Colol adalah surganya kopi dunia. Menyebar di Desa Rende Nao, Wejang Mali, Ulu Wae, Colol, dan desa Ngkiong Dora.
Sekira 30 menit berlalu, saya pun melanjutkan perjalanan. Tepat pukul 9.00 Wita, tiba di lokasi Agro Wisata Lembah Colol, Desa Colol. Di sana saya bertemu petani kopi, dan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Rasa kopi dari wilayah kawasan Lembah Colol itu terjawab ketika awal perjumpaan melalui sajian secangkir kopi pahit jenis Juria.
Kawasan Agrowisata Lembah Colol di Kabupaten Matim yang terkenal sebagai penghasil Kopi Colol. (FOTO: FANSI RUNGGAT/TIMEX)
Agrowisata Lembah Colol dan Bank NTT
Kawasan Agrowisata Lembah Colol boleh dikata sebagai perpustakaan hidup juga sekaligus pusat informasi tentang Kopi Lembah Colol. Segala hal tentang kopi, akan terjawab setelah mengunjungi tempat ini.
Di sana terdapat berbagai fasilitas seperti Gazebo, toilet, jalan setapak, dan jalur tracking untuk menyusuri kebun kopi yang sangat luas. Selain itu, di dalam kawasan ini juga pengunjung akan disuguhkan proses pengolahan kopi sejak pembibitan sampai packing.
Sekitar lokasi ini juga tampak bangunan Lopo Dia Bisa Bank NTT, dan juga pusat Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Colol dampingan Bank NTT. Sehingga jangan ragu berkunjung ke wilayah ini. Kehadiran siapa saja di lembah ini akan semakin lengkap karena tak cuma hutan kopi yang ditemui, namun di sana tersedia oleh-oleh khas kopi Lembah Colol yang diolah langsung di desa itu.
Sebagai pelengkap, kopi bisa dinikmati bersama panganan lokal seperti ubi talas yang tersedia banyak di lokasi ini. "Kebun kopi ini milik saya, dan dijadikan Agrowisata Lembah Colol. Luas kebun yang saya kelola sekitar dua hektare lebih. Di lahan ini tumbuh subur berbagi jenis kopi, seperti juria, rebusta, arabika, kolombia kuning, dan kolombia merah. Jadi di sini dijadikan pusat informasi tentang kopi Lembah Colol secara keseluruhan," kata petani kopi setempat, Mensi Arsa, yang saya temui Selasa (20/6).
Menurut Mensi, ketika ada wisatawan yang berkunjung ke lokasi agrowisata itu, pihaknya melayani dengan sungguh sesuai tujuan wisatawan itu sendiri. Setiap tamu yang berkunjung, sudah pasti disuguhkan kopi pahit. Terkait fasilitas yang ada di agrowisata, tentu banyak pihak berperan, baik pemerintah, dan lembaga keuangan seperti Bank NTT.
"Di sini ada bantuan peralatan pengolahan kopi dari pemerintah. Ada juga dari Bank NTT, salah satunya pengecatan bangunan pusat informasi. Peran Bank NTT selama ini di Desa Colol ada, seperti dampingan untuk BUMDes. Bahkan perannya terkait dalam pemasaran prodak Kopi Poco Nembu yang diolah oleh BUMDes Colol," ungkap Mensi yang saat itu ditemani petani lain, Damas.
Menurut dia, tahun ini produksi kopi Lembah Colol menurun. Meski demikian, harga kopi masih terhitung baik. Namun praktik ijon masih ada. Sehingga menurut Mensi, kehadiran lembaga keuangan, seperti Bank NTT di wilayah itu sangat dibutuhkan.
Termasuk juga bantuan modal untuk pelaku usaha di wilayah itu. Apalagi saat ini, melalui informasi yang berkembang, ada program yang sangat membantu petani dan pelaku usaha dari Bank NTT melalui kredit mikro merdeka.
Petani kopi lain sekaligus pelaku usaha kopi kemasan Kopi Po'ong, Desa Ulu Wae, Yosep Jasmin, mengatakan, selama ini usahanya mendapat pendampingan dari Bank NTT Cabang Borong. Salah satu peran Bank NTT yang membuat kopi kemasan itu dikenal dan laris di pasaran, yakni karena bantuan dari bank untuk dipromosikan ke sejumlah tempat. Bahkan dalam kemasan kopi berukuran 200 gram itu, ada logo Bank NTT.
"Istri saya nasabah Bank NTT. Jadi selama ini, Bank NTT selalu membantu usaha ini untuk dipromosikan ke mana-mana. Jadi orang lebih menyakini terhadap kualitas Kopi Po'ong ini, karena ada label Bank NTT. Sehingga selama ini banyak pesan dari sejumlah tempat. Jadi kami merasa, peran Bank NTT ini sangat membantu. Jenis kopi yang rutin dalam usaha ini, rebusta, arabika, dan kolombia," tutur Yoseph.
Sebelumnya, Bupati Matim, Agas Andreas kepada media ini menyampaikan bahwa Kabupaten Matim merupakan daerah penghasil kopi dengan cita rasa terbaik di dunia. Kopi itu asalnya dari Lembah Colol.
Jika anda pecinta kopi, Bupati Agas mengatakan bahwa, Lembah Colol tempat yang tepat, karena Matim surganya kopi dunia. Bicara soal pariwisata di Matim, berarti bicara tentang kopi dan kearifan lokal.
"Kekayaan budaya bersama hasil pertanian dan perkebunan yang dimiliki Matim, menjadi pendukung wisata premium Labuan Bajo. Kami mengamini bahwa semua orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan kopi. Tidak ada sekat jabatan, ekonomi, agama, dan latar belakang,” ujarnya.
Menurut Bupati Agas, Bank NTT mempunyai kontribusi yang besar untuk pembangunan di Kabupaten Matim. Selain memberikan dana pinjaman daerah untuk pembangunan sejumlah ruas jalan di Matim, termasuk jalur lintas wilayah kawasan Lembah Colol, juga sejauh ini memberikan pendampingan UMKM. Salah satu diantaranya BUMDes untuk pengelolaan Kopi Nembu asal Desa Colol, dan kontribusi lainnya.
Setelah melewati waktu kira-kira enam jam di Lembah Colol, dan Desa Ulu Wae, saya pun bergeser ke Desa Ngiong Dora, dan Desa Wejang Mali.
Dii desa ini, saya menemukan hal yang sama, yakni cerita seputar kopi bersama petani dan pemerintah desa. Beranjak ketika senja tergantikan oleh petang, berpindah ke Desa Rende Nao, dan menghabiskan malam hingga pagi hari, Rabu (21/6). (*/aln)