LPP RRI Kupang Gelar GCM
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Menghadapi pemilihan umum (Pemilu) serentak Tahun 2024, Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Kupang mengedukasi mahasiswa dan pemuda pemilih pemula untuk dapat memberikan hak suaranya.
Edukasi tersebut dilakukan melalui Gerakan Cerdas Memilih (GCM) bagi mahasiswa Undana khusus pemilih pemula, Rabu (26/7).
Ketua Panitia GCM, Martha Nahak mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk mengedukasi anak muda sebagai pemilih pemula agar dapat memanfaatkan suaranya di pemilu 2024 nanti dengan baik.
"Mengedukasi milenial tentang pemilu, supaya mereka jangan golput atau tertipu dengan politik uang," ungkap Martha usai kegiatan.
Menurutnya, pemilih pemula harus dikelola agar suara yang diberikan nantinya tidak sia-sia. Sehingga, imbasnya tidak salah memilih pemimpin.
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah NTT (KPID), Godlif Ricard Poyk menyebut, tantangan pemilu 2024 adalah perkembangan informasi yang bebas berseliweran di media sosial.
"Tantangan pemilu 2024 adalah informasi yang berkembang dan dikemas menuju masa kampanye. Bagi pemilih pemula, banyak mendapat informasi dari media sosial," ungkap Godlif.
Juru Bicara KPU Provinsi NTT, Yosafat Koli ketika dihadirkan sebagai pemateri menyebut, dari 4 juta pemilih di NTT, sekitar 2 juta pemilih merupakan pemilih muda.
"Jumlahnya sangat banyak, maka kaum muda harus mengetahui hak dan kewajibannya supaya tidak golput dan tahu harus berbuat apa di TPS nanti," ungkapnya.
Dalam pemaparannya, Yosafat menjelaskan seputar tahapan pemilu yang sedang berlangsung saat ini, yaitu proses verifikasi administrasi perbaikan bakal calon legislatif.
Sementara, Ketua Bawaslu NTT, Nonato Da Purificacao Sarmento menyebut, pemilu 2024 merupakan peristiwa bersejarah sebab akan dilaksanakan pemilu dan pilkada. Karena itu, Nonato menegaskan, pemilu menjadi tanggung jawab bersama, termasuk pemilih pemula.
"Sekitar 60 persen pemilih pemula didominasi oleh generasi Z yang penting kita edukasi karena sarana untuk sosialisasi yang efektif tentunya kolaborasi pengawasan partisipatif dengan mahasiswa," jelasnya.
Dengan begitu, pemilih muda juga dapat berkontribusi positif bagi bangsa kedepannya. Lanjut Nonato, sosialisasi informasi tentang pemilu memang menjadi tanggung jawab bersama.
Namun, menurutnya tidak perlu memaksakan kaum muda untuk jadi melek politik. Terpenting, generasi Z dapat diedukasi untuk mandiri dalam menghadapi pemilu 2024.
"Kita tidak bisa paksakan mereka untuk harus paham, tapi setidaknya generasi Z bisa kita edukasi kemandirian mereka. Misalnya ditengah perkembangan digital, mereka bisa menyaring informasi terlebih dahulu sebelum membagikannya," jelasnya.
Wakil Rektor III Undana, Dr. Siprianus Suban Garak menyampaikan, total mahasiswa undana 32ribu, hal itu berarti jumlah pemilih pemula berada dikisaran tersebut.
Karena itu, dengan banyaknya pemilih pemula di Undana, maka ia berharap agar mahasiswa dapat mencerna informasi yang didapat dari berbagai media.
"Mahasiswa memang tidak ada mata kuliah untuk menangani hoax, tapi pembelajaran di kampus menekankan untuk berpikir kritis. Informasi yang masuk harus dicermati," tegasnya.
Hal itu juga berlaku dalam masa-masa di tahun politik mendatang. Mahasiswa harus menggunakan hak suaranya secara rasional tanpa ada tekanan dari manapun.
"Dengan pemikiran kritis dan pertimbangan rasional untuk menilai siapa calon yang akan kita pilih," tutupnya. (cr1)
Editor: Intho Herison Tihu