KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kebakaran kembali terjadi di Wilayah Kota Kupang. Kali ini Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Alak menjadi sasaran amukan si jago merah. Kebakaran ini terjadi karena cuaca panas ekstrim yang terjadi Kota Kupang. Akibat kebakaran ini, wilayah Alak dikepung gulungan asap hitam.
Kasus ini pun langsung dilaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Kupang, dan langsung dibantu oleh petugas Pemadam Kebakaran Kota Kupang, sekira pukul 15.00 Wita, Jumat (13/10).
Delapan mobil tangki dari Dinas LHK dan enam mobil dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kupang langsung dikerahkan ke TPA. Hingga Minggu (15/10), api belum berhasil dipadamkan oleh petugas karena titik api berada pada bagian bawah tumpukan sampah, sehingga menyulitkan petugas memadamkan sumber api. Selain itu, terus bermunculan titik-titik api baru karena panas ekstrim yang terjadi.
Kepala Dinas LHK Kota Kupang, Orson G Nawa mengatakan, setelah menerima laporan kebakaran TPA Alak, dia langsung melaporkan kejadian ini ke Penjabat Wali Kota Kupang dan Plh Sekda Kota Kupang.
"Kita ambil langkah untuk penanganan bersama-sama dengan tim dari Damkar Kota Kupang. Memang sangat sulit melakukan pemadaman itu, karena api muncul dari bawah, sehingga upaya untuk memadamkan jaringan api agar tidak menyebar, belum menghasilkan hasil. Apalagi kebakaran terjadi di bagian dalam TPA," ungkapnya.
Pihaknya terus berupaya untuk memberikan ruang bagi mobil pemadam kebakaran dan mobil tinggi agar memiliki akses untuk masuk sampai ke dalam tumpukan sampah, agar bisa langsung memadamkan sumber api, namun sampai sekarang belum berhasil dipadamkan secara keseluruhan karena terus timbul titik api yang baru.
"Tetapi berbagai upaya kita terus lakukan. Tadi Penjabat Wali Kota Kupang juga sudah turun dan melihat langsung kejadian kebakaran yang terjadi dan upaya yang sudah kita lakukan," ungkapnya.
Dia mengakui bahwa api belum padam seluruhnya, tetapi upaya pemadaman terus dilakukan. Sejauh ini, sudah tiga kali terjadi kebakaran di TPA Alak yang biasanya terjadi di Bulan Oktober karena merupakan puncak musim kemarau dengan panas ekstrim.
"Selama saya menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Kupang, sudah tiga kali terjadi kebakaran di Kota Kupang, apa lagi kondisi TPA yang open dumping atau terbuka begitu saja," jelasnya.
Terkait dengan pemulung yang ada di wilayah TPA Alak, Orson mengaku belum ada upaya untuk memindahkan mereka karena pemulung juga menyadari kondisi tersebut, namun di sisi lain mereka mencari rejeki di tumpukan sampah itu, sehingga jika direlokasi pun sulit.
"Kita tidak bisa melarang mereka untuk mengais rejeki, karena mereka menggantungkan rejeki dari situ. Kita sudah ingatkan agar lebih berhati-hati dan tidak mendekat di titik api, dan selalu waspada. Anak-anak diminta agar tidak mendekat ke area sampah," ujarnya.
Dia menambahkan, pembangunan TPA Alak yang baru dengan lahan seluas 4,3 hektare diharapkan lebih aman dari kebakaran, karena menggunakan sistem yang berbeda dan lebih aman, karena sampah yang masuk sudah dipilah.
"Diharapkan Tahun 2024 nanti sudah bisa dibangun, dengan menggunakan metode lebih canggih sehingga lebih aman dan tidak terjadi kebakaran lagi," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Kupang, Cristian Baitanu meminta agar pemerintah bertindak segera, jangan sampai menyulitkan masyarakat dan berdampak pada kesehatan warga sekitar.
"Kami di daerah Alak ini tidak bisa tidur malam, banyak masyarakat juga yang datang dan mengeluh, apa lagi kebakaran ini sudah terjadi berulang, seharusnya pemerintah mengambil pelajaran dari kasus-kasus sebelumnya," jelasnya.
Menurutnya, kasus kebakaran sudah terjadi berulang kali dan seharusnya pemerintah sudah memikirkan apa yang harus dilakukan dan alat seperti apa yang dibutuhkan dan diusulkan kepada DPRD untuk disetujui anggaran untuk pengadaan alat yang dibutuhkan.
Polisi Partai Gerindra Daerah Pemilihan Alak ini menilai bahwa kejadian kebakaran yang menurut pemerintah terjadi karena cuaca ekstrem, seharusnya sudah bisa diantisipasi sebelumnya, jangan hanya tunggu ketika sudah terjadi kebakaran.
"Kenapa tidak diantisipasi sebelumnya, jangan sudah terjadi kebakaran baru kelabakan seperti ini, kasihan kami warga Alak, setiap tahunnya harus menerima kondisi ini, udara yang tercemar dan tidak sehat, mengancam kesehatan," tutupnya. (thi)
Editor: Intho Herison Tihu