BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Publik selama ini tentu ada yang bertanya, terkait pelayanan air minum wilayah Borong, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Timur (Matim), dilakukan secara bergilir. Ternyata, UPTD SPAM sebagai operator dibawa Dinas PUPR Matim, sudah bijak hitung dalam memberi pelayanan.
Wilayah Kota Borong itu mencakupi Kelurahan Rana Loba, Kota Ndora, Satar Peot, Desa Nanga Labang, Golo Kantar, Bangka Kantar, dan Desa Gurung Liwut. Hingga sekarang, ada tiga sumber mata air yang sudah dibangun oleh Pemda Matim, dan dikelola oleh UPTD SPAM, yakni Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Danau Rana Mese, dan Wae Mao, di desa Golo Loni, Kecamatan Rana Mese.
Juga ada SPAM Wae Mas, Desa Golo Lalong, Kecamatan Borong. Selama ini pelayanannya, tidak saja untuk wilayah pusat ibu kota kabupaten saja. Tapi juga melayani warga dari sejumlah desa di luar lingkaran kota Borong, yakni sepanjang jalur pipa transmisi dibangun. Apalagi kapasitas produksinya tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk di Kota Borong.
"Saat ini, kapasitas produksi air bersih dari tiga sumber ini masuk kota Borong 30 liter per detik. Jumlah penduduk Kota Borong mencapai 23.046 jiwa. Agar bisa melayani semua warga dengan pelayanan 24 jam, maka butuh 70 liter per detik," ujar Kepala UPTD SPAM Matim. Fransiskus Yun Aga, kepada Timor Express di Borong, Senin (30/10).
Fransiskus atau akrab disapa Kevin menjelaskan, dari kapasitas produksi yang tersedia, pihaknya dengan bijak melayani masyarakat dengan total 3.179 pelanggan, dilakukan secara bergilir. Disini pelanggan cukup menyiapkan wadah penampung yang bertahan menampung hingga jadwal atau gilir berikutnya. Kondisi ini juga, membuat belum bisa menerima pelanggan baru.
"Banyak usulan untuk jadi pelanggan. Usulan diterima, tapi belum bisa kami layani. Terkecuali di wilayah desa Gurung Liwut dengan sumber Wae Mas, karena kapasitasnya masih cukup. Saat ini untuk pelayanan di wilayah Gurung Liwut, dilakukan 24 jam," jelasnya.
Lanjut Kevin, wilayah luar kota Borong yang dilayani air bersih, khusus dari sumber Danau Rana Mese menuju unit produksi atau reservoar di Golo Nderu, Desa Compang Kantar, Kecamatan Rana Mese, menggunakan pipa dimensi 6 dim. Demikian dari sumber sama menggunakan pipa 4 dim yang direduser ke pipa 3 dim menuju reservoar di Jengok, Desa Bangka Kantar, Kecamatan Borong.
Sepanjang perjalanan dari Danau Rana Mese menuju dua unit reservoar itu, yakni Golo Nderu dan Jengok, ada pelayanan bagi penduduk sepanjang jalan atau jalur pipa. Sebut saja di sejumlah kampung di desa Bangka Kempo, dan kampung di Desa Wae Ngori. Semua menggunakan meter, dan salah satunya ada pelanggan atas nama pemerintah desa Wae Ngori.
"Bagi kami ini pelanggan yang cukup unik. Mereka mengambil dengan kapasitas pengambilan dimensi pipa 2 dim. Dimana diproduksi lagi melalui resevoar desa, lalu dari resevoar itu di distribusi ke masyarakat desa oleh pemerintah desa. Artinya pengolahannya oleh pemerintah desa, dan meteran induk UPTD SPAM hanya satu," bilangnya Kevin.
Demikian juga jalur dari Golo Nderu ke Jengok, seperti kampung Nehos dan Golo Nderu, tetap diberi pelayanan. Kemudian untuk dari reservoar Golo Nderu, didistribusikan pada 3 jalur atau jaringan distribusi utama, yakni menuju Kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, menggunakan dimensi pipa 6 dim. Juga Golo Nderu menuju Kembur dengan pipa 4 dim, dan menuju ke Lehong dengan pipa 3 dim.
Khusus ke Kisol, terjadi adanya pembagian atau cabang distribusi untuk wilayah Peot, Kelurahan Satar Peot. Selain itu, pembagian menuju bak penampung di Golo Lada, Kelurahan Rana Loba, untuk melayani sejumlah wilayah di kelurahan tersebut. Ketika air dibuka secara bersamaan pada tiga jalur itu, tidak bisa mengalir. Pilihanya, dilakukan dengan pergantian jadwal.
"Dengan kondisi jaringan distribusi seperti ini, tidak dimungkinkan dibuka secara bersamaan. Sehingga kita membuka distribusi dengan bergantian jam, dan bergantian hari. Contohnya ketika hari Senin dan Kamis dari pagi hingga sore hari, kita melayani melalui pipa 6 dim untuk kampung Sola dan Kisol," kata Kevin.
Jarak dari Golo Nderu ke Kisol ini cukup jauh. Sehingga ketika distribusi pada pukul 06.00 pagi, air baru tiba Kisol pada pukul 09.00. Hal itu karena lama dalam pengisian air dalam pipa dengan jumlah pelanggan tidak banyak. Ketika melayani ke Kisol, maka jalur ke Kembur ditutup. Termasuk cabang jalur ke Golo Lada juga ditutup. Senin dan Kamis malam, air baru mengalir dan tampung sepanjang malam hari di bak penampung Golo Lada.
Pada pagi harinya, yakni Selasa dan Jumat, dari bak penampung Golo Lada ini dibagi ke sejumlah wilayah dalam kelurahan Rana Loba dengan durasi waktu hanya 3 jam. Sementara untuk sejumlah lokasi di Peot, jadwal pada hari Selasa, Rabu, Jumat, dan Sabtu, dibagi dalam 3 segmen dengan waktu dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00.
Sedangkan untuk Jalur ke Kembur, jadwalnya setiap hari dari pukul 12.00-18.00 dengan jumlah pelayanan 7 segmen. Saat memberi pelayanan ke Kembur, maka jalur pipa ke Peot dan ke Lehong ditutup. Sebelum pukul 12.00, jadwal pelayanan setiap hari untuk wilayah pusat pemerintahan kabupaten Matim di Lehong, dan wilayah sekitar.
Sementara yang bersumber dari Wae Mao, produksinya di Tokol, Desa Compang Loni, Kecamatan Rana Mese. Selanjutnya dari reservoar Tokol dibawa atau diteruskan ke reservoar di Kampas, Desa Golo Kantar, Kecamatan Borong dengan menggunakan pipa 6 dim. Sepanjang jalur pipa tersebut, juga memberi pelayanan penduduk di tiga wilayah desa, yakni desa Sita, Watu Mori, dan kampung Sok, Desa Compang Ndejing.
Ketika beri jadwal pelayanan pada wilayah desa itu, maka pipa menuju Kampas ditutup. Sementara dari reservoar Kampas, melayani sejumlah wilayah dalam kota Borong, masing-masing bagian Selatan Desa Golo Kantar, Desa Nanga Labang, sebagian wilayah Kelurahan Rana Loba, dan seluruh Kelurahan Kota Ndora. Air masuk di reservoar Kampas, ditampung lalu dibagi secara bergilir.
"Rata-rata jadwalnya dalam satu minggu sebanyak 2 kali, dengan durasi waktu masing-masing 3 jam. Sehingga dalam seminggu pelayanan air minum dari SPAM Rana Mese dan Wae Mao, rata-rata semuanya 6 jam. Pengaturan tentu sesuai dengan kapasitas produksi yang tersedia. Selama ini bisa terlayani dengan baik, karena pelayanan 6 jam itu, dipastikan air tersampai ke pelanggan," katanya.
Kesimpulanya, air dari sumber Wae Mao tidak setiap hari masuk di reservoar Kampas. Sedangkan yang bersumber dari Wae Mas, masuk ke produksi pertama di Golo Leda, dan melayani warga Ntangis. Selanjutnya ke Reservoar kedua di Golo Lobos dengan pipa 4 dim. Setelah itu melewati desa Gurung Liwut, meliputi kampung Ratung, Rehes, Mbeling, Pesek, Lidi, dan Paka.
Sepanjang jalur ini, sudah dibangun dengan pipa distribusi. Terakhir dari Paka terus dibagi ke kampung Pau Raja, dan Warat di Kelurahan Satar Peot. Sebelum ke Warat, airnya masuk ke bak produksi di Paka. Sehingga untuk Wae Mas, seluruh desa Gurung Liwut, pelayanan setiap hari 24 jam. Sedang ke Warat, setiap hari mengalir dengan durasi waktu hanya 3 jam untuk 5 segmen.
"Jadi saat ini kita dalam Kota Borong, masih membutuhkan sekira 40 liter per detik. Sehingga itu baru bisa mencapai kebutuhan penduduk, dengan kita menghitung rata-rata satu orang butuh 100 liter per hari," ungkap Kevin.
Dia menambah, kebutuhan produksi saat ini belum mencapai setengahnya. Apalagi masih ada satu desa, yakni Golo Kantar yang sama sekali belum ada pelayanan air. Bersyukur karena sumber air minum atau air baku untuk kota Borong berada di tempat lebih tinggi dari pemukiman. Sehingga tidak menggunakan teknologi, tapi dengan gravitasi. Juga sumber yang ada lebih besar dari kebutuhan.
Sebagai contoh saja sumber air baku Danau Rana Mese, kapasitasnya 250 liter per detik. Menurut Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup, pemanfaat air untuk minum pada kawasan TWA, maksimum 20 persen dari 50 persen air baku yang ada atau sama dengan 10 persen dari air baku. Jadi disini hanya diperboleh ambil maksimum 25 liter per detik.
"Kita sudah penuhi, karena total pengambilan kita dari Danau Rana Mese sebesar 25 liter per detik dengan menggunakan pipa dimensi 6 dim, dan dimensi 4 dim. Aturan yang ada itu yang membuat kita tidak bisa ambil lagi. Kalau saja peraturan itu berubah dan diizinkan untuk ambil tambah, maka kita harus rubah dimensi pipa distribusi dari sumber menuju Borong," ungkap Kevin.
Mengingat kebutuhan di Borong 70 liter per detik, dan jika menggunakan pipa 6 dim, maka dibutuhkan 3 jalur pipa. Namun jika ingin supaya sekali diambil, maka cukup dengan satu pipa dengan dimensi 18 dim. Dalam arti, sekali diambil langsung dengan kapasitas produksi 70 liter per detik. Disini tentu membutuh biaya besar, apalagi jarak dari sumber ke unit produksi di Borong sekitar 10 kilometer. (kr1)
Editor: Intho Herison Tihu