KUPANG, TIMEX .FAJAR.CO.ID- Debat capres dan cawapres akan dilaksanakan sebanyak lima kali. Debat capres tiga kali dan cawapres sebanyak dua kali. Debat pertama akan digelar, Selasa (12/12) mendatang.
Untuk itu, paslon harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Sebab, debat menjadi tahapan pilpres yang sangat penting dalam menarik suara pemilih. Bahkan, debat bisa mengubah pilihan politik seseorang.
Bagi masyarakat, debat menjadi ruang yang tepat untuk lebih mengenal ide dan gagasan dari paslon.
Pengamat politik dari Unwira Kupang, Urbanus Ola Hurek kepada Timor Express, Jumat (8/12) mengatakan, debat capres-cawapres banyak ditunggu publik yang mengamati tahapan-tahapan pemilu khususnya pilpres.
Selain paradigma kampanye di lapangan terbuka ke pola ‘blusukan’ atau temu konstituen dengan pola safari atau kunjungan, debat menjadi salah satu yang penting.
Belakangan, isu perubahan format debat pun menjadi viral karena diduga ada intervensi ‘penguasa’ untuk kepentingan pasangan capres-cawapres tertentu. Hal itu pun menjadikan kampanye kali ini semakin ditunggu-tunggu.
"Jadi pada intinya debat kali ini sangat penting untuk publik agar publik mengetahui performa kandidat, visi misi kandidat dan tak kalah pentingnya adalah karakter kandidat presiden yang akan memimpin RI lima tahun ke depan," ucap Urbanus.
Untuk kepentingan debat, maka paslon wajib menyiapkan materi sesuai isu yang menjadi tema debat. Tema debat pertama yakni, pemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan korupsi, pelayanan publik dan toleransi/kerukunan warga.
"Tema debat pertama ini tema besar. Untuk itu perlu dipersiapkan matang dan dikemas apik agar pesan yang disampaikan ke publik mudah diterima," tuturnya.
Sejauhmana persiapan, penguasaan dan kemasan penyampaiannya tentu akan dilihat pada saat debat berlangsung.
"Perlu perhitungan cermat karena pemirsa televisi saat ini pun semakin besar. Masyarakat kita di pedesaan memiliki atensi yang besar terhadap media TV," katanya.
Karena itu, debat strategis untuk mempengaruhi tingkat keterpilihan paslon. Kemasan pesan yang riil, mudah dicerna dan langsung pada inti sangat dibutuhkan.
"Yang didambakan masyarakat NTT adalah pemerintahan populis dan pro rakyat. Pola pemberantasan korupsi perlu diperkuat agar pemerintahan index korupsi Indonesia semakin baik," ungkapnya.
Lanjutnya, pemimpin ke depan perlu memperkuat institusi ekstra ordinary KPK agar biang korupsi diberantas. Index korupsi Indonesia semakin tinggi karena korupsi merajalela dilingkungan pejabat tinggi negara.
"Untuk itu isu pemberantasan korupsi sangat ditunggu-tunggu oleh publik dalam debat pertama ini. NTT yang masih terbelenggu dengan persoalan klasik kemiskinan, keterbelakangan tentu membutuhkan campur tangan pemerintah melalui program yang berpihak pada rakyat untuk keluar dari jebakan masalah klasik ini," katanya.
Untuk keluar dari jebakan masalah klasik ini dibutuhkan anggaran yang tidak dikorupsi agar bisa membantu masyarakat keluar dari keterbelakangan dan kemiskinan. Karena itu, isu ini sangat berpeluang besar menarik hati masyarakat NTT apalagi dipaparkan dengan tepat.
Pengamat politik dari Unmuh Kupang, Ahmad Atang mengatakan, KPU sebagai penyelenggara telah mengatur debat capres dan cawapres. Maka, tidak ada pilihan bagi capres dan cawapres untuk menghindar dari forum tersebut.
Apapun materinya, Ahmad mengatakan, paslon harus mempersiapkan diri secara matang bukan saja soal menguasai materi debat, tapi juga soal performa saat debat.
"Sekecil apapun kesalahan yang dibuat akan berdampak pada persepsi publik," katanya.
Karena itu, kecepatan, ketepatan, kecerdasan, kepiawaian dalam mengolah forum sangat dibutuhkan. Masalah seperti pemerintahan, hukum, HAM, korupsi dan demokrasi merupakan isu nasional yang membutuhkan komitmen kuat dari capres-cawapres.
Menurutnya, untuk materi debat tersebut, masyarakat NTT sudah jenuh dengan janji capres dalam menyelesaikannya. Karena itu, paslon harus memiliki ide dan gagasan tentang persoalan di atas.
"Karena isu tersebut seperti benang kusut yang tidak pernah terselesaikan secara tuntas oleh pemimpin sebelumnya," katanya.
Maka, masyarakat NTT mendambakan ide realistis dan bukan retorika yang tidak perlu. (cr1/ays)