KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Organisasi Independent Man of Flobamora (IMoF) bersama puluhan jurnalis di Kota Kupang menggelar diskusi bertajuk Sexual Orientation, Gender Identity, Expression, and Sex Characteristics (SOGIESC) ini berlangsung di VIP Cafe Coffe Naka Hotel, Kota Kupang, Senin (18/12).
Acara ini dihadiri oleh jurnalis dari beberapa media di Kota Kupang dengan tujuan utama membahas pemberitaan yang ramah terkait dengan orientasi seksual, identitas gender, ekspresi gender, dan karakteristik seks sekunder dipandu oleh Ana Djukana.
Kegiatan ini diyakini menjadi wadah untuk merangkul pemahaman yang lebih mendalam mengenai isu-isu sensitif terkait SOGIESC.
Ana Djukana, sebagai fasilitator acara, membuka ruang bagi peserta untuk berbagi pandangan dan pengalaman, mengajak mereka untuk menjauhi stereotip dan menggali pemahaman yang lebih luas terhadap keberagaman seksual dan identitas gender.
"Keberagaman seksual dan identitas gender merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, dan peran media dalam pemberitaan yang positif adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif untuk menerima keberagaman tersebut, pastinya saat pertama kali teman-teman menulis berita keberagaman masyarakat banyak yang menolak, tapi seiring berjalannya waktu pasti masyarakat mulai untuk menerimanya," ujarnya.
Partisipasi awak jurnalis dari berbagai media ini menjadi nilai tambah dalam diskusi ini. Jurnalis dianggap sebagai agen perubahan dalam membentuk narasi pemberitaan yang inklusif dan bijaksana.
Ketua IMoF NTT, Ridho R. Herewila, yang menjadi pemateri SOGIESC, menekankan pentingnya peran media dalam membangun pemahaman yang baik terhadap keberagaman di masyarakat.
"Media memiliki peran yang besar untuk membangun pemahaman bagi masyarakat terkait keberagaman, sehingga kami libatkan teman-teman jurnalis pada diskusi ini," ungkapnya
Temuan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Sejuk mengenai pemberitaan isu keberagaman mencatat sejalan dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya untuk menciptakan pemberitaan yang inklusif dan berimbang sudah mendapat dukungan dan pijakan hukum yang jelas.
Dalam rangka mendukung pemberitaan yang ramah dan inklusif, diskusi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju pemahaman yang lebih baik di kalangan media. Keberagaman seksual dan identitas gender dianggap sebagai aspek penting dalam masyarakat yang perlu mendapatkan sorotan yang tepat dan tidak mendiskriminatif dalam pemberitaan.
Sebagai hasil dari diskusi, muncul rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pemberitaan terkait SOGIESC. Masyarakat Kupang diharapkan dapat menerima informasi dengan lebih terbuka dan bijaksana, sementara para awak media diingatkan untuk senantiasa menjaga integritas dan objektivitas dalam menyampaikan berita.
Keberlanjutan diskusi semacam ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam menciptakan lingkungan media yang inklusif dan menghormati keberagaman. (cr3/r3)