KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID – Hari ini, Rabu (20/12), Provinsi NTT menemui hari ulang tahun (HUT) ke-65. Harapan besar bagi kemajuan bumi Flobamorata tentunya. Kehadiran penjabat gubernur ditengah-tengah masyarakat pun diharapkan bisa membawa NTT menuju kemakmuran.
Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Kosmas Lana menyampaikan, di HUT NTT kali ini, ia mengajak semua lapisan masyarakat terutama generasi milenial untuk kembali mengenal sejarah terbentuknya Provinsi NTT. Mulai dari Sunda Kecil yang kemudian berkembang menjadi NTT.
"Semua generasi terutama generasi muda yang kelahiran tahun 80-an, 90-an bahkan 2000-an, milenial ini untuk dua hal saja, kembali berpaling melihat dan mendengarkan proses pembentukan Provinsi NTT," ungkap Kosmas, Selasa (19/12).
Kosmas juga berharap agar tidak ada lagi dikotomi berdasarkan suku, agama dan sebagainya. Menurutnya, hal itu yang membuat NTT bisa terpecah. Padahal, NTT adalah NTT.
"Suku di NTT tidak ada lagi dikotomi ini orang Flores, Sumba, Timor, ini agama ini itu, kita NTT ya NTT, tidak ada dikotomi dia dari sana dan sebagainya, tidak boleh yang begitu, itu sebabnya saya ajak semua banyak yang belum tahu sejarah ini," tegasnya.
Ia mengajak seluruh masyarakat untuk saling membangun, menyatukan hati dan bergandengan tangan untuk membangun NTT ke depan lebih maju, sejahtera dan tenteram.
"Jangan kesampingkan berbuat baik, jangan tinggalkan doa, utamakan berbuat hal yang baik dan benar, supaya kita mendapatkan berkat dan rahmat Tuhan, kalau kita tulus, ikhlas, berpikir jernih dan saling melayani satu sama lain," ungkapnya.
Dirinya menyebut, untuk merayakan HUT NTT, akan digelar upacara dan makan bersama. Selanjutnya, pada 25 Desember akan ada open house di rumah jabatan gubernur, pada 29 Desember akan ada syukuran HUT, Natal, penutupan dan pembukaan tahun, akan ada pula nonton bersama film sejarah pembentukan NTT.
Sementara, Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT, Christian Mboeik mengatakan, HUT NTT kali ini spesial lantaran hadir ditengah pemerintahan transisi di bawah kepemimpinan seorang penjabat gubernur. Namun, berbeda dengan sebelumnya, masa jabatan penjabat gubernur kali ini relatif cukup panjang, yakni lebih dari setahun.
Menurut Chris, dengan rentang waktu yang relatif panjang tersebut cukup memberikan keleluasaan bagi penjabat untuk memberi warna dalam pembangunan NTT ke depan.
"Yang jadi pertanyaan bisakah itu dilakukan karena hingga sejauh ini jujur saja saya pribadi belum melihat ada gebrakan yang nantinya bisa diwariskan ke pemerintahan selanjutnya," tutur Chris.
Namun, mengacu pada rekam jejak Penjabat Gubernur, Ayodhia Kalake, Chris tetap optimis NTT akan menjadi lebih baik ke depan. Dengan catatan, lanjut Chris, pemerintahan transisi ini fokus untuk bisa menetapkan skala prioritas program mana saja yang perlu diubah dan mana yang harus dilanjutkan dari pemerintahan sebelumnya.
Sebab, menurutnya, berharap melakukan program yang benar-benar baru rasanya mustahil untuk dilakukan dalam waktu satu tahun.
"Karena itu momen HUT NTT tahun ini seyogianya bisa menjadi momen bagi pemerintahan transisi untuk menetapkan prioritas untuk membuat NTT menjadi lebih baik setahun ini. Dirgahayu NTT," ucapnya.
Pengamat ekonomi dari Unwira Kupang, Thomas Ola Langoday menuturkan, hari bahagia untuk tanah air Flobamorata NTT yang berusia 65 tahun, tetapi rakyatnya tetap berusia muda dan produktif, termasuk ASN walaupun tidak produktif menggenjot peningkatan PAD.
"Kita bersyukur untuk capaian sampai hari ini, tetapi kita tidak boleh puas dengan capaian yang ada. Masih banyak ruang dan kesempatan kosong yang belum dioptimalkan. Tugas semua komponen untuk mengoptimalkan," terang Thomas.
Sinergi menjadi kata kunci. Lanjutnya, pemimpin provinsi diharapkan menjadi Ing Ngarso Sung Tulodo, artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.
"Satu hal yang belum tampak sampai usia ini adalah belum bekerja dalam sistem yang apik. Setiap pemimpin punya gagasan baru dan melupakan gagasan pemimpin sebelumnya yang memberi capaian baik," terangnya.
Hampir semua penjabat gubernur dan penjabat bupati bekerja tanpa arah. Hanya menjalankan rutinitas seperti sebelum menjadi penjabat. Sayangnya, jelas Thomas, dokumen rencana pembangunan daerah (RPD) yang digagas gubernur dan bupati/wali kota sebelumnya tidak digubris.
"Mereka bekerja seperti kepala dinas dan atau direktur dan sekjen. Mereka tidak punya visi politik. Beberapa daerah malah ditugasi cuci kakus, urus sampah, urus satpam juga tidak berhasil," terangnya.
Thomas menyayangkan, di usia yang semakin menua ini, tanda-tanda menjadi daerah dan masyarakat beradab hanya samar-samar, belum terang benderang.
Karena itu, harapan untuk menjadi daerah dan masyarakat berperadaban, sinergi untuk pendidikan murah dan berkualitas, sinergi untuk kesehatan murah dan berkualitas, sinergi untuk biaya pelayanan publik lain yang murah dan berkualitas. (cr1/ays)