KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur (Flotim), kian mengkhawatirkan. Terdapat 3.000 orang telah mengungsi ke tempat pengungsian yang disediakan pemerintah.
Fasilitas dan aktivitas pembelajaran di sekolah tidak luput dari ancaman semburan abu vulkanik. Terdapat 63 lembaga pendidikan di Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura ditutup sementara.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (PKO) Flotim, Felix Suban Hoda ketika dikonfirmasi, Kamis (4/1) menjelaskan, tanggal 4 Januari merupakan awal dimulai pembelajaran pada semester baru.
Dikatakan, kondisi pendidikan sangat mengkhawatirkan karena abu vulkanik yang meresahkan masyarakat.
“Paling parah di Kecamatan Wulanggitang sehingga untuk kegiatan belajar mengajar dua kecamatan ini dikecualikan untuk memulai,” katanya.
Dibeberkan bahwa untuk Kecamatan Wulanggitang terdapat 41 sekolah dengan rincian, 20 TK, 15 SD, 3 SMP dan SMA/SMK 3 (SMA Seminari, SMA GL, SMA Hewa dan SMKN Wulanggitang). Sedangkan, Kecamatan Ile Bura terdapat 22 sekolah yakni 11 TK, 8 SD, 2 SMP dan 1 SMA (SMA Ile Bura).
“Untuk SMA/SMK menjadi kewenangan provinsi sehingga laporannya dibuat oleh MKKS SMA/SMK Kabupaten Flotim,” katanya.
Khusus untuk dua kecamatan tersebut, pihaknya telah melakukan identifikasi menjelang masuk sekolah pada semester 2 tapel 2023/2024 tanggal 4 Januari 2024, namun pembelajaran tatap muka di sekolah cukup meragukan banyak pihak karena erupsi gunung Lewotobi Laki-laki pada 23 Desember 2023.
Pembelajaran harus dilaksanakan di rumah pengungsian maupun di tenda. Pengungsian untuk menghindari learning loss yang mengakibatkan loss generation.
“Harus dilakukan percepatan pemulihan pembelajaran melalui gerakan literasi sekolah, reading camp dan jenis. Kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi kekinian siswa,” ungkapnya.
“Sekolah di Ile Bura itu bisa kegiatan belajar di sekolah tetapi kita tidak tahu kondisi erupsi gunung kapan berakhir. Untuk antisipasi, kita lakukan belajar di lokasi pengungsian,” tambahnya.
Siswa Belajar di Kamp Pengungsian
Sebanyak 4.428 siswa TK, SD, SMP yang tersebar di 63 lembaga di Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura harus menjalani sistem pendidikan darurat dari kamp pengungsian. Hal ini akibat dampak dari semburan abu vulkanik dari gunung Lewotobi Laki-laki.
Erupsi gunung berapi sejak 23 Desember 2023, membuat Dinas PKO Kabupaten Flores Timur dan pihak sekolah harus bekerja keras.
Jadwal masuk liburan semester 2 di kabupaten tersebut telah dimulai 4 Januari kemarin, namun dengan adanya bencana alam tersebut, maka sekolah yang terdampak bencana tidak diizinkan melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.
Berbagai skema mulai dirancang pihak dinas, pengawas dan pihak sekolah (guru). Salah satunya dengan pembelajaran darurat di kamp pengungsian.
“Untuk mengatasi kehilangan pembelajaran (learning loss), maka dilakukan pembelajaran darurat yang menyenangkan di tenda pengungsian untuk semua anak TK, SD dan SMP,” ujar Kadis PKO Kabupaten Flotim, Felix Suban Hoda.
Dibeberkan, jumlah siswa di Kecamatan Wulanggitang sebanyak 3.117 siswa dengan rincian TK 490, SD 1717 dan SMP 910 siswa. Sedangkan 1.311 siswa berasal dari Kecamatan Ile Bura dengan rincian TK 230 siswa, SD 746 siswa dan SMP 335 siswa.
“Pembukaan sekolah hari pertama semester 2, tanggal 4 Januari 2024 diundur ke 14 Januari 2024. Namun pembelajaran di setiap tenda atau rumah pengungsian tetap dilakukan,” katanya.
“Setiap sekolah mengidentifikasi siswanya di setiap tenda atau rumah pengungsian. Para guru/tendik mengatur jadwal untuk melakukan pembelajaran darurat dan menyenangkan,” tambahnya.
Ia berharap kondisi ini cepat pulih sehingga para pelajar di dua kecamatan tersebut bisa kembali KBM dengan normal di sekolahnya masing-masing.
Polda Kirim 102 Personel
Ribuan masyarakat di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur terpaksa mengungsi ke posko dan tempat-tempat pengungsian yang disediakan pemerintah daerah akibat erupsi gunung Lewotobi Laki-laki.
Untuk penanggulangan bencana, Polda NTT mengirim 102 personel guna membantu masyarakat terdampak abu vulkanik. Personel yang berasal dari satuan Ditsamapta ini akan melakukan tugas Bawah Kendali Operasi (BKO) di Flores Timur.
Personel yang diberangkatkan diharapkan dapat memberikan bantuan signifikan dalam menangani situasi darurat yang muncul akibat erupsi gunung tersebut.
Kabid Humas Polda NTT, Kombes Pol Ariasandy menjelaskan bahwa apel pelepasan akan dilaksanakan di pelabuhan ASDP Bolok, Kabupaten Kupang, Kamis (4/1).
"Mereka akan terlibat dalam berbagai kegiatan yang mencakup pemulihan, pengamanan dan penanganan darurat untuk membantu masyarakat yang terdampak," ujarnya.
Selain personel, sejumlah peralatan juga dibawa untuk mendukung kegiatan di lapangan. Peralatan tersebut dianggap esensial dalam memastikan penanganan bencana dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Langkah proaktif Polda NTT ini mencerminkan komitmen dalam memberikan dukungan maksimal kepada daerah yang terkena dampak bencana alam.
“Semoga kehadiran personel dan peralatan ini memberikan bantuan yang signifikan dalam proses pemulihan dan membantu masyarakat Flotim untuk bangkit dari keterpurukan," pungkasnya. (cr6/ays)