KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Debat ketiga calon presiden, Minggu (7/1) berlangsung seru. Ketiga capres saling tak mau kalah. Masing-masing menunjukkan taringnya. Terutama Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan yang banyak membuka masalah pertahanan yang selama ini tenggelam dan tidak diketahui publik.
Posisi Prabowo Subianto yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) saat ini pun terkesan defensif dan ikut terbakar emosi dengan pernyataan-pernyataan berbasis data dan fakta dari capres lain. Dirinya beberapa kali menyangkali data dari capres lain, namun enggan menyebutkan satu pun data yang menurutnya valid.
Padahal, sebagai Menhan, Prabowo harusnya menguasai debat malam itu. Namun, posisi Prabowo cenderung setuju dengan pendapat Ganjar dan justru penuh tendensi dengan Anies.
Pengamat politik sekaligus dosen Komunikasi Politik dari Unwira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona menyampaikan, debat ketiga tersebut sangat sengit meskipun format debatnya tidak murni debat, namun minimal ada tensi dan nuansa debat.
Hal itu terlihat dari energi komunikasi yang dipancarkan masing-masing capres saat berbicara.
"Saya membaca, Prabowo sedikit defensif. Dia bertahan. Dia sesekali keluar menyerang Anies. Bahkan dengan kalimat menohok," tegas Mikhael, Senin (8/1).
Lanjutnya, Ganjar dan Anies membuat debat menjadi sangat sengit. Penampilan keduanya menunjukkan bahwa ini sebuah debat yang benar-benar debat. Ganjar dan Anies begitu ofensif.
"Banyak rahasia isu pertahanan dibuka, diungkap ke publik dengan terang benderang, termasuk soal masalah kesejahteraan TNI dan Polri yang tidak pernah naik di masa Jokowi dan Menhan Prabowo. Juga soal pembelian alutsista bekas dan indeks pertahanan Indonesia yang masih rendah di dunia meski sudah empat tahun Prabowo memimpin," sebutnya.
Hal ini menjadi tesis-tesis kunci yang dipaparkan Ganjar dan Anies sehingga Prabowo sepertinya terkunci dalam beberapa sesi. Tapi, Prabowo terlihat lebih bijak dan tenang. Prabowo tampil sebagai figur yang sudah lebih bijaksana.
"Hanya yang disayangkan adalah data dari Prabowo kurang nampak dalam debat. Tidak diungkapkan langsung saat ditanya. Malah mengajak capres lain bertemu empat mata untuk diskusi. Ini kelemahan," ungkapnya.
Diketahui, beberapa waktu lalu sebelum debat ketiga digelar, Prabowo secar empat mata bertemu dengan Jokowi. Menurut Mikhael, Prabowo yang sudah bertemu Jokowi, akhirnya kelihatan kurang berenergi dalam berbicara. Padahal, harusnya Prabowo lebih menguasai isu-isu tersebut.
"Entah mengapa. Tapi mungkin karena terpancing dengan serangan Anies sejak awal soal masalah lahan milik Prabowo yang sangat luas, sedangkan para anggota TNI tidak punya lahan untuk bangun rumah. Ini kunci yang membuat Prabowo terpancing dan kurang bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya," ucapnya.
Mikhael menyebut, Prabowo malah balik menyerang Anies berkali-kali sampai menggunakan sarkasme "profesor" dan "etik".
Kata-kata penutup Prabowo menurut Mikhael, lebih terbaca bijaksana dan sebagai orang tua yang memberi nasehat. Sebaliknya, Ganjar berapi-api dalam mengevaluasi untuk perbaikan masalah pertahanan.
Sedangkan, Anies cerdik dengan penutup yang kekinian untuk mengesankan generasi milenial dan publik yang menonton debat.
Menurutnya, dari aspek komunikasi, Ganjar dan Anies menjadi lebih dominan. Keduanya berhasil membuat Prabowo terkunci di banyak isu sehingga Menhan ini tidak mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
"Prabowo terlihat tidak mampu menggunakan bahasa-bahasa yang lebih bijak saat menyerang Anies karena sudah terpancing. Ini yang akan memberi persepsi negatif bagi publik," ungkapnya.
Dalam isu kesejahteraan TNI dan Polri, kelihatan Prabowo sulit mengatasi serangan Anies. Dalam isu skor indeks pertahanan juga Prabowo kesulitan menjelaskan itu saat dicecar Ganjar.
"Semuanya ini membuat pertemuan Prabowo dan Jokowi tidak terlalu mampu memberi daya dukung data dan argumentasi kunci bagi Prabowo dalam debat itu," sebutnya.
Sehingga, menurut Mikhael, apabila secara adil dinilai, Ganjar lebih mampu menggiring Prabowo untuk menyetujui semua argumentasi dan data yang dipaparkan.
Sebaliknya, Anies lebih nampak menggunakan semua data dan informasi untuk menyerang kinerja Prabowo dan bahkan kepemilikan lahan yang menjadi kunci dalam debat, di mana Prabowo terpancing dan balik menyerang Anies berkali-kali.
"Maksud saya masalah lahan milik Prabowo juga masalah food estate yang disebut Anies menguntungkan kroni, tapi merusak lingkungan. Itu yang membuat Prabowo terpancing," sebutnya.
Sementara itu, menurut pengamat politik Urbanus Ola Hurek, meskipun debat berlangsung sengit, namun gagasan yang dibeberkan belum menyentuh aspek substansial terkait tema debat, yakni pertahanan, keamanan, hubungan international dan geopolitik, tidak dielaborasi detail.
"Yang perlu diketengahkan lebih gamblang seperti elaborasi politik luar negeri bebas aktif yang dianut. Sesungguhnya, politik bebas aktif bukan sekadar tidak bersikap belaka, melainkan ditunjukkan pula pilihan kiblat para capres," terangnya.
Saat ini, Urbanus menyebut, Indonesia tidak hanya berkiblat pada AS saja, bahkan lebih dominan dan mesra dengan Tiongkok. Para capres boleh mengutarakan pandangan dan visi sembari menilai, apakah tepat atau perlu pembaharuan, dikritisi atau dipertahankan.
"Yang diketengahkan hanya aspek normatif dengan mengusung isu kemerdekaan sebagai hak segala bangsa untuk menunjukkan sikap mendukung Palestina, namun tidak menyinggung Ukraina," katanya.
Debat tersebut awalnya diduga Prabowo Subianto akan unggul karena berlatar belakang perwira tinggi militer dan kini sedang menduduki jabatan sebagai Menteri Pertahanan. Namun, kondisinya menjadi berbalik ketika dibeberkan data-data yang menunjukkan rendah capaian kinerja Menhan, seperti program food estate, pembelian alutsista bekas dan lain-lain.
"Pada sisi ini capres Anies dan Ganjar terlihat "kompak” menyerang Prabowo dengan memperkuatnya pada data. Prabowo tidak membalas serangan dengan data, melainkan mengajak berdiskusi di luar forum debat," ujarnya.
Tensi debat meninggi dan tajam ketika terjadi saling “menyerang” sehingga tegang, namun pada posisi seperti ini justru debat itu menjadi produktif. Sementara isu geopolitik dan pertahanan diutarakan standar dan normatif saja.
Sementara itu, politisi PDIP Provinsi NTT, Emanuel Kolfidus menyampaikan, jika dilihat, maka ketiga capres ingin tampil terbaik. Namun menurutnya, Ganjar sebagai seorang sipil tampil mengejutkan dengan menguasai tema-tema debat, berkaitan dengan isu pertahanan, keamanan, politik luar negeri dan geopolitik dengan argumentasi terukur, rasional, realistis dan didukung data-data yang akurat.
"Ini tentu menampilkan Ganjar sebagai capres yang kapabel dan sangat layak dipilih oleh rakyat untuk menjadi presiden RI pada pemilu 14 Februari nanti," tegas Eman.
Menurutnya, secara substansi dan penampilan pun, Ganjar unggul dalam debat tersebut. Berkaitan dengan data-data yang tidak dapat disampaikan Prabowo, menurutnya, tentu tidak semua data pertahanan adalah rahasia negara, karena ini merupakan ruang debat terbuka.
Sehingga, harusnya ada data-data kebijakan yang harus disampaikan ke publik dan publik berhak tahu.
Disamping itu, menurut Sekretaris PKS Provinsi NTT, Sukirmang, sejak dari pernyataan pembuka, Anies bertekad mengembalikan peran Indonesia di kancah internasional, menjaga kedaulatan dari berbagai bentuk serangan modern masa depan dan sedikit menyinggung proyek food estate yang itu di bawah Kementerian Pertahanan, yang dipimpin Prabowo.
"Hal ini membuat suasana sedikit tegang karena di respon oleh pak Prabowo (yang mengatakan Anies) jangan menjadi tukang hasut atau ambisi. Padahal apa yang disampaikan pak Anies sesuai fakta bukan fiksi," tegasnya.
Sukirmang pun juga cukup kaget bahwa Anies cenderung ofensif, namun tetap terukur dalam menyampaikan visi misinya berkaitan tema debat itu.
"Untuk performa capres lainnya, pak Prabowo cenderung tersulut emosi dan tidak dapat menyiapkan data dengan baik, sehingga pembicaraannya banyak tidak terarah," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kampanye Daerah Prabowo-Gibran Provinsi NTT, Melki Laka Lena menyebut, Prabowo telah menampilkan performa terbaiknya dengan menjelaskan berbagai materi tentang pertahanan dengan tetap mengedepankan kepentingan bangsa dan negara diatas segalanya.
"Tidak sekadar menjawab sebagai capres tetapi juga sebagai Menhan yang menguasai masalah pertahanan di negeri ini. Pak Prabowo memilah dengan sangat baik apa saja yang perlu disampaikan dalam segi gagasan, konsep, strategi, program dan anggaran. Bagaimana itu disimpan dan tidak boleh disampaikan, sudah sangat baik tidak mau membuka ke publik hal-hal terbaik yang berkaitan dengan rahasia negara," jelas Melki.
Tentunya, lanjut dia, Prabowo sudah menunjukkan bahwa dia sangat siap menjadi presiden dan mengatasi masalah pertahanan di negeri ini.
"Semakin meneguhkan masyarakat Indonesia, khususnya NTT bahwa dirinya siap menjadi kepala negara dan mengatur negeri ini dengan baik," tegasnya.
Apalagi, melihat respon dari berbagai catatan dari pengamat dan respon publik, menurutnya, Prabowo masih unggul dan diinginkan masyarakat menjadi pemimpin di masa depan. (cr1/ays)