KUPANG,TIMEX.FAJAR.CO.ID- Generasi muda khususnya generasi milenial dan Gen Z akan susah memiliki rumah dengan gaya hidup yang terus berkembang, sehingga generasi milenial dan Gen Z susah untuk berkomitmen jangka panjang, sehingga sulit bagi mereka untuk bisa memiliki rumah sendiri. Untuk diketahui, harga rumah subsidi per Januari 2024 mencapai Rp 185 juta.
Demikian disampaikan Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Provinsi NTT Bobby Pitoby, saat diwawancarai Jumat (26/1). Menurut Bobby, cara berpikir anak-anak milenial dan Gen Z, berbeda dari generasi sebelumnya.
"Generasi sebelum mereka mash berpikir tentang bagaimana investasi, namun anak muda sekarang, mereka lebih peduli dengan sosial. Hal ini yang membuat biaya hidup mereka itu tinggi," katanya.
Dia mencontohkan, generasi sebelum mereka (Milenial dan Gen Z), tidak sering berkumpul di coffee shop, tetapi mereka itu hampir setiap hari ke coffee shop, walaupun mereka hanya membeli satu jenis makanan dan satu jenis minuman, namun kalau dilakukan setiap hari, maka biayanya sangat besar, semua itu membutuhkan biaya.
"Bahasanya dapat disederhanakan, kalau generasi sebelumnya itu lebih pelit atau banyak perhitungan dibandingkan generasi sekarang. Generasi sekarang yang sudah didominasi oleh teknologi ini memudahkan mereka sehingga semuanya instan," ungkapnya.
Menurut Bobby, dengan kemajuan teknologi memang berdampak baik bagi pergerakan ekonomi yang semakin cepat, namun perputarannya lebih cepat dan pengeluaran pun akan lebih cepat.
"Generasi milenial dan generasi Z lebih mudah mendapatkan pendapatan namun pengeluarannya pun juga lebih cepat, bahkan pengeluaran lebih besar dari pendapatan," ungkapnya.
Menurutnya, game online juga sangat berpengaruh, karena waktu dan pengeluaran akan semakin besar. Tentu kemajuan teknologi ini dampaknya ada positif dan negatif, namun ada pun generasi milenial dan Z yang benar-benar menggunakan teknologi ini untuk bisa menghasilkan pendapatan.
"Misalnya UMKM yang bisa langsung mempromosikan produknya di media sosial atau toko online. Jadi kemajuan teknologi ini tergantung penggunanya sendiri.Berbicara tentang kemampuan membeli rumah, kebanyakan orang tidak bisa berkomitmen jangka panjang, karena membeli rumah membutuhkan komitmen jangka panjang," ungkapnya.
Padahal, kata Bobby, komitmen jangka panjang ini adalah komitmen untuk suatu perubahan juga. Karena 5 sampai 10 tahun ke depan, cicilan rumah itu tidak berarti lagi atau tambah ringan angsurannya.
"Komitmen untuk perubahan ini yang memang sulit. Apa lagi kalau sudah terbiasa dengan pengeluaran dan konsumsi yang berlebihan. Ketika diminta berubah untuk meminimalisir pengeluaran, tentunya sangat sulit diterima, " tambahnya. (thi)