JAKARTA, TIMEX.FAJAR.CO.ID – Debat kelima yang menampilkan para calon presiden tuntas tadi malam, Minggu (4/2). Dalam debat pemungkas tersebut, tiga capres terkesan tampil hati-hati. Nyaris tidak ada kritikan tajam dan saling serang seperti pada debat-debat sebelumnya.
Debat terakhir membahas tema kesejahteraan rakyat (kesra) yang terbagi dalam delapan subtema. Yakni, kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia dan inklusi.
Prabowo Subianto yang lebih awal melakukan pemaparan menyatakan, di bidang kesra, visi besar tertuang dalam strategi transformasi bangsa. Visi tersebut merupakan upaya untuk mempercepat kemakmuran dan memperbaiki kualitas hidup manusia Indonesia. Strategi itu dituangkan dalam sejumlah program. Pertama, memberi makanan bergizi untuk ibu hamil dan anak-anak usia dini.
”Ini akan mengatasi angka kematian ibu waktu melahirkan. Ini akan mengatasi kurang gizi anak stunting. Ini akan menghilangkan kemiskinan ekstrem,’’ ujarnya.
Di sisi lain, program itu juga menyerap semua hasil panen para petani dan nelayan. Dampak lainnya adalah pertumbuhan ekonomi.
Kedua, di bidang kesehatan, Prabowo akan membangun rumah sakit modern di setiap kabupaten/kota. Dia juga berjanji membangun puskesmas modern di setiap desa se-Indonesia. Dari sisi SDM, paslon nomor urut 2 itu akan mengatasi kekurangan 140.000 dokter dengan menambah fakultas kedokteran dari 92 menjadi 300 dan berbagai beasiswa luar negeri.
Di bidang pendidikan, Prabowo akan memperbaiki gaji guru honorer serta meningkatkan kompetensi guru. ”Sehingga mereka bisa memberi pelayanan kepada rakyat dengan sebaik-baiknya,’’ imbuhnya.
Sementara itu, calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengambil visi bidang kesra dari salah satu trisakti Bung Karno. Yakni, kepribadian dalam kebudayaan. Di bidang kesehatan, Ganjar akan menjamin pelayanan kesehatan di setiap desa melalui program 1 desa, 1 faskes, 1 nakes. Dengan program tersebut, setiap ibu, anak, lansia, penyandang disabilitas, hingga masyarakat adat akan mendapatkan peran yang sama dalam layanan kesehatan. ”Di daerah-daerah terisolir mereka membutuhkan akses ini dengan sangat bagus,’’ ujarnya.
Jika kesehatan baik, lanjut dia, pendidikan dan kebudayaan bisa dibangun bersama-sama. Di bidang pendidikan, Ganjar memaparkan gagasan pendidikan lebih inklusi, kurikulum yang mantap dan fasilitas terbaik. ”Termasuk memperbaiki kesejahteraan guru dan dosen,’’ terangnya.
Dengan pendidikan dan keterampilan, generasi muda punya peluang mendapatkan pekerjaan yang baik dan berimplikasi pada upah yang layak. Tak hanya itu, dalam pembangunan manusia, Ganjar juga menekankan pada budi pekerti sehingga menjadi manusia yang lengkap. (jpg/ays)