KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Setiap tahun, warga etnis Tionghoa di Kota Kupang juga merayakan Tahun Baru Imlek. Salah satunya yakni keluarga besar Marga Lay yang berada di Kota Kupang. Keluarga besar marga Lay melaksanakan sembahyang bersama di Rumah Abu Marga Lay di Kelurahan Lahi Lai Bissi Kopan (LLBK), Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Sembahyang bersama ini dalam rangka Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili/Tahun 2024.
"Kami mendoakan para leluhur yang telah meninggal dunia," kata Fery Ngahu selaku salah satu menantu Marga Lay saat ditemui di Rumah Abu Marga Lay, Jumat (9/2).
Nama-nama leluhur yang telah mendahului itu kemudian dilakukan persembahyangan. Di Tahun Baru Imlek ini, marga Lay datang untuk sembahyang sekaligus untuk mempererat silaturahmi antarkeluarga marga Lay.
"Imlek tahun ini adalah Naga Kayu. Kita lakukan persembahyangan untuk memasuki tahun baru. Setelah itu baru mengunjungi saudara untuk mengucapkan selamat tahun baru," ungkapnya.
Proses Sembahyang ini untuk mengucap syukur atas berkat dan anugerah yang diberikan. Mengucap syukur karena telah melewati tahun 2574 dan memasuki tahun baru 2575.
"Tahun Naga Kayu ini melambangkan pertumbuhan dan kesuksesan. Kita berharap agar Indonesia bisa lebih hebat dan adanya pertumbuhan dengan perubahan tahun 2575 ini atau tahun Naga Kayu ini dibandingkan dengan tahun-tahun kemarin," harapnya.
Fery Ngahu juga mengulas sejarah Rumah Abu Marga Lay yang didirikan pada tahun 1865. Jauh sebelum Indonesia merdeka. Artinya, etnis Tionghoa, khususnya Marga Lay sudah ada di Kota Kupang jauh sebelum tahun 1865.
Rumah Abu narga Lay ini yang masih utuh sampai sekarang. Konstruksi bangunannya masih asli dari zaman Belanda sampai sekarang.
"Kita harus bangga karena ada peninggalan sejarah yang ada di Kota Kupang," ungkapnya.
Tahun 2013 memang sempat dilakukan rehap dinding tembok yang plesterannya. Disitulah baru ketahuan bahwa bangunan Rumah Abu Marga Lay ini tidak ada unsur beton.
"Uniknya bangunan bersejarah ini dan hebatnya para orang tua-tua kita dahulu merakit bangunan ini tanpa tiang beton tapi tetap berdiri kokoh hingga saat ini," sebutnya.
Batu yang ada ini adalah batu diambil dari laut kemudian dipotong menyerupai batu bata. Tembok bangunan ini terbuat dari batu tersebut.
Diakui, ada beberapa perubahan yang dilakukan tapi tidak merubah bentuk asli dari bangunan tersebut. Menurut penuturan sejarah dari orang tua bahwa pada waktu perang dunia kedua, bangunan Rumah Abu Marga Lay ini sempat terkena dampak akibat pengeboman saat itu sehingga mengalami kerusakan.
"Memang, sudah diperbaiki tapi tidak merubah bentuk asli dari bangunan ini," ujarnya.
Pada tahun 1976 itu terjadi penambahan pada bangunan teras bagian depan. Kemudian bentuk asli dari jendela pada bangunan ini bentuknya bulat bukan kotak.
"Kita harus bangga karena masyarakat Kota Kupang memiliki bangunan bersejarah di Kota Kupang. Awal Kota Kupang ini sebenarnya dari kawasan LLBK ini," tandasnya.
Sementara Regina Layantara, salah satu keturunan marga Lay mengatakan bahwa sembahyang di Rumah Abu Marga Lay ini sudah menjadi tradisi setiap tahun saat merayakan Tahun Baru Imlek. Sembahyang di Rumah Abu Marga Lay ini untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia.
"Yang datang sembahyang di sini (Rumah Abu Marga Lay) hanya khusus Marga Lay saja," pungkas Regina. (r1/gat)