KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Memperingati Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2024, Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi NTT menggelar kegiatan "Gelar Wicara Peningkatan Kompetensi Wartawan dan Penguatan Pers sebagai Pilar Demokrasi". Kegiatan ini digelar di Aula Universitas Muhammadiyah Kupang, Rabu (7/2).
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh mahasiswa, organisasi media, perwakilan media massa baik itu cetak, elektronik dan online serta stakeholder terkait lainnya. Sebelum Gelar Wicara dimulai, diadakan penandatangan komitmen untuk mewujudkan Pemilu damai oleh seluruh perwakilan media massa.
Ketua SMSI NTT, Benediktus Jahang mengatakan, SMSI siap berkolaborasi dengan pemerintah dan lembaga perguruan tinggi di NTT. Lanjutnya, media berperan penting dalam publikasi informasi karena publikasi dapat mendukung iklim usaha dan SDM dalam mendukung pembangunan di NTT.
"Peran media lebih aktif dan bertanggung jawab dalam memberi informasi yang berimbang kepada masyarakat. Kami menjaga profesionalitas dalam menjalankan aspirasi masyarakat dan sebagai kontrol sosial," jelas Beni.
Media, katanya, berperan strategis dalam memberikan kesadaran akan pentingnya kerukunan ditengah keberagaman.
"Kami menghindari narasi yang memecah persatuan. Mari berperang aktif mewujudkan media yang berintegritas dan beretika dalam mensukseskan pemilu 2024. Apabila ada berita yang diperoleh, terlebih dahulu diverifikasi," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Zainur Wula mengungkapkan, media sebagai alat pemersatu.
"Terima kasih kepada semua wartawan untuk memerdekakan negeri ini. Melalui media membuat kita makin tahu, teredukasi, menghibur kita semua, perekat yang merekatkan kita, sebagai terdepan membuat kita aktif bertoleransi," ungkap Zainur.
Dalam kegiatan Gelar Wicara tersebut juga diundang dua narasumber, yaitu Christine Weking dari Kantor Bahasa Provinsi NTT dan Marsel Robot sebagai Akademisi.
Christine menyebut, pers sangat penting karena dengan pers, bisa mengetahui berita dan kabar apa saja. Sebagai ahli bahasa, Christine menyebut, pekerjaan wartawan selalu menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan apapun yang ada disekitar mereka.
"Kompetensi kaidah kebahasaan sudah banyak diketahui wartawan. Tapi, banyak kekeliruan baku dan tidak bakunya penggunaan kata. Jadi, bisa gunakan KBBI sebagai rujukan. Kalau bisa seorang wartawan juga memiliki sertifikat UKBI," ujarnya.
Sementara itu, Akademisi Undana, Marsel Robot mengatakan, pers bukan saja menjadi pelita kecil di lorong sejarah, tetapi bentuk perjuangan yang konsisten.
"Tahun 98 yang menjatuhkan Soeharto itu dua orang, pertama itu mahasiswa yang menggerakkan reformasi, dan kedua adalah surat kabar atau pers. Politik pers melalui wacananya bisa menjatuhkan Soeharto dan menghembuskan api heroik kepada mahasiswa untuk tidak pantang mundur," tegas Marsel.
Pers memiliki kekuatan yang dapat menggulingkan kekuasaan. Lebih penting, lanjut Marsel, pers adalah lembaga politik yang berjuang melalui bahasa sebagai alat perjuangan. (cr1/gat)