Kolaborasi IBI, Pemprov NTT dan Unicef Gelar FGD
KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi NTT bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dan Unicef menggelar Focus Grup Discussion (FGD) penguatan tim krisis kesehatan Provinsi NTT. Kegiatan FGD ini digelar di Naka Hotel, Jumat (16/2).
FGD ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Ruth Laiskodat, didampingi Ketua IBI NTT, Daritadi Pelalangan dan dari Univef, dr Vama Taolin.
Ketua IBI NTT, Damita Pelalangan menjelaskan, kegiatan FGD tersebut digelar untuk memperkuat tim krisis kesehatan yang ada di Provinsi NTT.
"Kita ingin memetakan hal-hal apa yang harusnya dilakukan dan melakukan evaluasi kerja-kerja yang sudah dilakukan," jelasnya.
Menurutnya, dari hasil diskusi ini akan dibentuk rencana tindak lanjut untuk menyusun hal-hal apa saja yang segera harus dilakukan, yang sifatnya urgen.
"Dari hasil diskusi ini maka kita harapkan dapat menghasilkan SOP dan kapan harus dilakukan. Tim krisis kesehatan NTT merupakan tim yang akan bergerak dalam bencana, baik itu bencana alam maupun non alam, misalnya bencana cuaca ekstrem, kemiskinan dan lainnya," ungkapnya.
Dikatakan, tim ini juga lebih memperhatikan kelompok-kelompok rentan, seperti bayi balita, ibu hamil, ibu baru melahirkan, lansia dan disabilitas.
Health Spesialis Unicef NTT dan NTB, dr. Vama Taolin mengatakan, Unicef dan IBI ingin mendukung program Pemerintah Provinsi NTT untuk memperkuat tim krisis kesehatan.
"Belajar dari beberapa kejadian bencana alam yang terjadi, misalnya badai Seroja, Covid-19 dan bencana lainnya, Unicef dan IBI ingin memperkuat tim krisis kesehatan," jelasnya.
Dia mengatakan, FGD Ini untuk merefleksi apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan juga apa yang kurang, untuk ke depannya bisa lebih baik lagi.
"Tim krisis Provinsi NTT, di bawah Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT, mereka juga sudah membuat berbagai hal. Namun, hari ini (kemarin, Red), FGD dilakukan yang diikuti lintas bidang, termasuk dari aliansi disabilitas, untuk merumuskan apa yang harus dikerjakan ke depan," jelasnya.
Dikatakan, sebagai tim krisis provinsi, ke depan harus bisa memetakan peta-peta bencana dan risiko di daerah-daerah yang ada di NTT.
"Terutama yang paling penting adalah jejaring untuk menghadapi bencana. Harus ada SOP juga, harus ada perhatian pasca bencana, misalnya psikologi dan lainnya, untuk memetakan klaster kesehatan," tambahnya.
Dikatakan dr Vama, beberapa kelompok rentan yang harus menjadi prioritas yaitu ibu hamil, lansia, disabilitas, anak-anak dan kelompok lain yang masuk kelompok rentan.
Dia berharap dengan adanya kegiatan FGD yang diikuti oleh berbagai stakeholder ini dapat merumuskan apa saja yang harus dilakukan dan mengevaluasi yang telah dilakukan, serta menyempurnakan apa yang telah dilakukan, prinsipnya yang terpenting adalah jejaring. (cr3/gat)