Virus ASF Kembali Menyerang

  • Bagikan
Melky Angsar

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Virus African Swine Fever (ASF) kembali menyerang ratusan ternak babi di NTT. Data terbaru hingga 7 Februari 2024, sebanyak 146 ekor babi mati akibat virus tersebut. Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT, Melky Angsar menjelaskan, NTT merupakan daerah endemik virus ASF.

"Artinya kasusnya sudah turun. Ada tapi tidak terjadi wabah lagi, ASF ini belum ada vaksin sampai sekarang," kata Melky ketika ditemui di ruang kerjanya, Rabu (21/2).

Menurutnya, kematian babi akibat virus ASF sempat menurun tahun kemarin, namun karena masyarakat lengah, maka kasus ini marak terjadi kembali. Apalagi, ditengah musim pancaroba saat ini.

"Masyarakat mulai lengah karena pikir virus ini sudah tidak ada lagi. Ini kan terjadi pada musim pancaroba, tubuh hewan akan susah berdaptasi dan semakin mudah terkena virus," katanya.

Dirinya menyebut, satu-satunya cara untuk mencegah virus ini adalah dengan menerapkan biosecurity yang benar.

"Caranya jaga kebersihan kandang, beri makan gizi, jangan biarkan sembarangan orang masuk tanpa biosecurity yang benar," katanya.

Menurutnya, masyarakat telah mengetahui biosecurity tersebut, namun karena lengah akhirnya virus tersebut masuk. Melky menegaskan, hingga saat ini pemerintah masih membagikan disinfektan gratis untuk masyarakat.

"Sampai sekarang kita masih bagikan desinfektan gratis. Kami sudah kirim ke kabupaten/kota," terangnya.

Ia menyebut, dampak kematian babi berpengaruh terhadap harga jual daging babi.

"Makanya daging babi murah Rp 55 Ribu, dulu Rp 85-90 ribu. Dua tahun lalu Rp 10 ribu perkilo," ucapnya.

Sementara itu, pengusaha ternak babi, Roy Mansula mengatakan, memang untuk terdampak langsung tidak, namun berdampak pada penjualannya.

"Untuk terdampak langsung tidak, hanya karena adanya penyakit ini mempengaruhi penjualan kami dan produksi anakan babi kami juga terganggu," ungkap Roy.

Dikatakan, pengaruh terhadap penjualan pun cukup besar, yakni hampir 50 persen. Hal itu membuat pihaknya untuk membatasi produksi atau menekan angka kelahiran untuk sementara waktu.

"Karena harga daging babi dipasaran juga menurun tajam hampir 50 persen juga," ucapnya.

Untuk menjaga ternak babinya, Roy menerapkan biosecurity yang tepat dengan menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang bergizi. (cr1/ays)

  • Bagikan