KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Lebih dari sembilan tahun Partai Demokrat berada dibarisan oposisi pemerintah. Partai Demokrat sejak 2014 memilih menjadi oposisi pemerintahan Joko Widodo.
Memang, Demokrat sempat beberapa kali hendak bergabung ke gerbong Jokowi. Namun, upaya tersebut terhalang sejarah politik dua petinggi partai, antara Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
Megawati yang mau tak mau menyerahkan tongkat kepemimpinannya kepada SBY selama dua periode berturut-turut, sejak SBY memenangkan pilpres 2004, membuat hubungan keduanya renggang, hingga Megawati kembali merebut kekuasaan melalui Jokowi, juga selama dua periode.
Namun, berbagai dinamika politik terus bergulir hingga akhirnya di penghujung pemerintahannya, Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masuk dalam pemerintahan Jokowi, Kabinet Indonesia Maju yang tinggal delapan bulan lagi.
Hal itu ditandai dengan penunjukkan AHY sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Rabu (21/2) lalu.
Mendengar hal itu, kader Partai Demokrat di NTT menyambut baik. Wakil Ketua DPD Partai Demokrat NTT, Paskalis Angkur mengungkapkan perasaannya yang berbahagia sekaligus bangga.
"Sebagai kader Partai Demokrat sangat senang, bangga dan berterima kasih kepada Presiden Jokowi atas kepercayaan yang diberikan kepada bapak AHY, Ketua Umum Partai Demokrat untuk mengemban tugas negara sebagai Menteri ATR sekaligus kepala BPN," ungkap Paskalis, Senin (26/2).
Ia menyebut, tentu sebagai Menteri ATR/Kepala BPN, AHY dapat berkontribusi nyata dalam pemerintahan untuk kepentingan rakyat, walaupun hanya dalam sisa waktu masa transisi.
Mewakili kader Partai Demokrat, dia berharap AHY dapat bekerja secara efektif dan mampu memberikan kepastian dan rasa adil bagi seluruh masyarakat yang mengalami persoalan status kepemilikan aset serta memberantas mafia tanah yang telah meresahkan dan merugikan masyarakat.
Sementara itu, pengamat politik dari Undana, Yeftha Sabaat menyebut, dengan bergabungnya AHY ke dalam kabinet Jokowi menegasikan sikap politik Demokrat yang ingin menikmati kekuasaan.
Yeftha menuturkan, bagaimanapun setiap parpol yang berkontetasi pasti ingin selalu untuk berkuasa atau menikmati kekuasaan. Posisi oposisi selama kurang lebih 10 tahun, dirinya mengira itu sudah cukup membuktikan konsistensi Demokrat. Tetapi, juga untuk mengembalikan citra baik dan mendapatkan simpati rakyat.
"Saya pikir tepat apabila AHY dan Demokrat bergabung dalam kabinet Jokowi. Bagaimanpun Jokowi efek masih memberi pengaruh bagi partai-partai yang berada dalam koalisi dan kabinet," terangnya.
Dirinya menilai, strategi yang diambil AHY sangat menguntungkan Demokrat. Jadi yang pasti, gejolak kader keluar dari Demokrat menurutnya, itu tidak akan terjadi.
Sekaligus, ini merupakan langkah baik untuk menaikkan elektabilitas AHY dan Demokrat yang sebelumnya berseberangan dengan Jokowi dan selalu menjadi oposisi.
"Kita lihat saja kinerja AHY kalau baik saya yakin sudah pasti AHY juga akan dapat posisi menteri di kabinetnya Prabowo," sebut Yeftha.
Menurutnya, apabila AHY mampu mengemban tugasnya dengan baik serta kembali terpilih menjadi menteri di kabinet Prabowo, maka Demokrat berpotensi menjadi penantang berat ke depannya. (cr1/ays)