KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO. ID- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT merilis data inflasi month to month (mtm) Provinsi NTT mengalami deflasi sebesar 0,16 persen.
"Dalam dua tahun terakhir memang tren memang sama, yaitu pada Januari mengalami inflasi yang tinggi dan pada Februari mengalami deflasi. Kalau dilihat dari kelompok pengeluaran kelompok terbesar penyumbang deflasi adalah kelompok pengeluaran makanan dan minuman serta tembakau, dengan andil -0, 63 persen," kata Kepala BPS NTT Matamira B Kale, saat rilis Jumat (1/3).
Dia melanjutkan, kelompok lainnya adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan andil -0, 01 persen.
"Jika kita lihat dari andil inflasi, kelompok penyumbang terbesar juga dari makanan, minuman dan tembakau, sebesar -023 persen," ujarnya.
Dia menyebutkan, bahwa Deflasi dipengaruhi oleh turunnya indeks harga beberapa komoditas makanan seperti daging ayam Ras, cabai rawit dan bunga pepaya.
"Jadi untuk inflasi tahun kalender, atau kumulatif dari Januari dan Februari 2024 yaitu sebesar 0,81 persen.
Untuk diketahui, saat ini terjadi penambahan Kabupaten Ngada dan TTS sebagai kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sehingga sekarang tidak sebut lagi tiga kota IHK saja, tetapi inflasi di daerah provinsi NTT," ujarnya.
Dia mengatakan, pada Februari ini tiga kabupaten mengalami deflasi yaitu TTS, Maumere dan Ngada, sementara Waingapu dan Kota Kupang mengalami inflasi.
"Komoditas-komoditas yang mendorong dan menghambat inflasi umumnya didominasi oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau, yang mana komoditas ini sangat rentan terhadap perubahan dan bergantung pada banyak hal seperti produksi, permintaan, distribusi, cuaca dan lainnya," jelasnya.
Dia menjabarkan, lima komoditas pendorong inflasi terbesar adalah beras, tomat, kangkung, ikan kembung dan ikan bakar.
"Kenaikan harga beras dan tomat termasuk komoditas yang mendorong inflasi pada level nasional," jelasnya.
Dia menyebut bahwa kenaikan harga beras pendorong inflasi terbesar, dan kenaikan harga beras ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara komoditas yang memberikan andil deflasi yaitu cabai rawit sebesar -0, 24 persen, daging ayam ras -0, 13 persen, bunga pepaya, daun singkong dan labu siam.
"Untuk komiditas cabai rawit pada Januari lalu merupakan komoditas yang mendorong inflasi, namun pada Februari mengalami penurunan harga, sementara untuk daging ayam ras, saat ini stoknya sudah kembali normal, setelah bulan sebelumnya berkurang imbas dari perayaan Natal dan tahun baru," jelasnya. (thi)