PARA pembalap Honda masih sulit bersaing di barisan terdepan melawan para penunggang motor pabrikan Eropa. Rider anyar LCR Johann Zarco menjadi finisher terbaik Honda di balapan perdana akhir pekan lalu (10/3), yakni MotoGP Qatar. Namun, itu pun mentok hanya di posisi ke-12.
Menurut mantan pembalap Pramac Ducati musim lalu itu, raihan tersebut sudah paling maksimal yang bisa dia lakukan dengan kondisi motor RC213V saat ini. Apalagi, karakter lintasan Sirkuit Lusail memiliki banyak trek lurus dan membutuhkan power mesin besar yang saat ini masih jadi kelemahan pabrikan Jepang itu.
’’Mari kita lihat apa yang bisa kami lakukan di Portugal (24 Maret, Red). Dengan layout sirkuit berbeda dan kebutuhan karakter motor yang berbeda pula. Ada poin positif yang kami dapat, tapi ada poin besar pula yang hilang,’’ ucap Zarco, dilansir Crash.
Pada balapan malam sepanjang 21 lap di Sirkuit Lusail kemarin, catatan waktu Zarco sebagai pembalap tercepat Honda masih terpaut 18,075 detik dari peraih podium tertinggi Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo). Sehari sebelumnya, catatan waktu Zarco juga masih terpaut 14,840 detik dari Jorge Martin (Pramac Ducati) yang jadi kampiun sesi sprint race.
Poin positifnya, pembalap 33 tahun itu menyebut motor Honda lebih mudah dikendarai dari yang dia kira sebelumnya. Itu jika dibandingkan motor Desmosedici milik Ducati yang jadi tunggangannya dalam tiga musim terakhir.
’’Motor Honda lebih mudah dikendarai ketimbang Ducati. Masalahnya, motor ini masih lebih lambat. Karena ini balapan, jelas aku butuh lebih banyak kecepatan,’’ jelas kampiun GP Australia tahun lalu itu. (irr/c18/ady/jpg/rum)