KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID – Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Kembali melaksanakan wisuda Pascasarjana angkatan XLI dan Sarjana angkatan LXIX di Aula St. Maria Immaculata, Sabtu (16/3). Sebanyak 480 wisudawan yang diutus ke tengah masyarakat itu terbagi menjadi 36 lulusan magister dan 444 sarjana.
Rektor Unwira Kupang, P. Dr. Philipus Tule mengatakan, masyarakat biasanya mempertanyakan mutu wisudawan/ti dari semua perguruan tinggi, termasuk Unwira. Karena itu, dia mengajak segenap Civitas Academica Unwira dan Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus (Yapenkar) Kupang untuk terus memberi perhatian dan pelayanan dengan hati kepada para mahasiswa.
“Para dosen menjalankan tugas secara bertanggung jawab agar para mahasiswan/ti dapat lulus tepat waktu (tingkatkan persentase KTW),” kata Philipus.
Menurutnya, momen wisuda ini bukan sekedar pementasan lulusan yang sukses dengan IPK tinggi dan lulus tepat waktu. Lebih dari itu, wisuda adalah presentasi diri para lulusan yang sukses menyelesaikan pendidikan sesuai tuntutan kurikulum, juga dengan kualitas kepribadian yang integral dan seimbang, serasi menghayati dan mengamalkan iman dan ilmu (Fides et Ratio).
“Maka, tugas anda selanjutnya sebagai alumni Unwira yang tangguh, unggul, kompeten, kreatif dan inovatif adalah membangun masyarakat sesuai kompetensi dan ketrampilan keilmuanmu,” ucapnya.
Dirinya yakin, para lulusan dapat menjaga nama baik atau marwah Unwira dan mewujudkan mottonya UT VITAM HABEANT ABUNDANTIUS yang berarti, “Supaya mereka memiliki kehidupan dan memilikinya dalam kelimpahan - Yoh. 10.10”.
Ketua Yapenkar Kupang, P. Dr. Yulius Yasinto mengatakan, momen ini menjadi ujung dari perjuangan yang tidak mudah serta menjadi ajang pembuktian bahwa wisudawan dapat melakukan sesuatu yang berarti dalam hidupnya. Dia berharap kepada para wisudawan, pendidikan yang diperoleh bisa menjadi bekal dan berkat bagi lebih banyak orang di tempat pengabdian nanti.
Yulius menyebut, mengelola dan menyelenggarakan pendidikan tinggi masa ini tidak mudah. Hal itu juga tidak mudah bagi mahasiswa. Sebab, mahasiswa tidak bisa lagi hanya sekedar bergantung pada apa yang dipelajari perguruan tinggi, tetapi ada banyak tuntutan dunia luar.
“Sehingga, harus betul-betul berinisiatif melihat apa yang dunia luar butuhkan, lalu mencari sendiri kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk itu. Ini juga menjadi tantangan bagi dosen dan pengelolan pendidikan, tidak bisa lagi biasa-biasa, karena dunia sekarang menuntut banyak hal. Harus selalu terbuka terhadap inovasi yang baru,” tegasnya.
Dia menambahkan, saat ini tidak lagi berbicara soal seberapa banyak fasilitas dan Sumber Daya yang dimiliki, melainkan kualitas atau isi dari semua itu.
“Saatnya sekarang kita kembali kepada spiritualitas dasar dari lembaga ini, yakni kerja keras dan disiplin.
Tuntutan baru bukan saja administratif, tapi juga tuntutan dunia sosial terhadap perguruan tinggi semakin berkembang, saya berharap dalam tahun ke depan kita sungguh-sungguh melakukan langkah-langkah inovatif untuk membuat lulusan lembaga ini bisa diterima dan berguna ditengah masyarakat,” ujarnya.
Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda NTT, Erni Usboko menyampaikan, berbagai tantangan yang menghadang di depan harus mampu diubah menjadi peluang positif sehingga para wisudawan dapat menjadi agen perubahan di NTT.
“Jangan mengharapkan harus menjadi PNS baru bisa berkarya, pekerjaan apa saja dan harus bisa berkolaborasi untuk mengembangkan segala sesuatu dengan baik,” ucapnya.
Lanjutnya, di NTT masih bergelut dengan berbagai persoalan, seperti tingginya angka kemiskinan, kemiskinan ekstrem, stunting dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Karena itu, dia mendorong universitas dan mahasiswa, untuk melihat apa saja potensi yang dimiliki agar bisa dikembangkan dan dapat berguna dengan baik nantinya bagi NTT. (cr1/thi)