Suara Gembala Ketua Majelis Sinode GMIT
KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Jumat Agung adalah sebuah perayaan akan kematian Kristus. Kekristenan melihat peristiwa Jumat Agung bukan hanya sebagai sebuah peristiwa kematian, melainkan sebagai sebuah peristiwa dimulai sejarah penebusan dan pendalaman akan misteri kasih Kristus yang membebaskan seluruh kosmos atau seperti kata Marthen Luther, kematian Kristus adalah manifestasi dari kasih karunia Allah.
Demikian Suara Gembala Ketua Majelis Sinode GMIT, Pendeta (Pdt). Samuel Pandie. Sesuai suara gembala tersebut, Pdt. Samuel mengatakan, tahun ini GMIT merayakan Jumat Agung dengan tema, derita dan kematian Kristus sebagai satu-satunya jalan pembebasan (Bnd. Yohanes 19:28–42).
Di satu sisi, GMIT secara kredo mengakui bahwa tanpa kematian Kristus, dosa akan membinasakan manusia dan di sisi lain Jumat Agung menjadi sentral permenungan tentang betapa rapuhnya keadilan, kesetiaan dan kerendahan hati manusia di hadapan Allah.
"Dengan demikian, Jumat Agung adalah sebuah fase keheningan dan refleksi tentang sejauh manakah gereja hadir sebagai pembebas bagi kehidupan di tengah hiruk-pikuk persoalan dan tantangan peradaban manusia," katanya.
Pdt. Samuel menjelaskan, Desmond Tutu pernah berujar, gereja harus menjadi suara bagi yang tak terdengar dan pembela bagi yang tertindas. Dengan demikian, gereja yang mencerminkan pembebasan Kristus adalah gereja yang terpanggil untuk terus memperjuangkan keadilan sosial dan kesetaraan. Seperti Kristus yang berdiri di sisi yang lemah dan terpinggirkan.
GMIT juga menghadapi tantangan yang cukup berat. Perubahan iklim, gagal tanam dan gagal panen, cuaca ekstrem yang melanda sebagian wilayah GMIT adalah saat bagi GMIT untuk berpikir bersama dan bertindak bersama. Dalam segala kekurangan, GMIT juga mengimbau agar gereja-gereja berpartisipasi membantu saudara-saudara yang mengalami bencana.
"Di banyak wilayah pelayanan GMIT, bersama dengan semua yayasan milik GMIT kami mengirimkan spirit
agar gereja dan semua warga GMIT tidak berhenti melakukan banyak karya nyata yang memberi dampak bagi perubahan sosial," katanya.
Usai Jumat Agung, kata dia, ritual perayaan akan menuntun seluruh jemaat memasuki fase permenungan sampai puncak perayaan Paskah. PGI juga telah menyerukan kepada gereja-gereja se-Indonesia bahwa Paskah tahun 2024 dirayakan dengan tema, hidup sebagai alat kebenaran-Nya (Roma 6:13).
Secara konseptual, katanya, tema ini berkaitan erat dengan panggilan semua orang beriman untuk memahami dirinya sebagai tubuh Kristus. Tubuh Kristus jangan dicemari oleh dosa yang merusak karya penyelamatan agung dari Kristus. Pandangan yang lebih jauh tentang tubuh
Kristus adalah tentang gereja. Panggilan gereja tidak boleh dicemari hanya untuk berbagai kepentingan sesaat yang merusak sendi-sendi persekutuan.
Dalam hal ini gereja mesti menyerukan dan terus memperjuangkan beberapa hal, yang pertama, Kita baru saja terlibat dalam proses demokrasi melalui Pemilu untuk memilih pemimpin baik Presiden, Wakil Presiden, anggota DPR dan DPD serta anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten dan Kota.
"Pasca Pemilu, berbagai informasi menunjukkan berbagai potensi yang dapat memecah belah persaudaraan dan persekutuan berbangsa dan bernegara. Kami mengimbau agar kita terus menumbuhkan sikap percaya kepada penyelenggara pemilu serta menghindari berita serta informasi hoax. Upaya ini adalah jalan bijak untuk terus menjaga
nasionalisme dan keberagaman sebagai bangsa Indonesia," ucapnya.
GMIT juga harus terus membangun solidaritas untuk menghadapi perubahan iklim dan bencana. Seluruh jemaat pernah belajar dari bencana Covid-19 serta Siklon Seroja dan semua harus berefleksi bahwa dengan tangan, berkat dan pemeliharaan Tuhan tidak akan berhenti.
Kematian Kristus adalah jalan keheningan untuk mengevaluasi panggilan gereja terutama menjawab tema periodik GMIT tentang berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati dihadapan Tuhan. Dalam hal ini hidupkanlah spiritualitas keugaharian. Keugaharian yang mencakup pola hidup menolong jemaat untuk belajar merasai apa yang jemaat miliki dan apa yang bisa jemaat lakukan bagi sesama.
Paskah adalah panggilan memahami diri sebagai alat kebenaran Kristus. Tuhan Yesus yang bangkit memanggil kita bangkit bersama untuk melakukan transformasi bagi kehidupan. Bersama bangkit untuk menunjukkan kebenaran, keadilan dan damai sejahtera.
Semoga Allah, sumber kesabaran dan penghiburan, mengaruniai kamu supaya kamu sepikiran satu sama lain, menurut Kristus Yesus (Roma 15:5). (thi/gat)