KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - DPD Partai Hanura Provinsi NTT mulai bermanuver menjelang pemilihan gubernur (pilgub) November 2024 mendatang.
Hal itu terungkap dari dua nama yang diajukan untuk berkontestasi di ajang tersebut, yakni mantan wakil gubernur NTT, Josef Nae Soi yang merupakan kader Partai Golkar dan Ketua DPD Hanura NTT, Refafi Gah.
Partai Hanura mengaku siap menghadapi pilgub NTT mendatang.
Ketua DPD Hanura NTT, Refafi Gah kepada Timor Express, Senin (1/4) mengatakan, Hanura sudah sangat siap. Bahkan, semua kabupaten telah dikoordinasikan sesuai arahan Ketua Umum, Oesman Sapta Odang (OSO).
"Saya pun telah menghadap pada 30 Maret lalu bahwa karena ada aturan Mahkamah Konstitusi (MK), harus mundur (dari legislatif) dan kesiapan-kesiapan pendukung lain," ungkap Refafi.
OSO pun menjamin seluruh kesiapan lainnya akan menjadi tanggung jawabnya. Sehingga, dua nama, Josef dan Refafi dapat mempersiapkan diri maju dalam perhelatan gubernur nanti.
"Ketum katakan tidak usah berpikir tentang yang lain, itu urusannya sebagai ketum. Saya tetap ditugaskan oleh ketum dari Hanura untuk persiapkan diri maju," ucapnya.
Diantara dua nama tersebut belum ditentukan siapa yang akan maju nantinya. Karena itu, masih menunggu hasil survei yang sedang dilakukan saat ini.
"Urusan DPP, kalau survei bagus semua pasti dukung. Kami tunggu PKPU-nya nanti. Kami tetap mendengar teman-teman DPC dan ranting Hanura di seluruh NTT," ungkapnya.
Semua komunikasi dilakukan oleh ketum di Jakarta dengan ketua umum lainnya, bahkan untuk calon wakil gubernur (cawagub) pun dijajaki oleh ketum.
"Kami berdua diperintahkan ketum untuk persiapkan diri di daerah supaya tetap bergerak di seluruh daerah. Kita tetap mencermati semua pergerakan politik di daerah," ujarnya.
Menurutnya, yang tidak memiliki partai dan tidak punya kursi saja masih percaya diri untuk maju bakal calon gubernur. Apalagi, Hanura yang mempunyai kursi, partai dan juga ketum yang mampu mengorbitkan anak-anak bertarung.
"Nama pak OSO tidak asing lagi di Indonesia. Namun saya secara pribadi sangat menghormati keputusan Bang OSO sebagai orang tua yang membimbing saya dalam semua usaha saya," katanya.
Dirinya pun harus menjaga kepercayaan ketum sama halnya dengan Josef Nae Soi.
"Saya harus menjaga kepercayaan pak ketum sama halnya dengan bapak Josef Nae Soi. Beliau berdua sahabat dekat sejak muda. Sedangkan saya lama kerja dengan pak OSO," katanya.
Sementara itu, komunikasi dengan partai lain, Refafi menyebut masih dipertimbangkan oleh ketum.
"Belum ada sepakat, mereka masih minta Hanura posisi wagub. Ketum masih pikir-pikir dulu. Biarkan semuanya mengalir seperti air," terangnya.
Sementara itu, Josef Nae Soi membenarkan telah diajukan untuk maju pilgub oleh ketum Hanura dan saat ini masih menunggu hasil survei. Dia pun siap maju sebagai calon gubernur.
"Lagi nunggu hasil survei. Sebagai gubernur, kan wagub sudah. Kalau surveinya bagus yang maju dan kalau partai juga mencalonkan, kalau tidak ya jadi dosen aja di Jakarta," ungkap Josef.
Disamping itu, Josef sendiri merupakan kader Partai Golkar. Dia menegaskan tidak akan keluar dari partai kuning tersebut.
"Tidak, saya masih tetap di Golkar. Sampai kapanpun saya tetap di Golkar," tegasnya.
Sementara itu, Golkar telah mendorong Melki Laka Lena maju pilgub, meskipun begitu menurut Josef, apabila ada partai yang mendukung dirinya untuk maju, tentu ia akan tetap maju.
"Kalau ada partai dukung saya tetap maju. Tetapi tetap anggota Partai Golkar. Sampai kapanpun saya tetap Golkar," tekan Josef.
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Ahmad Atang mengatakan, dilihat dari figuritas antara Refafi Gah dan Josef Nae Soi mempunyai potensi untuk maju menjadi calon gubernur.
Refafi Gah merupakan ketua Partai Hanura yang mempunyai kursi di DPRD provinsi. Sementara dari aspek segmentasi basis politik, Refafi datang dari entitas Sumba yang secara geopolitik mempunyai populasi pemilih yang relatif besar.
Maka dengan dasar itu, secara politik dan sosiologis Refafi mempunyai modal yang kuat. Apalagi dengan pengalaman politik sebagai anggota DPRD provinsi dua periode dapat menjadi garansi bagi yang bersangkutan.
Walaupun begitu, Refafi dengan modal kursi DPRD yang tidak cukup kuat untuk mengantarkannya menjadi calon gubernur. Maka, Hanura harus membangun koalisi dengan partai lain yang kursi relatif sama banyak dengan Hanura atau lebih sedikit dari kursi Hanura, agar posisi tawar Refafi menjadi lebih kuat.
"Karena tidak mungkin partai yang memiliki kursi lebih banyak dari Hanura menjadi posisi nomor dua. Lain hal jika Refafi ingin maju menjadi wakil gubernur, maka apapun yang yang berkoalisi dengan Hanura maka wakilnya adalah Refafi," kata Ahmad.
Begitu juga dengan Josef Nae Soi. Sebagai mantan wakil gubernur, tentu publik sudah mengenal secara baik. Dengan pengalaman sebagai anggota DPR dan wakil gubernur, Josef mempunyai potensi untuk maju menjadi calon gubernur.
"Hanya saja, sebagai kader Partai Golkar, Josef akan mengalami kesulitan karena Partai Golkar sudah final dengan Melki Laka Lena. Di sini masalah pintu partai bagi Josef, kecuali yang bersangkutan keluar dari Golkar dan mencari kendaraan partai lain," tuturnya.
Josef memang benar sebagai politisi, namun ia bukan pimpinan partai. Karena itu, Josef harus bersaing dengan Melki untuk merebut kendaraan Golkar atau keluar dari Golkar. (cr1/ays)